Jia Andrea selama lima tahun ini harus bersabar dengan dijadikan babu dirumah keluarga suaminya.
Jia tak pernah diberi nafkah sepeser pun karena semua uang gaji suaminya diberikan pada Ibu mertuanya.
Tapi semua kebutuhan keluarga itu tetap harus ditanggung oleh Jia yang tidak berkerja sama sekali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 35
"Gimana, Ma? Mama setuju gak?" Tanya Rendi memastikan saat melihat ibunya hanya diam.
"Tapi Rangga punya uang dari mana? Dia kan belum punya pekerjaan." Ucap Bu Arum ragu.
"Suruh saja dia pinjam ke temannya atau sama Manda. Nanti kalau dia sudah menjadi manager cafe, baru suruh dia ganti uangnya." Ide Rendi lagi yang kali ini membuat Mayang dan Bu Arum mengangguk setuju.
***
Sementara itu Jia dan Candra yang baru selesai meeting mengajak Jia pergi ke sebuah cafe.
"Nanti setelah ini kita berangkat ke perusahaan cabang yang kedua ya Cand. Tadi Om Yudi kirim pesan katanya di suruh mampir sebentar." Ucap Jia memulai percakapan mereka.
Candra menganggukkan kepala lalu meminum kopi yang dia pesan.
"Aku ikut kamu saja. Soalnya aku masih belum terlalu hafal jalanan sini ." Jawab Candra.
"Iya deh iya, kamu kan mantan orang bule." Ucap Jia bergurau.
Dan Candra menanggapinya dengan tawa. Namun, tawanya seketika terhenti saat memperhatikan Jia yang sedang asik meminum jus pesanannya.
"Jia, soal pertanyaanmu yang tadi, apa aku masih harus menjawabnya?" Tanya Candra.
Jia sektika terdiam dan menatap ke arah Candra dengan tatapan dalam.
"Emm kalau kamu gak mau menjawabnya gak usah di jawab juga tidak masalah." Jawab Jia gugup.
Candra tersenyum tipis. "Aku tau kamu pasti masih ragu sama aku. Tapi, insyaallah semua hal-hal yang kamu ragukan itu tidak akan pernah terjadi." Ucapan Candra membuat Jia terkejut dan menatap Candra.
"Bukankah kita sudah sepakat untuk menjalani apa yang harus kita jalani? Kita lakukan saja kesepakatan itu terlebih dulu, kalau kamu nanti masih ragu. Aku tidak akan keberatan dengan keputusan apapun yang kamu ambil." Lanjut Candra.
"Bukan gitu maksudnya Can. Sekarang status kita berbeda, mungkin saat ini kamu masih bisa menerima statusku. Tapi kita gak tau kedepannya akan seperti apa, bukan? Kalau suatu saat kamu mendengar ucapan buruk orang-orang tentang hubungan kita, terus kamu merasa malu gimana?" Jawab Jia sekaligus memberi penjelasan.
Candra tersenyum tipis menanggapi ucapan Jia.
"Aku yang akan menjalani kehidupan ku, Jia. Aku juga yang akan mengatur hidup ku sendiri. Bukan orang lain, Walaupun mereka berkomentar buruk tentang hubungan kita. Hanya satu yang perlu kamu tau, kedua tanganku memang tidak mungkin bisa menutup mulut mereka semua. Jadi, aku akan menggunakan kedua tanganku untuk menutup kedua telingaku." Ucap Candra penuh keyakinan, dan hal itu mampu membuat hati Jia terenyuh.
Jia tersenyum tipis menanggapi ucapan Candra. Mau bagaimana pun dia masih merasa trauma dan takut.
"Kalau suatu saat nanti aku meminta kamu untuk tinggal di rumah ku, apa kamu mau?" Tanya Jia lagi demi meyakinkan dirinya.
Candra mengangguk tanpa beban. "Kamu wanita yang aku pilih, Jia. Jadi, kemana pun kamu pergi aku akan lebih memilih ikut denganmu. Aku tau seorang Imam memang tidak pantas jika harus mengikuti makmumnya. Tapi kalau aku ada di posisi kamu, aku juga pasti akan melakukan hal yang sama. Karena yang sekarang kamu hadapi bukan orang lagi. Melainkan mental dan rasa trauma kamu." Jawaban Candra membuat Jia semakin melebarkan senyumannya.
"Jia aku mohon sekali lagi, selain keluarga mu. Izinkan aku untuk menjadi salah satu penghilang rasa trauma kamu. Izinkan aku untuk memimpin kamu dan juga anakmu kedalam lembaran hidup baru." Lanjut Candra tulus.
Jia terdiam selama beberapa saat lalu menghembuskan napas pelan. "Seperti jawabanku sebelumnya, tunggu sampai masalah dan masa idahku selesai dulu. Setelah itu, aku akan mencoba membuka hatiku buat kamu." Jawaban Jia membuat Candra tersenyum puas.
"Jadi kamu mau membuka jalan untuk hatimu, Jia? Aku janji aku gak akan mengecewakan mu. Ah bukan-bukan aku bukan berjanji, tapi aku akan berusaha membuktikan kalau apa yang kamu takutkan, semuanya itu hanya sekedar rasa takut mu saja dan aku jamin itu tidak akan menjadi kenyataan. Karena aku menginginkan kamu untuk menyempurnakan ibadah ku, bukan hanya sekedar teman hidup." Ucap Candra kegirangan setelah mendengar jawaban Jia.
Jia tersenyum lagi lalu menganggukkan kepalanya.
"Amin semoga kamu Istiqomah dengan ucapanmu ya Can." Jawab Jia seraya mengukir senyum.
Setelah pembahasan tentang perasaan masing-masing. Mereka berdua akhirnya bisa bercerita dengan tenang tanpa rasa canggung.
Jia merasa kalau dirinya dengan Candra memang sejalan.
"Ya Allah hamba memang belum mampu menjadi wanita yang baik. Tapi hamba mohon, untuk jalan yang hamba pilih kali ini, tujukan lah pada hamba jalan yang benar. Kalau memang Candra berjodoh dengan hamba jadikan hubungan kita baik dan Istiqomah. Tapi, kalau memang Candra bukan jodoh hamba, tunjukkanlah tanda pada hamba untuk bisa melepas Candra." Batin Jia seraya tersenyum menatap Candra yang kini tengah bercerita.
"Kamu orangnya asik juga." Ucap Jia saat Candra selesai bercerita.
Candra menaikan alisnya. "Karena sekarang aku udah gak canggung lagi deket sama kamu. Kalau kemarin kan aku masih canggung, aku juga masih menahan perasaan aku sama kamu." Ucap Candra lirih dan langsung salah tingkah.
Jia tertawa kecil melihat Candra yang kini salah tingkah.
Saat keduanya tertawa bersama tiba-tiba saja ucapan seseorang membuat keduanya menoleh.
"Waahhh.. jadi ini yang kamu lakukan sebenarnya? Kamu bahkan belum resmi bercerai denganku tapi kamu sudah berani jalan sama lelaki lain? Dasar murahan kamu Jia." Ucap Rangga yang tiba-tiba saja menghampiri mereka berdua.
Jia sama sekali tak menghiraukan ucapan Rangga, dia berusaha tenang dan melanjutkan obrolannya bersama Candra.
Jia benar-benar menganggap Rangga sudah tidak ada dalam hidupnya.
"Kamu tuli atau buta, Jia? Aku ada di sini dan kamu malah asik bercengkrama sama lelaki selingkuhan mu? Istri macam apa kamu." tanpa tau malu Rangga berkacak pinggang lalu menoleh kearah Candra.
"Hei mas jangan mau sama dia, dia itu istri durhaka. Saya gak pernah di masakin sama dia, dia bahkan gak mau beres-beres rumah saat saya pergi kerja." Ucap Rangga lagi yang geram karena tidak di hiraukan oleh Jia.
Candra menatap Rangga tidak enak, lalu menatap Jia yang terlihat acuh. Dia menjadi bingung sendiri, baru kali ini dia berada di posisi seperti ini.
"Emm maaf Mas sebelumnya. Saya bukan selingkuhan Bu Jia, saya cuma sekertaris pribadi Bu Jia yang membantu pekerjaan Bu Jia selama ini." Ucapan Candra tiba-tiba membuat Jia dan Rangga kaget.
Jia yang terkejut akan pengakuan Candra dan Rangga yang terkejut karena mendengar Jia memiliki sekertaris pribadi.
"Alah kalian ini gak usah ngelak. Kalau udah ketauan ya udah ngaku aja, gak usah bohong. Aku lebih tahu siapa Jia sebenarnya." Ucap Rangga yang tak percaya dengan ucapan Candra.
"Memang benar, ini buktinya. Kita sedang melakukan tugas dari Pak Alan untuk meninjau perusahaan cabang di kota ini. Dan setelah ini kita akan pergi ke kantor cabang yang ke dua." Jawab Candra seraya memberikan bukti berkas yang dia bawa sejak tadi.
Rangga melihat sampul map yang di pegang oleh Candra. Dia semakin terkejut, dia tahu bahwa sampul yang di pegang oleh Candra tersebut adalah berkas perusahaan JJ COMPANY.
Jia tersenyum saat melihat ekspresi wajah Rangga yang terkejut.
"Maaf Rangga, jangan bandingkan sikap kita berdua. Aku bukan kamu dan kamu bukan aku. Kalau kamu dengan gampangnya membawa selingkuhan mu untuk ikut ke sidang perceraian kita. Maka aku tidak akan membawa selingkuhan ku kemana saja, bahkan ke hadapan keluargaku langsung, sebelum masa iddah ku selesai. Sampai bertemu di sidang yang kedua. Aku pastikan setelah itu aku, kamu dan keluarga kita tidak akan ada hubungan apa-apa lagi kecuali Amira, yang memang darah daging kamu." Jia yang kini angkat bicara.
"Bukankah sudah bilang, kalau aku gak mau kita pisah? Aku mau kita rujuk. Tuhan saja mampu memaafkan hambanya yang salah, masa kamu sebagai manusia gak bisa memaafkan aku. Kita sama-sama manusia, tempatnya khilaf dan dosa. Sekarang aku akan memaafkanmu karena kamu ketaun selingkuh. Jadi, kamu juga seharusnya memaafkan ku. Lalu kita kembali membuka lembaran baru." Jawab Rangga dengan wajah memelas tapi tetap saja ucapan terkesan arogan.
***********
***********
kenp gak tegas .buat mereka kapok