Misca Veronica merupakan seorang pembantu yang harus terjebak di dalam perseteruan anak dan ayah. Hidup yang awalnya tenang, berubah menjadi panas.
"Berapa kali kali Daddy bilang, jangan pernah jodohkan Daddy!" [Devanno Aldebaran]
"Pura-pura nolak, pas ketemu rasanya mau loucing dedek baru. Dasar duda meresahkan!" [Sancia Aldebaran]
Beginilah kucing yang sudah lama tidak bi-rahi, sekalinya menemukan lawan yang tepat pasti tidak mungkin menolak.
Akan tetapi, Misca yang berasal dari kalangan bawah harus menghadapi hujatan yang cukup membuatnya ragu untuk menjadi Nyonya Devano.
Lantas, bagaimana keseruan mereka selanjutnya? Bisakah Cia mempersatukan Misca dan Devano? Saksikan kisahnya hanya di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mphoon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyesalan Devano
Kali ini Devano benar-benar fokus mengejar waktu, bahkan tak peduli dengan keselamatan diri sendiri karena bagi dia cinta sama seperti nyawa yang harus dijaga bukan dilepas.
Tak peduli jauh dekatnya jarak yang akan Devano tempuh, terpenting bagaimana caranya dia bisa sampai ke terminal untuk mencegah Misca pergi.
5 menit merupakan waktu yang singkat, sementara jarak Devano menuju tempat tersebut lumayan jauh. Dengan konsentrasi tingkat tinggi dia langsung membunyikan klakson mobil sepanjang jalan serta menyalakan lampu darurat.
Semua kendaraan memberi jalan karena mengira Devano sedang membawa orang sakit, ibu hamil, atau orang sekarat. Padahal itu hanyalah tipi daya supaya dia bisa sampai tepat waktu.
Sayang sekali, Devano telat 7 menit. Meski dia sudah berusaha keras mengendarai mobil dengan kecepatan di atas 80 km/jam, tetap saja jarak tempuhnya tidak mudah ditaklukkan.
Devano keluar dari mobil dalam keadaan panik sambil berlari menuju bus satu ke bus lainnya. Dia mulai memeriksa semua bus yang ada di terminal. Namun, tidak berhasil menemukan keberadaan Misca.
"Aarghhh, si-al aku terlambat!" teriak Devano yang sudah turun dari bus terakhir diperiksa.
"Di mana kamu, Misca. Di mana! Aku mohon jangan pergi. Aku mohon hiks ...."
Devano terduduk lemas di aspal, kondisinya benar-benar frustasi. Banyak orang yang melihat pria itu menangis seperti kehilangan setengah hidupnya.
"Maafkan aku, Misca. Maaf hiks ... kali ini aku gagal menahanmu. Aku tahu, aku salah. Tapi, please! Please ... jangan hukum aku seperti ini. Aku tidak mau kehilanganmu. Aku cinta sama kamu, Misca. Aku cinta!"
Teriakan frustasi Devano di terminal mampu menarik simpati banyak orang. Ada yang merekam momen tersebut, ada pula yang membicarakan tentang depresinya pria yang ditinggal pergi.
Isak tangis, penyesalan, kehilangan, panik, khawatir, semua rasa itu bersatu menimbulkan ketakutan terdalam Devano akan kehidupan yang kembali gelap.
Seseorang yang tidak tega melihat kondisi Devano berusaha mendekat dan menanyakan apa penyebab dia bisa sampai sefrustasi ini.
"Permisi, Tuan. Ada yang bisa saya bantu? Sepertinya Tuan sedang mencari seseorang, apakah benar?" tanya salah satu supir bus yang merasa kasihan akan nasib malang Devano.
"Tidak, tidak ada hiks ... di-dia sudah pergi. Dia sudah pergi meninggalkanku. Aku bersalah. Aku bodoh. Aku pengecut! Aaaa ...."
Devano memukuli kepalanya sendiri membuat beberapa pria yang ada di sana mencoba untuk menenangkannya. Pria itu benar-benar tantrum ditinggal seorang pembantu, padahal sebelumnya dia sendiri yang bilang Misca tidak termasuk levelnya.
Akan tetapi, sekarang semuanya berubah setelah Devano berhasil lepas dari beban masa lalu yang terus menyelimuti hati. Sayangnya, sudah terlambat.
Kesadaran Devano bertepatan dengan penyesalan akibat gengsi juga egonya yang tinggi. Saat ini dia sudah paham, bahwa, cinta bukanlah tempat singgah yang bisa hadir kapan pun dan pergi sesuka hati.
"Tenang, Tuan, tenang. Saya bisa bantu Tuan, asalkan Tuan bisa memberikan informasi yang jelas. Saya punya nomor telepon semua supir di sini, bahkan saya bisa langsung meminta sama operator di terminal untuk melacak bus yang ditumpangi istri, anak, pasangan, atau siapa pun itu yang Tuan cari. Jadi, saya minta tenang dulu, kita bicarakan semuanya baik-baik. Saya pasti bantu!"
Supir itu berusaha tegas memberikan penjelasan kepada Devano yang sudah patah semangat dan hampir saja menyerah memperjuangkan cintanya.
"Be-benarkah? A-anda bisa membantu saya? Jika benar, saya akan kasih Anda 100 juta sebagai terima kasih karena sudah mengembalikkan cinta saya yang pergi!" sahut Devano dengan wajah serius.
Wajah semua orang tercengang mendengar uang sebanyak itu akan Devano berikan, seandainya sang supir mampu memberikan jalan untuk dia mengejar kembali cintanya.
"Tu-tuan serius? Sa-saya bisa mendapatkan uang itu jika saya berhasil membawa pasangan Tuan kembali?" tanya sang supir yang berusaha meyakinkan kalau telinganya tidak salah mendengar.
"Ya, saya akan memberikan Anda uang itu!" jawab Devano lantang tanpa ragu.
"Ba-baiklah, Tuan. To-tolong kasih tahu saya plat mobil yang ditumpangi kekasih Tuan, biar saya konfirmasi sudah sampai di mana bus tersebut," tutur sang supir.
"H 1978 KS!" ucap Devano.
"Busnya sudah berangkat kurang lebih 10 menit lalu, tetapi saya tahu supirnya, Tuan. Kebetulan dia adalah teman baik saya. Saya pastian Tuan akan kembali ketemu dengan pasangan Tuan itu. Tunggu sebentar!"
Pria paruh baya tersebut mulai merogoh saku celana dan mengeluarkan ponselnya. Dia langsung mencoba menghubungi mereka untuk menanyakan posisi keberadaannya.
Beberapa kali tidak di angkat, sampai akhirnya perjuangan Devano tidak jadi sia-sia. Wajahnya kembali berseri-seri karena supir tersebut mampu menghadang bus tersebut.
"Tuan, kebetulan bus teman saya berada di simpang lima jalan Angrek no.22. Tuan bisa langsung ke sana, saya juga sudah memberikan peringatan untuk menahan bus tersebut sampai Tuan datang dan wanita yang disebutkan tadi ada di dalam bus!"
"I-iyakah? Akhirnya aku menemukanmu, Misca. Tunggu aku! Cepat sebutkan nomor rekeningmu, saya transfer 100 juta langsung! Jika Anda berbohong, saya pastikan keluarga Anda akan membayar semua ini!"
Sang supir memberikan nomor rekening dalam keadaan tangan bergetar hebat. Dia tidak menyangka uang sebanyak itu bisa masuk ke dalam rekening hanya sekali klik saja. Entah mimpi apa semalam, yang jelas ini benar-benar rezeki nomplok.
Devano langsung berlari menaiki mobil, lalu pergi menancap gas kecepatan tinggi. Jaraknya memang tidak terlalu jauh, tetapi dia harus secepatnya sampai sebelum semua menjadi sia-sia.
Cukup 5 menit Devano sampai di simpang lima jalan Angrek no.22. Dia terkejut karena tidak ada bus yang menunggunya seperti arahan dari pria itu.
"Aarrghhh, si-alan! Dia berhasil menipuku, bedebah! Lihat saja nanti, aku akan hancurkan keluarganya sampai aku---"
"Aku membencimu!"
...*...
...*...
...*...
...Bersambung...
" aku membencimu"