Seorang anak kecil yang kuat dan tangguh sehingga menjadi sukses diusia dewasa, mampu melawan kerasnya kehidupan dunia.
Diusianya yang memasuki belasan tahun ia harus diuji dengan lingkungan yang toxic sehingga menjadikan dia perempuan tangguh dan harus mampu menjalani kerasnya hidup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14
Ayah Ahsan dan Reni pulang ke rumah dengan membawa masing² gamal yang sudah mereka cari.
"Langsung bawa ke kandang Ren, nanti ayah yang kasih turun dari sepeda."
"Iya ayah." jawab Reni langsung menuju kandang. "Ku kasih turun deh, aku pasti bisa." gumamnya optimis.
"Ye aku bisa!" bersemangat meski dengan susah payah menurunkan gamal sedikit² dari sepeda ke samping kandang.
"Ke belakang dulu ah cari buah nangka sempat ada yang tua." gumam dalam hati melangkahkan kaki ke bawah pohon nangka.
"Wah ada pale nangka tua, aromanya harum, sudah masak ini, wah sudah jatuh, yah ada busuknya pale!" gumamnya semangat. "Ambil parang dulu deh langsung dibelah disini saja." lanjutnya.
*
"Sudah dikasih pakan kambingnya Ren?"
"Belum bu, tadi ayah masih dibelakang." jawab Reni lalu mengambil parang.
"Kamu mau kemana lagi Ren? Sudah sore cepat mandi terus temani Naysa main."
"Cari nangka dibelakang bu, ada yang sudah masak, Nayla mana bu?" tanyanya.
"Gak tau kemana tadi dia itu, kayaknya ada Imah mungkin main."
"Emang dia sudah mandi?"
"Sudah. Kayaknya mau bantu kerja tugasnya Imah deh!" jawab ibu sambil main dengan Naysa.
"Aku ke belakang dulu bu, sebentar saja baru mandi."
"Ya udah cepat sana," huh seraya menghembuskan nafas kasar, merasa dongkol.
**
"Harum, semoga bagus."
"Ya banyak busuknya! Tapi lumayan masih ada dimakan², pake daun pisang saja deh bungkusnya." gumamnya lalu bangkit mengambil daun pisang. "Lumayan enak." gumam dalam hati.
***
Seusai membersihkan buah nangka, memisahkan yang bagus dan jelek,, Reni mandi dan menemani adiknya bermain.
"Naysa, ayo nyanyi."
"hehehe," sambil bertepuk tangan.
"Balonku ada lima, rupa² warnanya, hijau, kuning, kelabu, merah muda dan biru, meletus balon hijau dor," hehehe mereka berdua tertawa. "Hatiku sangat kacau, balonku tinggal empat ku pegang erat². Yeee." tepuk tangan bersama sambil tertawa bahagia.
"Menulis yuk." seraya bangkit mengambil alat tulis yakni buku dan pulpen.
"A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z. Baguskan? Ya Allah tulisanmu juga bagus de." memuji tulisan Nay supaya semangat belajar menulis.
Meski tulisannya "+^×&×>#*#*#*$&^^@;*(" mantap betul.
Lama menulis, waktunya shalat maghrib.
"Ayo ambil air wudhu sebelum gelap, kita shalat berjamaah." himbau ayah Ahsan kepada putri²nya.
"Sudah berwudhu aku ayah, Nay ayo shalat jamaah de," ajaknya.
"Iya kak, ambil mukenah dulu kak."
"Saf diluruskan,, Naysa di belakang nak sama ibu dan kakak²mu."
"Yayaya bababa." celoteh Naysa.
"Allah hu Akbar." shalat maghrib berjamaah lalu berdoa bersama dan bersalaman.
"Ayah masih kurang sehat?" tanya Reni.
"Ayah sudah sehat, Alhamdulillah ayah tidak apa²," jawabnya seraya tersenyum ramah pada anaknya.
"Kata ibu ayah kurang sehat," ayah hanya tersenyum dapat perhatian dari Reni.
"Emang ayah sakit kak?" tanya Nayla penasaran, sambil beriringan dengan Reni keluar dari mushala.
"Hany kecapean," jawab Reni singkat, Reni masih kesak karena Nayla diajak cari ramban tidak mau.
"Ngaji dulu deh baru makan buah nangka" gumam Reni pelan.
"Nay ayo ngaji, sudah sampai mana kamu? Ai masih iqra," ledeknya.
"Biarin yang penting ngaji, wele... ibu kak Reni nih ganggu." adunya.
"Ish orang ngajak ngaji malah diadukan, dasar." akhirnya mengaji sendiri.
"Nayla ngaji, nanti lagi mainnya!" seru ayah Ahsan. Nayla hanya diam tanpa menjawab ucapan ayah, tapi langsung ambil iqranya lalu mengaji bersama Reni. Reni rajin mengaji, memiliki cita² menjadi penghafal al-Qur'an. Masya Allah....
Seusai mengaji mereka makan malam bersama, tetapi ibu dan Naysa sudah masuk kamar bersiap untuk tidur.
***
"Ren, kamu tadi singgah ke kebun yang ada buah rambutannya kak?" tanya ibu setelah menemani Naysa tidur dan melangkahkan kaki menuju ruang keluarga.
"Tidak bu, aku hanya fokus cari ramban sama ayah, tapi ayah tadi sempat ke kebun Coklat sih bu!" jawabnya jujur.
"Emang sudah waktunya petik yah?"
"Belum bu, masih sedikit yang masak. Mungkin pekan depan baru petik."
"Oh ya sudah, sempat sudah berbuah rambutan bisa dijual, karena ini belum ada pisang masak mau bikin pisang molen."
"Atau bikin donat saja bu?!" saran Reni sekaligus bertanya. "Enak juga donat buatan ibu, teman² suka kok!" lanjutnya.
"Iya sih kak, hanya kalau tanpa hiasan apa anak² suka? Anak² kan suka kalau ada mesesnya, nanti kalau pasaran baru dibelikan meses!" jelasnya.
"Kenapa gak beli meses diwarung saja bu?"
"Biasa lama dan agak mahal kak."
"Oh gitu bu." sambil manggut² kepalanya paham.
***
Reni menuju kamar Nay yang sedang berbaring.
"Nay, malam ini tidur berdua ya?"
"Kenapa kak?" pertanyaan Reni dijawab pertanyaan oleh Nayla.
"Huh ditanya malah balik nanya. Tadi malam tuh aku dengar diruang tamu ramai kayak ada yang nonton bola, kirain ayah nonton bola malam², lah pas bangun dan ku cek gelap tidak ada yang nonton bahkan televisi juga mati, ih kan serem de."
"Hhmm gitu, iya tidur sini saja sama aku kak."
"Kamu bikin apa sih de?"
"Ini aku mau gambar kak, tapi harus sesuai dibuku ini."
"Ini gambar bungakan?"
"Iya kak, kenapa?"
"Gampang kalau ada contohnya begini, sini aku bantu!"
"Eh, dilarang digambarkan kak, aku gak suka menggambar, sukanya membaca saja! Iya kakak memang sukanya gambar, menulis bahkan ada itu buku diary kakak kan?" ucap Nayla.
"Kok kamu tau de kakak punya buku diary?"
"Aku lihat dimeja kamar kakak. Aku baca tulisan kakak, cie suka²! Siapa itu kak?"
"Sssttt bukan siapa² anak kecil gak boleh begitu!" hehehe jawabnya sambil cengengesan malu.
"Itu teman kelas kamu kah kak? Siapa namanya Irfan?"
"Ssttt berisik." Reni tutup mulut Nay menggunakan tangan kanannya.
"Hehehe lucu!"
"Apanya lucu! Itu kakak kelas yang sudah SMP, dia ganteng hehehe." tersenyum malu².
"Ku laporkan ibu ya kak?"
"Eits jangan lah, orang hanya suka doang!" kesalnya tukang sama ngadu.
"Masih kecil tau kak, gak boleh suka² gitu." ucapnya sok dewasa.
***
Beberapa hari kemudian keluarga ibu Wati ada yang datang dari luar Kota.
"Rinduku sama adik sabarku ini," ucap paman Joy seraya memeluk adik kesayangannya yang jarang ditemui.
"Gimana kabarmu dik?" tanyanya.
"Aku baik Mas,, Mas apa kabar? Kenapa Mb Putri gak ikut?" tanyanya balik.
"Gak lah! Nanti gimana pekerjaan disana kalau semua pergi." jawabnya. Paman Joy adalah bisnis man pekerjaannya berwiraswasta, dia tidak suka diperintah tapi suka memerintah. Hehehe
"Ayo masuk Mas. De!" seraya memeluk adik bungsunya yang bernama Yati.
"Iya Mb, kamu gemukan Mb." seraya tersenyum
"Gimana gak gemukan, anak masih satu tahun, meski gak ASI terus tapi cepat lapar!"
"Iya Mb, berarti dibantu susu formula Naysa?"
"Iya mau bagaimana juga ASInya hanya sedikit biasa kurang!" jawabnya sedih.
"Tapi malah bisa sambil ditinggali kerja de," lanjutnya seraya tersenyum syukur. Setiap keadaan kalau disyukuri akan ada hikmahNya.
"Iya gak apa² Mb yang penting anak2 sehat. Aku ini sudah berobat bolak balik ke dokter tapi belum juga hamil." kata bibi Yati sedih, wajahnya sendu karena sudah lima tahun menikah belum dikaruniai momongan.
"Kamu sudah berobat tradisional?" tanya bu Wati.
"Sudah Mb, bahkan ke Makassar juga bulan lalu sama Mas Anto."
"Sabar ya de." ucap ibu merasa prihatin.
Keluarga ibu datang dari Desa Sumber Wangi di Selatan, mereka datang mengunjungi keluarganya yang jauh. Yang datang ada bibi Yati, Paman Joy, dan Paman Anto. Ibu Wati anak ke enam dari tujuh bersaudara, yang datang itu anak ke lima yaitu Paman Joy dan ke tujuh yaitu bibi Yati, satu lagi suami bibi Yati yaitu Paman Anto.
***
"Besok paman mau pulang, Reni mau ikut??" tanya paman Joy pada Reni.
"Kenapa cepat sekali pulang paman? Kan kita belum jalan²!"
"Yang penting sudah ketemu kalian rindunya sudah terobati." ujar paman sambil mengelus rambut kepala Reni. Mereka hanya tiga malam berkunjung, mereka cepat pulang karena tidak bisa meninggalkan pekerjaan lama². Zaman itu tahun 2004 belum ada hp dikampung, kalau pun ada yang punya berarti orang kaya.
"Aku tanya Ibu dulu ya paman, kalau boleh aku akan ikut."
"Anak pintar, tanya mi ibumu di dapur yang sedang sibuk memasak sama bibimu."
"Iya paman." Reni menuju dapur menemui ibu Wati dan bibi Yati yang sedang memasak daging ayam, tempe tahu kecap, dan ikan goreng tepung.
"Wah mantap masakannya, jadi lapar." celetuk Reni yang tiba² datang.
***
Bersambung ♡♡♡
Dukung terus karya Hani_Hany ya ♤♡☆
cara nya hanya wajib follow akun saya sebagai pemilik Gc Bcm. Maka saya akan undang Kakak untuk bergabung bersama kami. Terima kasih
Jangan lupa like, kritik dan sarannya.../Rose/