David adalah seorang anak panti asuhan. Ia jatuh hati dengan Kasih yang merupakan putri dari keluarga pemilik rumah panti asuhan tempatnya dibesarkan.
Keluarga Kasih melarang keras hubungan asmara Kasih dengan David.
Setelah melewati manisnya kemesraan dan pahitnya perjuangan. David dan Kasih menjadi pemenang. Selamanya cinta sejati mereka tidak pernah terpisahkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Lagu
Pada hari minggu. Kasih dan Erik pergi ke pusat kota untuk belanja perlengkapan bayi demi menyambut kelahiran buah hati mereka.
Meski baru memasuki usia kandungan lima bulan. Sebagai seorang calon ibu Kasih benar-benar sudah tidak sabar.
Di rumah Kasih sudah mempersiapkan kamar sendiri untuk bayinya. Ranjang bayi. Ruang bermain. Semua ia dekor dengan warna biru langit.
“Hari ini kita mau belanja apa lagi?”, tanya Erik.
Erik dan Kasih sedang berada di dalam mal.
“Hari ini kita beli mainan”, jawab Kasih.
“Wow luar biasa”,
“Mainan seperti apa yang ingin kamu beli untuk anak kita?”, tanya Erik.
“Boneka dan hiasan dinding”,
“Jangan lupa hari ini kita juga harus membeli bantal dan selimut bayi”, pinta Kasih.
“Bantal dan selimut bayi?”,
“Bukannya kemarin kamu sudah beli online?”, tanya Erik.
“Warnanya tidak sesuai di gambar”, tegas Kasih.
*
Sebelum pulang Kasih dan Erik makan di bakmi restaurant yang mendadak menjadi langganan mereka berdua semenjak Kasih hamil. Menu yang selalu di pesan oleh mereka adalah bakmi original. Kasih selalu memakannya tanpa tambahan bumbu atau pun saus.
Semenjak dirinya hamil Kasih rajin memesan secara online bakmi ini. Bahkan hampir setiap hari kiriman bakmi itu datang ke rumahnya.
Ibu hamil kalau sudah ngidam memang harus selalu dituruti permintaannya. Bahkan meski makanan itu butuh waktu lama untuk sampai di rumah karena jaraknya yang jauh.
Dalam perjalanan pulang Kasih meminta berhenti di depan sebuah toko roti yang sudah ada dari sejak zaman dulu.
Ia ke sana ingin membelikan titipan roti-roti pesanan ibunya. Hanya di tempat itu saja kue kesukaan ibunya dijual.
“Tunggu di sini biar aku yang membelinya”, kata Erik setelah berhenti di seberang jalan toko roti yang dimaksud.
“Biar aku saja”,
“Nanti kamu salah lagi”, kata Kasih.
“Hati-hati sayang”, pesan Erik.
Erik pernah disuruh oleh ibu mertuanya membelikan roti di toko itu. Tapi Erik salah memilih varian rasa.
Kasih pun menyeberang jalan kecil yang sepi kendaraan.
Sesampainya di toko roti ia harus sabar menunggu untuk mendapatkan apa yang ia mau. Sore itu antriannya lumayan banyak. Apalagi di hari minggu.
“Kasih ini lah suara hatiku”,
“Aku selalu ingin bersamamu”,
“Jangan kau pergi tinggalkan ku”,
Datang seorang pengamen menyanyikan lagunya. Kasih dan orang-orang yang sedang mengantri membeli roti dengan segera memberi uang kecil kepada pengamen itu. Seorang anak belasan tahun yang berpakaian ala anak jalanan.
“Hei bocah pengamen”, seru Kasih.
Tiba-tiba Kasih memanggil anak itu yang sudah pergi meninggalkan keramaian di depan toko roti.
“Ada apa kakak memanggil saya?”, bocah pengamen itu menghampiri Kasih.
“Coba nyanyikan lagu yang baru saja kamu mainkan sekali lagi”, pinta Kasih.
“Kasih ini lah suara hatiku”,
“Aku selalu ingin bersamamu”,
“Jangan kau pergi tinggalkan ku”, pengamen itu menuruti permintaan Kasih.
“Hanya itu saja?”, tanya Kasih setelah pengamen itu berhenti bernyanyi.
“Hanya sampai di situ saja kak saya bisanya”, kata bocah itu.
“Darimana kamu tahu lagu ini?”, tanya Kasih penasaran.
“Saya belajar dari teman pengamen jalanan yang lain”, jawab bocah itu.
“Siapa yang pertama kali menyanyikannya?”, selidik Kasih.
“Saya tidak tahu kak. Lagu ini sudah cukup lama sering saya dengar”, jawab bocah pengamen.
Kasih lalu memberinya uang lebih dan satu bungkus roti yang baru saja ia beli sebelum bocah pengamen itu benar-benar pergi.
Kasih kembali ke mobil dimana Erik sudah menunggu lama.
“Antrian panjang sayang?”, tanya Erik.
“Ya begitulah hari minggu”,
“Mari kita pulang”, kata Kasih.
Sepanjang perjalanan pulang Kasih tampak banyak melamun. Ia hanya sesekali menanggapi obrolan suaminya. Erik maklum, mungkin istrinya sudah terlalu lelah jalan seharian dengan kondisi yang tengah berbadan dua.
“Kasih ini lah suara hatiku”,
“Aku selalu ingin bersamamu”,
“Jangan kau pergi tinggalkan ku”,
Lirik dan melodi itu terus terngiang di benak Kasih. Ia tidak akan pernah lupa bahwa lagu itu adalah lagu yang ditulis David untuknya.
Apakah David selama ini masih hidup?