Hanaya, wanita cantik yang harus rela menjual tubuhnya dengan pria yang sangat ia benci. Pria yang telah melukai hatinya dengan kata-kata yang tak pantas Hana dengarkan.
Mampukah Hana hidup setelah apa yang terjadi padanya?
Atau bagaimana kah nasib pria yang telah menghina Hana saat tahu kebenaran tentang Hana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon momian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Sudah jam 10 malam, tapi Hana masih setia berbaring di tempat tidurnya. Sungguh hari ini sangat malas untuk bergeser sedikitpun turun dari tempat tidur.
Hana sangat syok, menerima kenyataan semalam yang membuat nya muntah-muntah hingga beberapa kali.
"Brengsek!" Teriak Hana sambil memukul tempat tidur nya. "Pria itu sudah menghancurkan kesucian mata ku." Timpalnya kemudian.
"Tidak kerja?" Tanya sang ayah saat melihat Hana sedang duduk di kursi sambil menonton.
"Tidak ayah. Hana sepertinya sedang tidak enak badan."
"Hana. Ada yang ingin ayah bicarakan." Ayah Hana duduk tepat di samping Hana. Hana pun langsung menoleh ke hadapan Ayahnya.
"Ada apa ayah? Ayah baik-baik saja kan?" Tanya Hana mulai panik, karena melihat raut wajah sang ayah.
"Kita harus mengemasi barang dan pindah dari rumah ini."
"Kenapa ayah? Bukan kah kita sudah membayar kontrak untuk bulan ini sampai dua bulan kemudian. Lalu kenapa kita harus pindah?"
"Sang pemilik rumah sudah menjual rumah nya. Dan kita harua mengosongkan rumah ini besok."
"Sial." Rutuk Hana, lalu berdiri dari duduknya.
"Hana.. Mau kemana Nak?" Tanya sang ayah.
"Aku harus bertemu dengan pemilik rumah ini ayah. Dia sudah mengambil uang kita dan seedak jidat saja dia menjual tanpa memberitahu kita terlebih dahulu."
Hana mengambil jaket nya lalu berjalan keluar dari dalam rumah membuat ayahnya hanya bisa bernafas dengan kasar melihat tingkah sang anak.
••••••
"Bagimana Roy? Apa semua sudah beres?" Tanya Elang.
"Sudah tuan. Rumah itu sudah saya beli, dan besok nona Hana harus meninggalkan rumah itu."
"Good job Roy.. Hahahahahahahah" ucap Elang dan terus tertawa dengan sangat bahagia.
"Kita lihat, sampai dimana wanita itu mampu bertahan." Ucap Elang.
"Tapi tuan. Bukan kah ini keterlaluan?" Tanya Roy
"Keterlaluan? Tentu tidak Roy. Justru ini belum seberapa. Lihat saja, aku akan membuat wanita itu memohon, bersujud padaku."
"Ada apa dengan mu tuan. Tidak biasanya kau seperti ini." Batin Roi
Keesokan Harinya.
Hana sudah mencari rumah kontrakan, namun hasilnya tetap nihil. Karena sangat mendadak, dan itupun jika Hana mendapatkan rumah yang ingin di kontrakan uang Hana tidak cukup untuk membayar sewa.
"Sial. Kenapa bisa seperti ini. Giliran dapat rumah kosong, ongkos sewanya mahal."
Karena merasa frustasi Hana pun langsung mengambil ponselnya dan menelpon sang sahabat.
"Wid, kamu dimana?" Tanya Hana saat sambungan terhubung.
"Di rumah Han. Ada apa?"
"Wid, aku butuh bantuan mu. Bantuin aku cari kontrakan,."
"Emang kenapa? Kamu ada masalah sama ayah?"
"Ngak! Aku sama ayah baik-baik saja. Hanya saja rumah yang aku kontrak udah dijual.. Ayo yah Wid bantuin aku."
"Tunggu-tunggu gang sebelah lorong ku ada rumah yang mau di kontrakkan. Kamu ke sini aja, aku bantuin ngomong sama pemiliknya."
"Oke Win. Aku kesana sekarang" ucap Hana lalu memutuskan sambungannya.
Selang berapa lama. Kini Hana sudah sampai ke tempat di mana Widia sudah menunggunya..
"Yang mana?" Tanya Hana.
"Han. Maaf, sepertinya kita terlambat. Baru saja ada orang yang menyewah rumah ini." Ucap Widia.
"Haaa?? Tapi bukan kah tadi kamu bilang rumah ini di kontrakkan?"
"Iya, tapi ada orang yang baru saja membayar sewa nya. Dan sang pemilik langsung mengiyakan karena penyewah membayar mahal."
"Haaaa???"
"Hahahahahahahahahahhahah." Tawa Elang dengan sangat kerasnya, saat melihat langsung wajah Hana yang terlihat sangat kesal dan juga lelah.
Yah Elang sudah menyuruh seseorang untuk menyewah rumah dengan harga di atas tawaran sang pemilik. Supaya Hana tidak bisa menyewah rumah tersebut.
"Sepertinya aku mendapatkan mainan baru." Kata Elang sambil terus memperhatikan Hana dari balik kaca mobilnya.
"Ini bukan diri anda tuan." Batin Roy sambil memperhatikan tuannya dari kaca spion tengah.