Menjadi wanita gemuk, selalu di hina oleh orang sekitarnya. Menjadi bahan olok-olokan bahkan dia mati dalam keadaan yang mengenaskan. Lengkap sekali hidupnya untuk dikatakan hancur.
Namanya Alena Arganta, seorang Putri dari Duke Arganta yang baik hati. Dia dibesarkan dengan kasih sayang yang melimpah. Hingga membuat sosok Alena yang baik justru mudah dimanfaatkan oleh orang-orang.
Di usianya yang ke 20 tahun dia menjadi seorang Putri Mahkota, dan menikah dengan Pangeran Mahkota saat usianya 24 tahun. Namun di balik kedok cinta sang Pangeran, tersirat siasat licik pria itu untuk menghancurkan keluarga Arganta.
Hingga kebaikan hati Alena akhirnya dimanfaatkan dengan mudah dengan iming-iming cinta, hingga membuat dia berhasil menjadi Raja dan memb*antai seluruh Arganta yang ada, termasuk istrinya sendiri, Alena Arganta.
Tak disangka, Alena yang mati di bawah pisau penggal, kini hidup kembali ke waktu di mana dia belum menjadi Putri Mahkota.
Akankah nasibnya berubah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rzone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 Memetik Buah Dari Kesabaran
“Apa anda yakin tidak apa-apa membiarkan ini berlalu Nyonya?” Tanya seorang pelayan yang sudah geram.
“Jangan khawatir,” Alena tersenyum lembut, dia memang baik. Namun dia juga menjadi sosok yang tidak akan mudah dimanfaatkan oleh orang lain lagi.
Seperti yang sudah diramalkan oleh Alena sebelumnya, Aurel datang ke ruang kerja Mattias dengan banyak drama. Dia mengadukan bila Alena memperlakukan dirinya dengan sesuka hati.
“Panggil Duchess kemari,” Perintah Mattias pada bawahannya setelah mendengar laporan palsu dari Aurel.
“Saya menghadap Tuan Duke,” Alena menunduk hormat, dia ingin tahu apa yang dilaporkan oleh Aurel hingga membuat wajah Mattias nampak muram seperti itu.
“Alena, sudah saya bilang anda tidak perlu berbelas kasih bukan?” Mattias menarik Alena hingga wanita itu jatuh diatas pangkuannya.
“Coba katakan, dan apa yang yang telah dilakukan Istriku pada Pelayan sepertimu?” Tanya ulang Mattias, Alena terdiam. Rupanya Mattias memiliki sisi mengerikan seperti itu, pikirnya.
“W-wanita gendut, ah Duchess melakukan pemukulan pada saya.” Ucap Aurel terbata-bata.
“Benarkah itu Alena?” Tanya Mattias, Alena ingin sekali merobek mulut pembohong itu saat itu juga.
“Dia benar Duke, selain memukul saya juga merobek mulutnya dan mencincang lidahnya itu. Saya juga menjambak rambutnya dan mencolok kedua matanya dengan timah panas! Grrr, apa itu membuat anda marah?” Tanya Alena pada Mattias, tawa terdengar dari mulut Mattias.
“Saya akan sangat senang bila anda akan berani melakukan hal itu, namun sepertinya mulutnya yang bau busuk tak perlu di robek. Itu hanya akan mengotori tangan anda saja,” Ucap Mattias, dia menatap Aurel dengan dingin.
“Kau dengar barusan? Apapun yang dilakukan Istriku maka turuti dia! Apapun yang dia inginkan adalah keinginanku juga, apapun yang dia perintahkan adalah perintahku juga. Seret dia dari sini!” Perintah Duke Mattias dengan wajah marah luar biasa.
“Apa anda marah karena saya kejam?" Tanya Alena, Mattias menggelengkan kepalanya.
“Yang benar saja, anda meminta wanita sepertinya untuk menjadi pelayan? Saya lebih senang bila dia benar-benar di penggal saja!” Gertak Mattias, Alena terkejut melihat amarah Mattias tersebut yang ternyata sulit dikontrol.
“Mattias, kaki saya sudah sembuh berkat anda. Apakah ada yang bisa saya lakukan untuk berterima kasih?” Tanya Alena, Mattias terdiam. Amarahnya meleleh seketika dengan kata-kata manis dari Alena.
“Ada, apa boleh saya memintanya sekarang?” Tanya Mattias, Alena terdiam dan mengangguk. Mattias menyodorkan pipinya, dia menunjuk pipi itu dengan jari telunjuknya.
“Apa ini?” Tanya Alena, Mattias menyun dia kembali menepuk pipinya dengan jari.
“Anda ingin saya mencium itu?” Tebak Alena, Mattias mengangguk. Alena terkekeh dan lantas menempelkan bibirnya di pipi sang suami.
“Sudah ya? Sekarang saya juga harus kembali.” Ucap Alena hendak bangkit dari pangkuan Mattias, Mattias lantas menahan Alena yang hendak pergi.
“Bisakah anda tetap tinggal?” Tanya Mattias, Alena menepuk tangan Mattias yang melingkari perutnya.
“Mungkin setelah pekerjaan anda usai.” Mattias akhirnya mengangguk dan melepaskan sang Istri, dunia serasa milik berdua saat jatuh cinta, dan orang lain hanya ngontrak. Agaknya pepatah itu bisa digunakan pada mereka berdua saat ini, lihatlah di sudut ruangan itu ada dua orang Ksatria yang sejak tadi memperhatikan keduanya.
Keduanya hanya dapat tahan nafas saat melihat tingkah dari Tuannya yang tak seperti biasanya itu, mereka bahkan yakin bila mereka tak pernah melihat Tuan mereka tersenyum dengan begitu tulus hingga pipinya memerah seperti itu.
Alena keluar dari ruangan Mattias, sedangkan setelah pengusiran Aurel dari kediaman Duke Mattias, sebuah rumor buruk menyebar di kalangan rakyat biasa dan juga di kalangan bangsawan.
Ada rumor yang mengatakan bila Alena adalah sosok yang kejam dan tak memiliki belas kasih, dia juga memperlakukan para pelayan dengan sangat buruk. Bahkan banyak juga rumor yang beredar bila Alena adalah sosok wanita gendut, bodoh dan juga buruk rupa.
Mendengar rumor buruk terus menyebar selama satu Minggu itu, Mattias menjadi sangat marah. Dia ingin segera menghancurkan rumor itu dengan tangannya. Namun genap satu Minggu kemudian, sebuah artikel muncul dan menjelekkan Alena.
“Alena apa anda baik-baik saja?” Tanya Mattias saat di tangan Alena terdapat artikel yang menyatakan berbagai rumor buruk tentang Alena.
“Saya tidak apa-apa, saya tidak akan pantas duduk di samping anda bila hal semacam ini saja membuat saya gundah. Saya ingin mematahkannya dengan tangan saya sendiri, namun sebelum itu. Saya ingin meminta salah satu Asisten anda untuk berada di pihak saya.” Mattias terdiam, entah apa yang kini direncanakan oleh Alena. Namun sebagai suami, dia hanya ingin mendukung apapun itu.
“Baiklah bila itu yang anda inginkan, namun bila rumor buruk itu membuat anda merasa sangat tidak nyaman. Anda bisa langsung mengatakannya pada saya.” Alena mengangguk, dia memang bisa saja membantah semua ucapan itu dan menghadirkan saksi yang dapat memperjelas segalanya, namun hal itu tak akan membuat rumor itu berhenti begitu saja.
Ada sebuah cara yang ingin dilakukan Alena, dia ingin menangkap penjahatnya. Memberikan dia hukuman, namun bukan tangannya. Dia ingin membuktikan kelayakan dirinya di hadapan rakyat Mattias, namun dia tak perlu bicara untuk membuktikannya. Dia juga tak harus repot-repot menyebarkan berita bila dia telah membantah. Dia hanya perlu melakukan satu cara itu saja untuk melakukan semuanya, yaitu untuk bersabar sebentar.
Rumor terus beredar tanpa henti, hingga terdengar dilebih-lebihkan dan begitu tak enak didengar. Alena tahu siapa pelakunya, namun dia tak harus mengatakannya dan menunjuk orang itu.
Alena tersenyum, pernikahannya kini hanya tinggal menghitung hari sedangkan para rakyat sudah banyak memberontak dan tak ingin bila Tuan Duke mereka menikah dengan Alena.
“Duchess apakah tidak apa-apa bila dibiarkan terus seperti ini?” Tanya seorang pelayan dengan sangat cemas. Alena tersenyum miring, dia meneguk tehnya.
“Kita harus memetik buah dari kesabaran kita sekarang, bila terus dibiarkan buah itu akan membusuk bukan?” Senyum Alena, pelayan itu nampak kebingungan.
“Perintahkan kepada beberapa Ksatria bila aku membutuhkan banyak anggur, sebarkan pula bila lusa kita akan mengadakan pesta di alun-alun kota Mattias, undang semua orang dan biarkan mereka menikmati pestanya, tanpa terkecuali.” Ucap Alena, Pelayan itu hanya mengangguk.
Drap!
Drap!
Drap!
Mattias berlari dari ruangannya saat mendengar kabar tersebut, di saat kacau seperti ini Alena justru ingin mengadakan pesta. Entah apa yang sebenarnya ada dalam otak Alena, namun Mattias hanya ingin memastikan bila Istrinya itu baik-baik saja.
“Alena?” Teriak Mattias saat sampai di ruang kerja Alena, Alena mengangkat kepalanya dan tersenyum.
“Ada apa?” Tanya Alena bangkit dari duduknya, dia duduk di sofa dan meminta seorang pelayan menyediakan teh hangat.
“Apa benar bila anda akan mengadakan pesta?” Tanya Mattias, Alena mengangguk membenarkan.
“Apa pada akhirnya anda akan membantah semua rumor itu?” Tanya lagi Mattias, Alena kembali mengangguk membenarkan.
“Syukurlah, apa ada yang bisa saya bantu?” Tanya Mattias, Alena tersenyum.
“Tidak ada untuk saat ini, anda hanya perlu datang bersama saya lusa nanti.” Mattias akhirnya mengangguk, dia juga menatap raut yang tak menyiratkan kegelisahan di wajah Alena.
“Apa anda benar, baik-baik saja?” Tanya lagi Mattias, Alena terkekeh melihat kekhawatiran Mattias. Dibandingkan dengan Alena, nampaknya kali ini Mattias lebih tegang.
“Tentu saja saya baik-baik saja, mari kita berpesta lusa.” Ucap Alena, Mattias akhirnya menghela nafas lega.