Tidak mengandung unsur BL.
Patah hati membuat seorang pria tampan bernama Arsenio, merubah pandangan hidupnya menjadi menyimpang. Karena dia sudah tidak percaya lagi dengan adanya cinta tulus antara pria dan wanita.
Lamia, gadis cantik yang terpaksa menerima tawaran pernikahan dari seorang pria yang tidak dikenalnya sama sekali, hanya untuk terlepas dari hutang keluarganya.
"Aku akan membayar semua hutang dan menebus rumah peninggalan orangtuamu. Aku juga akan memberikan semua fasilitas mewah kepadamu. Asalkan kau manikah denganku sampai batas waktu yang tidak di tentukan. Tanpa adanya kontak fisik diantara kita. " Arsenio.
"Aku tidak peduli berapa lama aku harus hidup denganmu, dan menjadi istrimu yang hanya kau manfaatkan untuk menutupi status g*ymu. Asal aku selalu berada di sisimu. Itu sudah cukup. " Lamia
Akankah Mia bisa merubah kepribadian Arsen dan membuatnya jatuh cinta kepadanya?
Novel ini hanya imajinasi othor semata.
Semoga kalian suka, dan kasih dukungan ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eys Resa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mati Lampu
Setelah makan malam, Mia mengajak Arsen untuk berkunjung ke rumah Desi. Dia ingin mengembalikan kipas angin yang dipinjam tadi sekaligus bertanya apakah ada orang yang mau disuruh bersih-bersih rumahnya.
Tok... tok... tok...
Tak lama pintu rumah Desi terbuka. Desi tersenyum melihat Mia dan suaminya yang sedang berkunjung ke rumahnya.
"Masuk Mia.. ada apa? "
"Ini teh mau mengembalikan kipas anginnya. Terima kasih, teh. " kata Mia sambil menyerahkan kipas anginnya kepada Desi.
"Kenapa keburu di kembalikan, nanti Aa' kasep kepanasan lagi. "
"Udah beli tadi teh. "
Mereka kemudian duduk di kursi yang ada di ruang tamu. Dan tak lama suami Desi keluar dari kamarnya dan menemui tamu mereka.
"Ini, teh Mia? lama nggak ketemu, jadi pangling. sama siapa ini? "
"Iya, kang. Ini suami Mia. Mia kemari ada perlu sama teh Desi soal besok, apakah ada yang mau kerja dirumah. " tanya Mia langsung pada inti kedatangan mereka.
"Oh, yang tadi itu ya. Ada Mia. Yang kerja bersihin pekarangan Mang Omon sama suami teteh, kang Asep. Terus yang bersihin rumah dan segala macem nanti teteh bantu Mia sama teh Encus. "
"Lho, kok Teh Desi sama kang Asep yang kerja. Mia kan jadi nggak enak, teh. "
"Ya nggak apa-apalah Mia, Mumpung kang Asep lagi libur di kebun besok. Biarlah kerja dirumah kamu, Lumayan kan? "
Arsen dan Mia saling berpandangan. Lalu tak lama Mia mendapat anggukan dari Arsen.
"Ya sudah teh pokoknya nggak ngerepotin teteh aja. "
"Enggak atuh, Mia. "
"Besok teteh ke rumah pagi ya kalau gitu, soalnya mas Arsen sama Mia mau ke makam ayah sama ibu dulu. Minta tolong sama teteh bikinin kopi sama gorengan buat yang kerja. Semuanya udah Mia siapin bahannya.
"Iya deh, Mia. Besok teteh langsung ke rumahmu setelah mengerjakan pekerjaan rumah. "
"Kalau begitu, aku pulang dulu teh. Aku tunggu besok ya. Assalamu'alaikum. "
Mia langsung beranjak dari duduknya setelah berpamitan kepada Desi dan suaminya. Sejak tadi Arsen hanya diam memeperhatikan interaksi Mia dan Desi, juga suaminya. Lalu dia mulai bertanya kepada Mia saat mereka berada di rumah.
"Mia, memangnya Desi sama suaminya kerja apa?"
"Kalau teh Desi di rumah aja mas, kalau suaminya kang Asep kerja di sawah, kadang di kebun kadang juga jadi tukang. Tergantung siapa yang nyuruh sih. "
"Serabutan gitu? "
"Iya... "
Arsen terdiam sejenak, sebelum dia tersenyum lebar. Sepertinya dia memiliki ide.
"Kenapa senyummu aneh mas? "
"Nggak apa-apa. "
Tiba- tiba diluar berhembus angin kencang dan suara petir yang menggelegar. Mia selalu merasa takut kalau terdengar suara petir yang sangat kencang seperti itu. Dan....
Mati lampu.
"Mas Arsen. " pekik Mia dan tanpa sadar dia memeluk Arsen yang ada disampingnya.
Arsen merasakan tubuh Mia yang bergetar hebat.
"Kamu kenapa? "
"Aku takut mas, aku takut gelap dan petir. " Mia terus memeluk Arsen dengan tubuh yang bergetar.
"Apa disini sering mati lampu? " tanya Arsen sambil menepuk-nepuk punggung Mia.
Mia menggeleng, "Aku tidak tau, karena aku tidak pernah pulang. Tapi kalau dulu hanya terjadi pemadaman saat situasi seperti ini, ada angin kencang dan petir juga hujan lebat. Selain itu nggak pernah. " Mia mengatakan apa yang dia tau, dengan masih bersembunyi di dada Arsen.
Arsen lalu menyalakan ponselnya dalam mode senter. Agar ada penerangan di rumah itu.
"Mia, apa kau punya lilin, atau apapun yang bisa di gunakan untuk penerangan.
"Nggak ada mas, Aku tadi tidak beli. Aku pikir semua akan baik-baik saja. Nggak taunya begini. "
"Ya sudah, "
Mereka duduk mematung di kursi ruang tamu, hingga Arsen merasakan kantuk yang amat hebat. Dia menguap berkali-kali, dan melihat ponselnya yang ternyata daya diponsel nya tinggal sedikit.
"Mia, baterai ponselku mau habis, aku juga sudah ngantuk. Terus gimana ini?" keluh Arsen yang melihat Mia terus menempel di tubuhnya seperti cicak yang menempel di dinding
"Ayo kita tidur bersama, bukankah kita pernah tidur bersama di malam pengantin kita. Kau juga suamiku mas, jadi tidak ada salahnya kita tidur bersama." Rengek Mia tanpa rasa berdosa sama sekali.
Arsen melotot tak percaya dengan apa yang dikatakan Mia. Bagaimana mungkin? Tapi apa yang dikatakan Mia benar.
Mia yang tidak mendapat jawaban dari Arsen, mulai menggoyang-goyangkan lengan Arsen.
"Boleh ya? Apa kau ingin melihat aku mati ketakutan, mas. " Mia mengerucutkan bibirnya melihat Arsen diam saja.
"Baiklah, Ayo. Tapi aku buang air kecil dulu. "
Arsen menuju kamar mandi, dan Mia terus menempel ditubuhnya seperti tadi. Sampai di depan kamar mandi Arsen menghentikan langkahnya.
"Apa kau ingin ikut masuk, Mia dan melihatku buang air. "
Dengan polos Mia mengangguk.
"Kau... "
Arsen mengusap wajahnya kasar. Dia tidak habis pikir dengan wanita disampingnya ini. Dia lalu memberikan ponselnya pada Mia dengan kasar.
"Pegang ini, aku mau buang air. kau tunggu di luar."
"Tapi , mas. Jangan ditutup ya pintunya, Aku janji nggak akan ngintip. "
Arsen mendesah kasar, dia lalu masuk ke dalam kamar mandi dengan pintu yang sedikit terbuka.
"Mas Arsen jangan lama-lama... " teriak Mia dari luar.
"Lama apanya buka celana aja belum. Dasar penakut. " gerutu Arsen.
Arsen lalu menuntaskaan hajatnya dan segera keluar. Dilihatnya Mia sedang berdiri seperti patung.
"Ayo." Arsen lalu merangkul pundak Mia, dan membawanya masuk ke dalam kamar.
Mia langsung berbaring memeluk Arsen seperti guling. Dan meminta Arsen juga memeluknya. Arsen sempat terkejut saat Mia memeluknya dengan erat. Tapi setelah merasakan ketakutannya, Arsen jadi kasihan dan balas memeluk Mia dan menepuk-nepuk lembut punggungnya.
"Tidurlah, aku bersamamu." Kata Arsen sebelum dia memejamkan matanya.
"Kenapa lampunya lama sekali padamnya? " gumam Arsen.
"Biasanya nunggu hujan reda atau anginnya sudah tenang mas. " jawab Mia di balik dada bidang Arsen.
"Kalau hujannya sampai pagi? "
"Ya mati lampunya sampai pagi. Pernah disini pemadaman listrik sampai tiga hari. "
"Apa? Tiga hari? kalian kembali ke jaman primitif dong. "
"Iya tapi kami sudah biasa. "
Lama mereka terdiam, menikmati suasana malam ini. Dimana terdengar suara kodok yang ikut bernyanyi mengikuti alunan musik dari hujan.
"Benar-benar hidup kembali di jaman primitif. " batin Arsen.
Dalam pelukan Arsen, Mia tersenyum merasakan kehangatan pelukan suaminya ini. Suam6in yang sudah bisa dia sentuh, tapi belum bisa di amiliki seutuhnya.
Arsen mendengarkan dengkuran halus dari Mia. Dia tidak menyangka, kalau dirinya bisa sedekat ini dengan seorang wanita. Apa karena wanita di hadapannya ini adalah istrinya? Yang sudah boleh di apa-apain? Tapi ada sisi lain dalam diri Arsen yang menolak untuk itu.
PLEASE TOR CERITA NYA BEN DAN SISIE