Pernikahan yang sudah didepan mata harus batal sepihak karena calon suaminya ternyata sudah menghamili wanita lain, yang merupakan adiknya sendiri, Fauzana harus hidup dalam kesedihan setelah pengkhianatan Erik.
Berharap dukungan keluarga, Fauzana seolah tidak dipedulikan, semua hanya memperdulikan adiknya yang sudah merusak pesta pernikahannya, Apakah yang akan Fauzana lakukan setelah kejadian ini?
Akankah dia bisa kuat menerima takdirnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Tiga Puluh Lima
Ana makan malam dengan perasaan campur aduk. Bahagia karena ada pria yang melamar, dan merasa sedih jika ingat kedua orang tuanya yang telah tiada. Jika memang kali ini lamaran berlanjut dengan pernikahan, berarti dia akan menikah tanpa dampingan kedua orang tua.
Chelsea asyik berceloteh sambil disuapin Ana. Rakha hanya tersenyum, mendengar dan melihat kedua wanita yang dia cintai itu mengobrol. Gadis cilik itu memang banyak bicara.
Setelah makan malam, mereka langsung pulang karena Chelsea yang sudah mulai mengantuk. Lagi pula jam juga sudah menunjukkan pukul sebelas malam.
Saat di mobil, Chelsea tertidur di pangkuan Ana. Rakha menepikan mobilnya di jalanan sepi.
"Chelsea biar pindah di belakang saja, An!" seru Rakha.
"Biar aku pangku saja, Mas," jawab Ana.
"Ana, aku gak mau kamu berpikir jika aku melamar kamu hanya semata untuk menjadi maminya Chelsea. Aku juga sangat mencintai kamu, Ana. Mungkin kamu belum bisa sepenuhnya percaya dengan ucapan aku ini. Namun, akan aku buktikan pada dunia jika kamu adalah ratu di hati ini. Aku ingin menjadikan kamu pendamping hidupku dan ibu dari anak-anakku," ucap Rakha dengan serius.
"Mas, aku juga tak berpikir begitu. Jika hanya untuk mencari wanita sebagai maminya Chelsea, kenapa kamu harus memilih aku? Masih banyak wanita di luar sana yang mau dijadikan ibu sambungnya.. Aku percaya jika kamu memilihku karena suatu alasan," balas Ana.
"Ana, jika nanti kita menikah, dan aku melakukan kesalahan, jangan pernah meninggalkan aku atau memilih berselingkuh. Kamu harus jujur mengatakan semua kesalahanku agar bisa aku merubahnya jadi lebih baik," ujar Rakha.
"Aku juga berharap Mas melakukan hal yang sama. Jika aku salah tolong katakan, jangan duakan aku sebelum ada kata pisah. Aku masih trauma dengan kegagalan pernikahanku terdahulu. Mungkin Mas belum tau bagaimana ceritanya aku sampai membatalkan pernikahan dahulu," ucap Ana.
"Aku sudah tau semua tentang kamu, Ana. Tentang calon suamimu Erik yang akhirnya menikahi adikmu Ayu. Aku tau semuanya," jawab Rakha.
Ana terkejut mendengar ucapan pria itu. Dia menatap tanpa kedip meminta jawaban. Namun bukannya jawaban yang dia terima, tapi Rakha mendekatkan wajahnya dan mengecup pipi gadis itu, membuat pipinya langsung memerah.
"Jangan tanyakan dari mana aku tau, tapi yang perlu kamu tau, aku mengetahui semua tentang kamu dari hal terkecil sekalipun!" seru Rakha.
Melihat Ana yang makin heran dengan mulut terbuka, Rakha lalu berbisik.
"Tutup mulutnya jika tak mau aku lumat," bisik Rakha, membuat Ana langsung menutup mulutnya. Pria itu lalu tertawa, membuat Chelsea sedikit terganggu tidurnya. Sebelum menjalankan mobil kembali, dia mengacak rambut Ana dan mengecupnya. Perbedaan usia mereka yang cukup jauh, membuat Ana merasa dimanja.
Sampai depan kost Ana, pria itu mau mengambil alih Chelsea. Tapi gadis cilik itu justru mempererat pelukannya di tubuh Ana.
"Mas, apa boleh Chelsea menginap di kost aku?" tanya Ana dengan hati-hati. Takut pria itu marah karena anaknya di bawa menginap di kamar sempit begitu.
"An, bukannya aku tak izinkan. Nanti kamu dan Meyda akan repot. Apa tidak sempit nantinya jika ada Chelsea?" Rakha balik bertanya.
"Chelsea tidur di kasur, aku dan Meyda bisa di tikar saja, Mas. Dari pada nangis lagi," ucap Ana.
"Kalau begitu kamu tidur di apartemenku saja. Nanti hubungi saja Meyda. Katakan kamu menginap di tempatku," balas Rakha.
"Mas, kita belum menikah," ujar Ana dengan suara pelan.
Walau Ana mengatakan dengan suara pelan tapi bisa di dengar Rakha. Dia tersenyum dan kembali mengacak rambut panjang gadis itu.
"Aku tak akan macam-macam. Kamu tidur dengan Chelsea, aku bisa tidur di kamar tamu atau di sofa ruang keluarga. Saat di hotel aja aku cuma tidur'kan?" Rakha justru mengajukan pertanyaan yang membuat Ana jadi salah tingkah.
"Baju gantiku tak ada, Mas," kata Ana selanjutnya.
"Bisa Kevin Carikan!" jawab Rakha.
Tanpa menunggu persetujuan dari Ana, pria itu menjalankan mobilnya menuju apartemen miliknya.
Apartemen itu jarang dia tempati. Itu dulu di huni maminya Chelsea saat masih kuliah. Dia yang menempati hingga menikah dengan Rakha. Sejak memutuskan bercerai, Rakha hanya sesekali mendatanginya. Dia tak mau mengingat mantan istrinya itu.
Saat sampai di apartemen, keadaannya tetap bersih dan rapi karena Rakha meminta seseorang untuk tetap menjaga kebersihannya.
Rakha mengantar Ana masuk ke kamar utama. Dia lalu meletakkan tubuh sang putri dengan pelan di atas ranjang. Setelah itu dia berjalan menuju lemari. Mengambil kaos gombrong untuk baju ganti gadis itu.
"Kamu pakai saja baju ini untuk tidur. Sekarang istirahatlah," ucap Rakha. Dia memeluk pinggang ramping gadis itu. Tinggi Ana yang hanya sedada membuatnya tenggelam dalam dekapan pria itu.
Ana merasakan jantungnya berdetak lebih cepat. Dia tak bisa bicara. Tenggorokan terasa tersekat. Bau tubuh pria itu tercium jelas. Membuat dia merasa ingin lama berada dalam pelukannya.
"Selamat malam, Sayang. Semoga ini menjadi awal yang baik bagi hubungan kita," bisik Rakha. Dia mengecup pucuk kepala Ana dan melepaskan pelukannya. Sebagai pria normal yang hampir dua tahun lebih tak melakukan hubungan badan, dia takut khilaf.
"Kunci pintunya. Takut nanti tiba-tiba ada yang masuk!" seru Rakha sambil tersenyum. Ana hanya membalas dengan cengiran karena tahu pria itu menggodanya.
Setelah Rakha keluar dari kamar, Ana langsung mengambil ponselnya dan menghubungi Meyda. Cukup lama baru di angkat, mungkin sahabatnya itu telah tidur.
"Ada apa, kenapa belum pulang?" tanya Meyda dengan suara serak seperti orang yang baru bangun tidur.
"Aku menginap di apartemen Rakha," ucap Ana.
"Apa ...? Kamu gila ya, sudah main menginap berdua aja. Nikah dulu," ucap Meyda dengan suara yang cukup terkejut.
"Jangan berpikiran mesum. Aku tidur dengan Chelsea. Dia di kamar lainnya," balas Ana.
Di seberang sana, Meyda mencoba bangun walau matanya masih mengantuk. Dia ingin dengar cerita sahabatnya itu.
"Apa yang kalian lakukan tadi. Apa Pak Rakha melamar mu?" tanya Meyda penasaran.
"Menurut kamu apa?" Bukannya menjawab pertanyaan Meyda, gadis itu justru bertanya balik.
"Aku bertanya, dan jangan menjawab pertanyaanku dengan pertanyaan juga!" seru Meyda sedikit emosi.
Ana tertawa mendengarnya. Dia tahu sahabatnya itu hanya marah karena becanda bukan serius.
"Aku mengantuk, ceritanya besok saja di kantor," ucap Ana. Dia lalu mematikan sambungan telepon. Sengaja dilakukan agar sahabatnya emosi.
"Ana, Ana ... Lah udah dimatikan saja ... Awas aja besok. Kalau tak kamu ceritakan, aku yang akan minta jawaban langsung pada Pak Rakha," ucap Meyda mengomel pada diri sendiri.
***
Bonus Visual