Runa seorang gadis cantik yang sudah lelah menjalin hubungan dengan kekasihnya yang posesif memilih mengakhiri sepihak. namun apakah Abi akan membiarkan gadis yang sudah di claim sebagai miliknya lolos dari genggamannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wattped Love, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menolak Putus
Pagi-pagi runa sudah bersiap dengan seragam sekolahnya. Di depan meja riasnya runa menyisir rambut panjangnya. Tidak lupa menyelipkan jepit rambut berbentuk sepasang kelinci berwarna putih. Yang membuat runa semakin imut. Tidak lupa bedak bayi dan lipstik agar tidak pucat.
" Okeh siap mari kita berangkat."
Hari ini runa sangat bersemangat. Setelah satu tahun lebih akhirnya dirinya bergelar jomblo kembali.
Tentu dengan gelar jomblonya, runa harus tampil cantik agar bisa menggaet para pria untuk mengejarnya. Jiwa playgirl nya meronta-ronta. Meskipun tanpa berdandan juga laki-laki mengantri ingin jadi pacarnya.
" Good morning bunda tercinta, good morning ayahanda yang kaya raya." sapa runa tersenyum lebar menyambut Hendra dan Laras yang sudah duduk di meja makan.
" Aduh kayanya anak bunda bahagia banget hari ini." ucap Laras melihat putrinya yang tidak berhenti tersenyum.
" Runa mah selalu bahagia bunda, apalagi kalo tanggal muda." balas runa sembari menggigit roti dengan selai coklat.
" Tanggal muda tanggal tua buat kamu mah sama aja." balas Hendra menyeruput teh buatan istri tercinta.
" Tidak penting tanggal ayahandaku yang penting transferan lancar hati pun senang." balas runa.
" Pelan-pelan sayang." tegur Laras saat melihat runa meminum susunya terburu-buru.
" Ahhh.....udah telat bunda, runa berangkat dulu yah." Runa bergantian mencium pipi ayah dan bundanya.
" Dadahh." pamit runa pergi.
" Hati-hati sayang." teriak Laras saat runa buru-buru pergi.
" Telat dari mana orang baru jam enam. Aneh anak kamu Bun." ucap Hendra mengecek jam di tangannya.
" Anaknya rajin kok di bilang aneh, ada-ada kamu mas." balas Laras menyelesaikan sarapannya. Hari ini ia berniat akan ikut suaminya ke kantor.
Runa membuka gerbang rumah Roy tanpa permisi. Sudah biasa, bahkan runa selalu menganggap rumah om bima itu rumah keduanya.
" Pagi Tante." sapa runa yang melihat Mira mamah Roy tengah menyiapkan sarapan.
" Ehh cantik.....pagi juga sayang."
" duduk-duduk, kamu udah sarapan belum?" tanya Mira.
" Udah tadi, Roy mana Tan?" tanya runa yang tidak melihat batang hidung sahabat kecilnya yang berbeda tiga bulan.
" Tuh Roy." ucap Mira yang melihat putranya baru turun.
" Apaan sih pagi-pagi udah berisik ajah." ucap Roy menuruni tangga. Suara brisik runa membuat telinganya terganggu.
" Ngga boleh gitu sayang!" tegur Mira pada putranya.
" Marahin aja Tante." Kompor runa.
" Diem bocil." Roy mendudukkan pantatnya di kursi samping runa.
" Ehhh anak cantik udah siap aja, rajin banget." ucap bima yang baru bergabung.
" Pagi om."
" Pagi juga sayang."
" kok runa ngga ikut makan?" tanya bima menatap putri sahabatnya.
" Tadi udah di rumah, jadi mau minum jus aja." balas runa menampilkan cengir nya.
Keluarga bima menikmati sarapan paginya di temani runa yang asik meminum jusnya.
" Cepetan naik!"
" Tungguin tali sepatu gue lepas." rengek runa yang jongkok di teras rumah Roy.
Beberapa kali runa mencoba untuk mengikatnya namun berakhir tidak rapi atau malah jadi aneh bentuknya.
" Ngga bisa royy.... bantuin." mata runa sudah mulai berkaca-kaca. Ia memang payah jika urusan mengikat sepatu. Padahal runa sudah sering belajar tapi tetap saja hasilnya jelek. Sedangkan runa selalu mau yang sempurna.
" Ck'..... nyusahin banget sih bocil." Roy jongkok di depan runa. Menarik tali sepatu runa. Dalam beberapa detik saja tali sepatu runa sudah tapi terikat.
" Jangan panggil aku bocil paman!"
Roy menarik tangan runa untuk berdiri. Memakaikan helem berwarna pink di kepala kecil runa. Selain tidak bisa mengikuti sepatu, runa juga tidak bisa mengaitkan helm.
" Kaya gini masih ngga mau di panggil bocil?"
" Ngga tau ngga denger." runa naik motor besar itu di bantu Roy. Tangannya memeluk pinggang sahabatnya agar tidak jatuh.
" Sapiii...gooooo."
Roy mendengus pelan mendengar ucapan runa. Enak saja Ducati nya di samakan dengan sapi uncle mutho.
Mengegas motornya membelah jalanan yang mulai ramai. Sebisa mungkin Roy menghindari lewat jalan utama yang terkenal macet. Ia lebih suka dengan jalan sepi dan tenang.
Mereka berhenti di lampu merah. Tak sengaja mata bulat runa melihat sekelompok motor yang sangat ia kenali yang juga ikut berhenti tak jauh di belakang.
" Jalan Roy udah hijau itu." runa menepuk pundak Roy.
" Iya,iya sabar ngapa sih?"
Runa menengok kebelakang, benar saja motor-motor yang tadi berhenti di lampu merah mengikuti mereka.
" Lelet banget sih nih motor, cepetan royy."
" Haaah?.....Apaaa?." Roy sedikit menengok wajahnya kebelakang saat mendengar suara runa yang kurang jelas.
" Ngebutt royyyy!" teriak runa di telinga Roy yang tertutup helem saat melihat motor Abi mulai dekat.
Ya motor di di belakang yang mengikuti mereka adalah motor mantan kekasihnya dan antek-anteknya.
" Haah? rambut? rambut lo kenapa?" Roy ikut berteriak.
" Setan!" umpat runa kesal.
" Apasih cill ngga jelas banget."
Di belakang empat motor mengikuti mereka. Sengaja menjaga jarak tidak terlalu jauh juga tidak terlalu dekat. Motor Roy tiba di depan gerbang, ia memarkirkan motornya berjejer rapi di tempatnya.
" Lo tadi ngomong apa, gue ngga denger?" tanya Roy sembari melepaskan helem di kepala runa.
" Ngga jadi." balas runa cemberut.
" Idih kenapa tuh bibir di maju-majuin, minta di cium? sana minta sama Abi."
" Ngapain sih bawa-bawa mantan ngga jelas banget." entah kenapa runa jadi sebal saat mendengar nama mantannya yang itu. Apalagi perkara hp nya kemarin yang di ambil secara paksa dan belum di kembalikan sampai sekarang.
" Lagian ya nih bibir masih suci." imbuh runa menyentuh bibir pink nya.
Meskipun sering bergonta-ganti pasangan, runa sangat menghindari physical touch. Mentok-mentok hanya berpegang tangan.
" Iya deh yang paling suci."
" Ana aku mau bicara sebentar." tiba-tiba Abi menarik tangan runa yang hendak pergi bersama Roy.
" Ihh...lepas!" runa menghempaskan tangan Abi yang lancang menyentuhnya. Namun sulit karena abi cukup kuat menahannya.
" Boleh gue bawa ana sebentar?" ijin Abi pada Roy.
Meskipun Abi tidak perlu meminta ijin pada Roy, tapi ia tau kekasihnya itu sangat dekat sahabat kecilnya. Ia pun tidak cemburu karena sejak awal sudah tahu hubungan keduanya.
Berpikir sebentar akhirnya Roy mengagukan kepalanya. Sepertinya mereka butuh waktu berdua.
" Inget jangan kasar, omongin baik-baik!" ucap Roy menepuk pundak Abi dua kali.
" Roy jangan tinggalin gue!" teriak runa melihat Roy yang berjalan santai membiarkan dirinya bersama Abi.
" Kelarin dulu urusan loh." ucap Roy mengangkat tangan kanannya tanpa membalikkan badan.
" Sialan lo Roy!"
" Jangan mengumpat ana aku ngga suka." tegur Abi menarik tangan runa agar mengikutinya.
Saat masih pacaran Abi memang lebih suka memanggil kekasihnya ana. Katanya agar berbeda dari yang lain.
" Lo mau bawa gue kemana woyy?" teriak runa yang sedikit kesulitan mengikuti langkah panjang Abi.
" Aku kamu ana!" protes Abi setelah mendudukkan runa di kursi taman belakang sekolah yang jarang anak-anak datangi.
" Lo lupa kita udah putus hah?"
Saat berpacaran Abi memang tidak menuntut banyak hal dari runa. Justru runa lah yang sering memanfaatkan Abi dengan menguras ATMnya dan mantan kekasihnya itu tidak masalah.
Hanya saja Abi meminta agar mereka tidak menggunakan loh gue katanya itu tidak sopan jika status mereka pasangan. Sebenarnya runa ogah menuruti tapi demi taruhan itu akhirnya Runa sedikit menurunkan egonya menuruti permintaan Abi.
Toh sejak dulu ia pacaran tidak ada mantannya yang memintanya mengunakan aku kamu saat berbicara. mereka lebih suka menggunakan panggilan sayang seperti baby, bub, sayang, cintaku, dan masih banyak lagi. Sudah bisa dibayangkan bagaimana tersiksa dirinya saat masih menjalani hubungan dengan cowok yang irit bicara dan kaku.
Tapi anehnya runa bisa bertahan sampai satu tahun. Apa mungkin dirinya di guna-guna? Entahlah. Atau mungkin karena uang Abi lancar?
Diantara para mantannya memang hanya Abi lah yang banyak mengeluarkan uang untuknya.
" Emang aku iya in?" Abi balik bertanya.
Runa tidak menjawab ia melipat kedua tangannya di dada memalingkan muka.
Abi berjongkok di depan runa. Mengamati wajah kekasihnya yang sudah satu hari sangat ia rindukan. Biasanya setiap malam mereka akan vc sampai tertidur.
" Kenapa kamu tiba-tiba minta putus? Aku ada salah?" tanya abi lembut.
Tangannya menyingkirkan anak rambut yang nakal menutupi wajah cantik runa. Membawanya di belakang telinga
" Lo ngga denger kemarin gue bilang apa?" runa menyingkirkan tangan Abi dari rambutnya.
" Gue.udah.bosen.sama.lo!" ucap runa menekan setiap katanya. Ia menatap mata tajam Abi.
Abi terdiam mendengar kalimat itu terulang kembali. Tatapannya berubah lebih tajam .
" Bosen?.....Hahaha." tiba-tiba tawa mengerikan keluar dari bibir abi.
Abi mencengangkan senderan kursi mengurung tubuh runa. Mata tajam yang biasa memandang lembut runa kini berubah bak mata seekor elang yang siapa membunuh mangsanya.
" Denger ini baik-baik, lo sama gue ngga akan pernah putus. Sampai kapanpun yang udah jadi milik gue akan tetap jadi milik gue. Termasuk lo runa Liliana Mahendra."
" Mata ini...." Abi menyentuh kedua mata runa membuat sang empu menutup matanya. Takut tiba-tiba di colok.
" Hidung, bibir...." Abi mengusap lama bibir kecil ini yang dengan berani mengatakan kata putus.
Tubuh runa mulai bergetar. Nafasnya mulai tidak beraturan. Entah hilang kemana keberanian dalam tubuhnya. Tubuh runa kaku seperti es.
Ia seperti tidak mengenal sosok di hadapannya ini. Abi yang ia kenal hanyalah laki-laki penurut dan irit bicara bukan seperti psikopat.
" bahakan nafas ini semua milik gue." hembusan napas Abi menyentuh kulit wajah runa.
"You are mine!" bisik Abi rendah di telinga runa.
Abi melumat bibir runa kasar. Melampiaskan amarahnya yang berkobar di dadanya. Tangannya membingkai kepala runa agar tidak berontak. Mengabaikan pukulan-pukulan kecil yang runa berikan.
" Ehmm...." runa berusaha melepaskan pangutan keduanya. Tapi apalah daya kekuatannya kalah dengan tubuh Abi yang lebih besar.
Runa mengepalkan kedua tangannya kuat. Tanpa sadar air matanya membasahi pipinya. Lelah berontak akhirnya Runa pasrah membiarkan Abi menciumnya dengan bebas.
Abi yang merasakan air mata dela menyentuh pipinya. Ia melepaskan bibirnya meski tak rela. Dengan santai Abi mengusap air mata runa yang semakin deras mengalir dengan senyuman kecil di bibirnya tanpa ada rasa bersalah.
" Hiks....hiks."
" Ssstss....tenang baby it's okey." bukannya berhenti runa malam semakin mengeraskan tangisannya mendengar ucapan Abi.
Abi membawa runa ke dalam pelukannya. Mengusap bahu runa agar tenang.
" Jangan menguji kesabaranku ana, aku tidak sebaik itu." ucap Abi pelan namun menusuk.
" Kalo sampai aku dengar kata putus lagi dari bibir ini, aku perkosa kamu!" bisik Abi matanya menatap tajam hamparan bunga-bunga indah di depannya.