Insha dan Hanafi akhirnya melangsungkan pernikahan. Pernikahan mereka sangat bahagia, tentu saja karena Insha sangat mencintai suaminya begitu pula dengan Hanafi. Hari-hari mereka isi dengan canda tawa, cinta dan kasih sayang yang tulus dari kedua nya. Sampai pada suatu hari Insha sangat menyesal telah mencintai seorang laki-laki yang salah dan telah ingkar janji terhadapnya. Ya,..Hanafi menikah lagi dengan seorang perempuan yang tidak lain adalah kakaknya sendiri Salma. Hidupnya bagai neraka dengan derita dan luka yang tiada habisnya. Akankah Insha sanggup menjalani kehidupan berdampingan dengan Salma yang berstatus sebagai istri muda sekaligus kakaknya. yuk..ikuti kelanjutan kisah hidup Insha,jangan lupa vote dan tinggalkan komennya ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cawica, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam pertama ( part 2 )
Hanafi duduk di pinggiran tempat tidur di tepuknya kasur empuk di sampingnya memberi isyarat supaya Insha duduk juga.
Dengan kepala tertunduk malu Insha menghampiri Hanafi dan terus berusaha menutupi bagian tubuhnya . Tapi seperti apapun usahanya terlihat sia-sia karna dari segala arah pun baju tidur itu bisa memperlihatkan lekuk tubuhnya.
Insha duduk disamping Hanafi dengan memberi jarak yang cukup aman untuknya. Hanafi seakan mengerti perasaan yang saat ini dirasakan oleh istrinya ia berusaha untuk mencari topik pembicaraan. Hanafi tidak dapat menemukan kata apa yang tepat untuk di bicarakan.
Sebenarnya dia juga merasa tidak enak hati melihat istrinya yang serba salah tingkah di depannya, tetapi rasa senang saat menggoda istrinya jauh lebih memberinya dorongan untuk terus menggodanya.
"Insha..."
"Kenapa kau duduk menjauh dariku..maafkan aku kalau kau tidak nyaman dengan baju tidurmu.."
meraih bahu Insha dengan lembut, Hanafi terasa menyentuh langsung bahu istrinya karna baju tidur dengan kain super tipis itu.
"Tentu saja aku nyaman mas.."
"Benarkah.."
"Iya mas han.."
"Aku sendiri yang memilihnya..aku pikir kau akan cantik jika memakainya..dan ternyata benar..kau semakin cantik saat memakainya.."
jadi ini baju tidur selera mas han...hemmm rasanya aku ingin mengubur diri di kerak bumi..
Insha hanya membalas kata-kata Hanafi dengan senyuman yang tak terlihat karna sama sekali dia tak memandang Hanafi, sedari tadi hanya duduk menunduk dengan tangan berada di atas kedua kakinya.
Insha terkejut tiba-tiba ada yang menarik rambutnya dari belakang, tarikannya terasa lembut dan tak membuat rasa sakit sama sekali. Dia pun menyadari tangan Hanafi yang menariknya berusaha melepas ikat rambutnya.Dan rambutnya sekarang sudah terburai di belakang punggungnya.
Sedari keluar kamar mandi tadi memang Insha sengaja mengikat rambutnya di belakang, rambutnya yang hitam dan cukup panjang setengah basah karna ikut terguyur air saat dia mandi tadi.
Hanafi pun berdiri menuju lemari dan mengambil sesuatu dari sana, dia mengambil handuk kecil untuk mengeringkan rambut Insha yang setengah basah.
"Sini akan ku keringkan rambutmu..bagaimana kau bisa tidur dengan rambut basah seperti ini..bisa-bisa kau sakit nanti.."
Hanafi mengusap-usap lembut rambut Insha dengan handuk kecil di tangannya.
Insha hanya diam mematung seribu bahasa hanya kepalanya yang sedikit bergerak-gerak karna usapan lembut tangan Hanafi.
Ntah kenapa Hanafi yang melihat rambut Insha acak-acakan malah membuatnya semakin mengaguminya. Tak henti-hentinya dia memandanginya sampai tak terasa tangannya kini sudah berhenti mengusap rambut Insha kini bergantian memegang dagu Insha pandangan mereka pun bertemu.
Kenapa tangan mas han berhenti...ehh apa ini ..
"Insha aku mencintaimu..."
Insha tak sempat menjawab apapun karna kini bibir mereka sudah beradu, Hanafi menggeser tubuhnya agar menempel pada Insha, ia memeluknya erat seakan tak ingin melepaskannya.
perasaan apa ini..bahkan aku pun tak ingin menolak setiap sentuhan dari mas han..
Tangan Hanafi sudah sibuk sendiri menyentuh setiap Inchi tubuh Istrinya. Sementara Insha hanya menerima pasrah setiap kegiatan yang di lakukan suaminya sekarang.
Entah sejak kapan tubuh mereka sudah beralih ke posisi terbaring di tempat tidur, pakaian sudah berserakan dimana-mana. Hanya terlihat sebuah bed cover yang menggeliat kesana-kemari menandakan pemiliknya masih terjaga di bawah sana. Dan malam panjang pun masih berlanjut untuk mereka.
*
Hanafi melirik jam di meja samping lampu tidurnya, ia melihat jam digital dengan angka 02.51.
hmm..sudah hampir pagi ternyata..
Hanafi melihat Insha di samping nya dengan selimut yang menutupi sampai lehernya, ia terlihat memejamkan mata tapi tangannya masih bergerak sibuk menutupi tubuhnya.
"Insha.."
"hemmm..."
Insha yang merasakan lelah luar biasa rasanya tak ingin berbincang-bincang lagi, ia hanya ingin memejamkan mata mengembalikan tenaga di tubuhnya.
Hanafi mendekati tubuh Insha meraihnya,memeluknya, di sandarkan kepala Insha di dadanya yang bidang dan putih bersih. Ia membelai lembut rambut Insha.
"Insha..apa kau lelah.."
"hemmm.."
"Hihihi...tidurlah..ini masih jam 3 pagi.." tertawa kecil melihat istrinya yang nampak sangat lelah.
Tubuh mereka pun basah di penuhi oleh keringat dimana-mana ntah milik siapa.
"Jam 3.."
mata Insha terbelalak memandang wajah Hanafi yang kini berada di atasnya.
"Iya memang kenapa..tidurlah ini masih larut.."
mengecup kening istrinya lembut.
"Tidak mas han..aku terbiasa bangun di jam 3 untuk memasak..bukankah nanti mas han juga bekerja..?"
Sudah ingin beranjak dari pelukan Hanafi dengan tubuh yang masih lunglai.
Insha mempunyai keinginan kuat untuk bangun dan memulai aktifitas tetapi ntah kenapa tubuhnya mengatakan yang sebaliknya. Tubuhnya ingin istirahat tertidur di pelukan Hanafi.
"Tidurlah...kau lupa..kau berada di rumahku sekarang..kau tidak perlu bangun pagi untuk memasak..bude yang akan mengurus semua.."
menarik tubuh Insha lagi dan mendekapnya semakin erat.
"Tapi mas han.."
"Sudahlah...aku tak ingin kau kelelahan..mulai sekarang jangan mengerjakan pekerjaan rumah lagi..serahkan semua pada mereka..aku hanya ingin kau melayani ku saja.."
kata-katanya di bumbui dengan seringai tipis Hanafi.
"Aku tak mau tangan yang lembut ini bekerja lagi.."
meraih tangan Insha dan meninggalkan satu kecupan lembut disana.
"Benarkah...terimakasih mas han..tentu saja aku akan melayani apapun yang mas han minta selama aku bisa memenuhinya.."
Insha pun berbicara banyak dia merasa senang karna tidak terbebani lagi dengan banyak pekerjaan seperti kehidupannya di desa.
Setelah bercerita kesana-kemari dia tak mendapat respon apapun dari Hanafi hanya hembusan nafas yang terdengar semakin berat. Insha mendongak dan melihat Hanafi dengan mata yang sudah terpejam.
"hemm...mas han tidur ya..hihi saat terlelap pun mas han masih terlihat tampan sekali.."
Satu kecupan lembut mendarat di pipi kanan Hanafi.
"Sepertinya aku tak bisa tidur.."
Insha bergumam pelan, menyelimuti tubuh Hanafi dan beranjak dari tempat tidur. Ia mencari baju tidurnya yang berserakan di lantai dan memakainya lagi ke kamar mandi.
Gemericik air mengguyur tubuh Insha membilas keringat di tubuhnya. Ia memandangi tubuhnya di pantulan cermin banyak sekali tanda merah disana. Ia meraba lagi setiap tanda merah itu dan terbayang lagi bagaimana saat Hanafi membuat tanda itu.
Dengan senyum yang terus mengembang di bibir mungilnya perlahan ia membersihkan diri. Cukup lama ia berada di kamar mandi kejadian tadi malam bersama Hanafi masih tergambar jelas di fikirannya, betapa lembutnya Hanafi memperlakukannya juga sentuhannya masih terasa di setiap bagian tubuhnya.
Hingga tanpa terasa adzan subuh pun berkumandang, Insha segera menyudahi mandinya.
ohh tidak..berapa lama aku mandi sampai adzan subuh sudah berkumandang..
Bersambung...
😡😡😡
Dari omongan Salma, apakah mungkin Pras cinta sama Insha???
Terus kenapa bisa mencintai Salma juga?!
MEMBINGUNGKAN!!!
😡😡😡
Hanafi dengan dalih demi kebaikan insha, menuruti hawa nafsu menikah dengan salma, berhubungan dengan Salma
sayang banget ya, karma buat Salma langsung dibuat meninggal, harusnya sengsara dulu di dunia.