Bianca, adalah wanita berusia dua puluh empat tahun yang terpaksa menerima calon adik iparnya sebagai mempelai pria di pernikahannya demi menyelamatkan harga diri dan bayi dalam kandungannya.
Meski berasal dari keluarga kaya dan terpandang, rupanya tidak membuat Bianca beruntung dalam hal percintaan. Ia dihianati oleh kekasih dan sahabatnya.
Menikah dengan bocah laki-laki yang masih berusia sembilan belas tahun adalah hal yang cukup membuat hati Bianca ketar-ketir. Akankah pernikahan mereka berjalan dengan mulus? Atau Bianca memilih untuk melepas suami bocahnya demi masa depan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vey Vii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pilihan Sulit
Hari Pernikahan
Ini adalah hari yang sebelumnya menjadi hari yang paling dinantikan oleh Bianca. Ia akan menikah dengan laki-laki yang sangat ia cintai, laki-laki yang telah bersamanya menjalin asmara selama bertahun-tahun.
Meskipun ia memutuskan menikah muda di usia dua puluh empat tahun, Bianca tidak keberatan. Ia punya pekerjaan dan penghasilan cukup, hidupnya mapan dan terjamin, ia sama sekali tidak mengkhawatirkan masa depannya.
Bianca dan Darren menyiapkan semua acara pesta di sebuah gedung besar dan mewah. Bianca bahkan menggelontorkan biaya yang fantastis demi mewujudkan pernikahan impiannya.
Namun, semua berubah sejak dua hari lalu.
"Kak, kau baik-baik saja?" tanya Daniel. Ia menghampiri Bianca yang masih berada di ruang rias sendirian. Wanita itu hanya mengangguk tanpa mengatakan sepatah katapun.
Melihat wajah Bianca tampak cemas sekaligus gelisah, Daniel meraih kedua tangan wanita itu dan menggenggamnya erat.
"Kau sangat cantik, Kak," puji Daniel. Wajah Bianca telah dirias dengan make up natural. Rambutnya di gelung indah dengan beberapa helai rambutnya dibiarkan menjuntai di samping kanan dan kiri pipinya.
"Jangan takut, jangan khawatir. Semua akan baik-baik saja." Daniel memeluk Bianca.
Saat bocah laki-laki itu sedang berusaha menenangkan Bianca dengan memeluknya, tidak disangka pintu ruangan terbuka. Seorang wanita paruh baya dengan gaun putih anggun memergoki mereka dan sangat terkejut.
"Mama," lirih Bianca. Ia dan Daniel saling melepaskan diri.
"Apa ... Apa yang terjadi?" tanya Bellinda. Ia melihat Daniel mengenakan kemeja tuksedo berwarna putih dengan sekuntum mawar di sakunya. Itu adalah pakaian yang seharusnya dipakai oleh mempelai pria.
"Ma, aku akan menjelaskannya," jawab Bianca.
"Ini Daniel, mana Darren?" Bellinda kebingungan. Di belakangnya, Abraham pun berdiri dengan tatapan tidak mengerti.
"Kak Darren tidak pantas berada di sini menjadi mempelai pria. Aku akan menggantikannya," sela Daniel.
"Menggantikan Darren? Bagaimana semua ini bisa terjadi? Apa maksudnya?" Bellinda kesulitan mencerna setiap kalimat yang ia dengar.
Pasalnya, Bianca memutuskan untuk tidak memberitahu kedua orang tuanya sampai hari ini. Wanita itu kesulitan memberi penjelasan. Jadi, Bianca berpikir jika lebih baik kedua orang tuanya tahu di hari pernikahannya.
Bianca berdiri dengan tubuh gemetar, mendekati Bellinda dan memeluk mamanya.
"Maafkan Bianca, Ma. Ini semua salah Bianca," ucap Bianca sambil menangis.
Saat itu, kedua orang tua Daniel datang ke ruangan tersebut. Bramantyo menjelaskan apa yang sudah terjadi. Tanpa di duga, ia langsung berlutut di hadapan Abraham dan memohon maaf atas segala kesalahan yang telah dilakukan oleh anak sulungnya.
"Apa kau bilang? Darren membatalkan pernikahan dua hari lalu dan berselingkuh di belakang putriku?" tanya Abraham naik pitam. Laki-laki berumur lima puluh lima tahun itu hampir mengangkat tangannya untuk melampiaskan amarah, namun dengan cepat Bianca mencegahnya.
"Kami menerima Darren meski kami tidak mempercayainya. Itu semua kami lakukan karena Bianca mencintainya!" teriak Abraham. Wajahnya merah padam, matanya memerah menahan amarah.
"Maafkan kami, Abraham. Kami telah gagal mendidik Darren. Kami tidak punya pilihan selain menyetujui permintaan Daniel untuk menggantikan kakaknya, karena Bianca ...." Bramantyo menghentikan kalimatnya.
"Bianca hamil, Pa," sela Bianca.
Mendengar hal itu, Bellinda menangis. Ia kembali memeluk Bianca. Hanya berselang beberapa detik, Bellinda langsung jatuh pingsan.
Semua orang panik, Abraham segera menggendong istrinya dan membaringkannya di atas matras yang berada di ruang rias.
Bellinda segera mendapatkan pertolongan medis, hal itu terjadi hanya karena ia syok dengan kabar kehamilan Bianca. Dokter memastikan Bellinda baik-baik saja dan hanya butuh waktu untuk istirahat serta menenangkan diri.
Selama menunggu Bellinda tersadar, Bianca dan Sintia terus menjaganya. Bianca terus menangis, ia merasa amat bersalah karena membuat kedua orang tuanya harus menanggung malu atas perbuatannya.
Di ruangan lain, Abraham duduk bersama Bramantyo dan Daniel. Mereka harus segera memutuskan, apakah pernikahan ini akan tetap dilanjutkan, atau Abraham memilih untuk membiarkan Bianca melajang dengan bayi dalam kandungannya.
Bramantyo terus memohon maaf pada Abraham. Mengakui segala kesalahan Darren sebagai kesalahannya. Semua orang tahu bahwa keluarga Bianca sangat berkuasa, ketakutan akan kebangkrutan sangat menghantui Bramantyo. Terlebih, ia hanya pebisnis biasa.
"Paman, aku bersedia menggantikan Kak Darren. Aku melakukan ini untuk mempertanggungjawabkan tindakan kakakku," ucap Daniel.
"Bukankah kau baru saja lulus SMA?" tanya Abraham.
"Benar, Paman. Kedewasaan seseorang bukan dilihat dari berapa umurnya, tapi tindakan dan perbuatannya," jawab tegas Daniel.
Abraham menatap Daniel. Sekarang, pilihan apa lagi yang bisa diambil? Bianca hamil, Darren kabur, semua tamu undangan sudah tiba, sanak dan saudara sudah mulai berpesta.
Jika pesta pernikahan ini dibatalkan, tidak hanya mempermalukan kedua pihak keluarga, namun Bianca juga akan menanggung beban sendirian. Ia akan dicap sebagai wanita tidak baik, karena mengandung bayi tanpa suami.
Abraham tidak bisa membayangkan anak semata wayangnya menanggung aib itu sendirian.
Namun, menerima Daniel yang masih berusia sembilan belas tahun sebagai seorang menantu? Apakah itu masuk akal?
***
gimana...gimana dengan hatimu daren,,apakah masih baik² saja 🤭🤭