Gara-gara salah masuk ke dalam kamarnya, pria yang berstatus sebagai kakak iparnya itu kini menjadi suami Ara. Hanya dalam satu malam status Ara berubah menjadi istri kedua dari seorang Dewa Arbeto. Menjadi istri kedua dari pria yang sangat membencinya, hanya karena Ara orang miskin yang tak jelas asal usulnya.
Dapatkah Ara bertahan menjadi istri kedua yang tidak diinginkan? Lalu bagaimana jika kakak angkatnya itu tahu jika ia adalah istri kedua dari suaminya.
Dan apa sebenarnya yang terjadi di masa lalu Dewa, sampai membuat pria itu membenci orang miskin. Sebuah kebencian yang tenyata ada kaitannya dengan cinta pertama Dewa.
Semua jawabannya akan kalian temukan di kisah Ara dan Dewa, yuk baca🤭
Jangan lupa follow akun dibawah ini
Ig mom_tree_17
Tik Tok Mommytree17
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
"Tapi wanita miskin itulah yang bisa membuatmu bergairah sampai kalian —"
"Karena pengaruh alkohol," sela Dewa dengan cepat. "Malam itu aku mabuk dan tidak sadar melakukannya."
"Jika memang seperti itu, seharusnya saat kau mabuk bersama Selena kau juga bisa melakukannya," sindir Tristan tepat pada sasaran hingga membuat Dewa tak berkutik. "Tapi nyatanya kau tidak bisa menyentuh Selena, berbeda dengan—"
"Ara, namanya Ara."
"Wow, ternyata kau tahu namanya. Jangan bilang kalau kalian saling mengenal?" tebak Tristan.
"Jelas aku mengenalnya karena Ara adik angkat Vivian."
"What?"
Untuk kedua kalinya Tristan terkejut, dan bukan hanya Tristan saja tapi Edward juga.
Ya, Edward yang sejak tadi terkejut dengan hal yang baru diketahuinya tentang Dewa Arbeto. Kini kembali terkejut saat mengetahui wanita yang sejak tadi menjadi perbincangan kedua pria itu adalah Ara yang dikenalnya. Karena tadinya Edward hanya menebak-nebak saja apakah ara yang dimaksud oleh Dewa adalah adik Vivian, dan tenyata tebakannya itu benar.
Edward juga baru menyadari alasan tuan Dewa membawa Ara dan mengurung wanita itu di dalam kamar tamu. Dan kini setelah mengetahui apa yang terjadi pada Ara, entah apakah Edward harus merasa kasihan atau bersyukur. Karena sejak awal ia memang berharap tuan Dewa bisa bersama dengan Ara, agar wanita yang tidak pernah diperlakukan dengan baik oleh keluarga Wisnu bisa terbebas dari penderitaannya.
"Sekarang aku tidak tahu harus bagaimana," keluh Dewa. "Bukan karena takut jika Vivian mengetahui apa yang terjadi, tapi apa yang harus aku lakukan pada Ara?" jelasnya sebelum Tristan berpikir yang tidak-tidak.
Walaupun sahabat baiknya itu tahu alasan ia menikah dengan Vivian bukan karena cinta, tapi karena wanita itu memiliki semua keunggulan dari wanita lainnya. Cantik, pintar, status sosial yang setara, dan dari keluarga yang jelas.
"Tanpa perlu aku jawab, kau pasti sudah memiliki jawaban atas pertanyaanmu sendiri. Tapi kau hanya ragu karena status wanita itu yang miskin dan dari keluarga tidak jelas."
Tristan tahu benar jika Dewa orang yang bertanggung jawab, tapi karena kebencian pria itu dengan masa lalunya berkaitan dengan orang miskin, membuat Dewa ragu untuk melakukan apa yang seharusnya pria itu lakukan.
"Setidaknya kini kau bisa bernapas dengan lega, karena dengan wanita itu kau bisa memiliki keturunan," ucap Tristan dengan terkekeh sembari menepuk pundak sahabat baiknya.
Dewa pun terdiam, bahkan saat Tristan pergi pria itu masih diam dengan jari yang mengetuk diatas meja. Lama Dewa berpikir hingga akhirnya ia memberitahu Edward setelah memutuskan sesuatu.
"Ed, kau tahu bukan apa yang harus kau lakukan?"
Edward menganggukkan kepalanya.
"Aku ingin orang-orang yang terlibat didalamnya orang yang bisa dipercaya dan bisa menutup mulutnya!"
"Baik Tuan." Edward pun keluar dari ruangan tersebut.
Kini ia tahu alasan Dewa membiarkannya mengetahui semua rahasia pria itu. Karena Dewa ingin ia terlibat untuk menangani permasalahan dengan Ara.
*
*
Ara menatap pintu kamar yang terkunci rapat dengan tatapan penuh kekesalan. Bagaimana tidak kesal jika di kurung selama hampir dua jam lamanya.
Ya, setelah ia sampai di apartemen yang pastinya milik Dewa Arbeto. Ara langsung dimasukkan kedalam kamar dan dikunci dari luar dengan alasannya yang tidak jelas. Rasa takut akan dilenyapkan oleh Dewa Arbeto pun kembali muncul, mengingat posisinya kini yang terkurung di tempat tersebut.
"Siapa kalian?" tanya Ara dengan terkejut.
Ia yang tengah melamun baru menyadari ada beberapa orang yang masuk kedalam kamar yang ditempatinya.
"Nona jangan takut."
Salah satu dari dua wanita itu mendekat lalu membawa Ara untuk duduk di depan meja rias yang ada di dalam ruangan tersebut.
"Tuan Dewa menyuruh kami untuk mempersiapkan Anda."
"Mempersiapkan aku? Untuk apa?" tanya Ara dengan bingung.
Dan lebih bingung lagi saat wanita yang tak dikenalnya mulai menyentuh wajahnya dengan begitu cekatan.
ntar Ara mati rasa baru tau