Welcome Yang Baru Datang☺
Jangan lupa tinggalkan jejak, Like, Vote, Komen dan lainnya Gais🌹
=====================================
Irene Jocelyn harus kehilangan masa depannya ketika ia terpaksa dijual oleh ibu tiri untuk melunasi hutang mendiang sang ayah. Dijual kepada laki-laki gendut yang merupakan suruhan seorang pria kaya raya, dan Irene harus bertemu dengan Lewis Maddison yang sedang dalam pengaruh obat kuat.
Malam panjang yang terjadi membuat hidup Irene berubah total, ia mengandung benih dari Lewis namun tidak ada yang mengetahui hal itu sama sekali.
hingga lima tahun berlalu, Lewis bertemu kembali dengan Irene dan memaksa gadis itu untuk bertanggung jawab atas apa yang terjadi lima tahun lalu.
Perempuan murahan yang sudah berani masuk ke dalam kamarnya.
"Aku akan menyiksamu, gadis murahan!" pekik Lewis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bucin fi sabilillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kau!
"Apa sudah ada kabar lagi tentang gadis itu?" tanya seorang laki-laki yang terlihat begitu tampan dan dingin.
"Belum ada, Tuan! Kami sudah mencari ke seluruh kota, kini mereka juga sudah menjelajah hampir ke seluruh negara," ucap George asisten Lewis.
"Ini sudah lima tahun!" bentak Lewis sambil melemparkan asbak rokok yang ada di atas meja.
George hanya bisa menghindar dan diam. Hampir setiap minggu ia menghadapi kemarahan laki-laki ini.
Ruangan itu seketika hening tanpa suara, hingga dering ponsel mengalihkan perhatian mereka.
George memeriksa informasi yang baru saja ia terima. "Tuan, mereka mendapatkan informasi di kota Sanford!" ucapnya.
Lewis terdiam, dan menatap George dengan tajam. "Apa yang kau tunggu? Cari dia sampai ketemu!" bentak pria tampan itu dengan tidak sabar.
George hanya mengangguk dan memilih untuk keluar dari ruangan Lewis. Namun ketika membuka pintu, ia melihat seorang perempuan yang selalu mengganggu pekerjaannya beberapa tahun ini.
"Apa Lewis ada di dalam?" tanya Clara dengan sombong.
George hanya terdiam dan tidak menghiraukan sedikit pun apa yang dilakukan gadis ini.
Model cantik yang selalu menempel kepada Lewis tanpa rasa malu, walaupun pria tampan itu sering mengusirnya.
Namun karena dukungan dari Orang tua Lewis, membuat gadis itu keras kepala dan selalu menang jika berdebat dengan Lewis.
"Lihat saja nanti, kamu orang pertama yang akan saya pecat ketika saya resmi menjadi Nyonya Maddison!" ancam Clara.
George tetap tidak menghiraukan wanita ini. Ia langsung pergi dari sana dan kembali ke ruangannya.
Clara dengan kesal menghentakkan kakinya masuk ke dalam ruangan Lewis.
"Saya tidak ingin bertemu dengan siapapun hari ini!" ucap Lewis tanpa memperhatikan siapa yang masuk ke dalam ruangannya.
"Lewis, Mommy meminta kita untuk makan siang di restoran Prancis yang di sebrang jalan!" ucap Clara yang berjalan dengan anggun dan menggoda.
Lewis hanya terdiam dan menatap Clara dengan tajam. "Kau paham bahasa manusia?" ucapnya.
"Lewis, aku...,"
"KELUAR!!" bentak Lewis membuat nyali Clara ciut.
Ia langsung keluar dari ruangan itu dengan geram. Saat ini hanya titah dari Mommy Lewis yang bisa ia andalkan.
Awas saja kau! Cepat atau lambat, kau akan bertekuk lutut dihadapanku!. Batin Clara dengan amarah yang menguasainya.
*
*
Sementara itu Irene yang masih sibuk di restoran, dengan telaten melayani pembeli dengan ramah. Tak lupa dua pria kecil juga ikut membantunya.
"Ibu, Om itu terlihat mencurigakan!" ucap Diego menyelidik menatap dua orang laki-laki yang terus memperhatikan mereka.
Irene terdiam dan menatap arah pandangan Diego. Ia merasakan hal yang sama, namun tidak tau siapa mereka.
"Jangan main jauh-jauh, Nak! Atau kalian masuk saja ke dalam, biar Ibu yang membereskan sisanya," ucap Irene.
Devon terdiam, ia menghela napas dan langsung menarik tangan Diego untuk masuk ke dalam rumah.
"Kak, Ibu gimana?" tanya Diego yang tidak rela meninggalkan Irene di sana sendiri.
"Tenang saja, ada Uncle Ken di sini!" ucap Devon menatap ibunya dengan perasaan yang berbeda.
Dua pria kecil itu segera masuk ke dalam rumah dan berdiam diri sambil mengawasi CCTV.
"Kak, apa itu orang-orangnya Ayah Badjingan kita?" tanya Diego menatap layar laptop di hadapan mereka.
"Sepertinya begitu. Mereka sudah dua hari ada di sini dan memantau sekeliling. Apa Ayah Badjingan itu sudah mengetahui keberadaan kita?" tanya Devon dengan wajah datar.
"Kak, aku gak mau Ibu kenapa-napa!" lirih Diego dengan mata yang berkaca-kaca.
"Tenanglah, Mereka gak akan mencelakai ibu. Sekarang kita harus cari cara untuk menghalangi mereka!" titah Devon.
Mereka menyusun rencana untuk menghalangi orang-orang itu semampunya. Jika hanya ada beberapa orang, itu bukan jadi masalah.
Mengingat Devon memiliki kemampuan meretas yang cukup baik di usianya yang masih anak-anak.
Sementara Diego memiliki IQ yang lebih tinggi dibandingkan Devon, hanya saja ia tidak tertarik dalam dunia IT.
Di luar restoran. Irene masih berusaha waspada dengan beberapa orang yang di tunjuk oleh Devon tadi.
"Kenapa, Ren?" tanya Ken bingung.
"Gak papa, Ken. Sepertinya kita harus tutup lebih awal!" ucap Irene.
Ken menatap wanita cantik itu dengan bingung. "Apa ada masalah?".
Irene hanya menggeleng dan kembali membersihkan meja. Ia melirik Ken yang berjalan menuju beberapa orang yang masih duduk di sudut ruangan sambil menatapnya dengan tajam.
Tidak mungkin mereka orang-orang tuan Badjingan itu. Secara, dia yang memintaku untuk menutup mulut. Kenapa sekarang dia mencariku?. batin Irene.
Sebentar, matanya membulat ketika menerka jika Lewis akan mengambil paksa anak-anaknya nanti.
Aku harus menyembunyikan Diego dan Devon. Dia tidak ada hak sama sekali atas anakku!. batin Irene dengan tangan yang gemetar.
"Permisi, mau pesan apa, Tuan? Silahkan!" ucap Ken tersenyum ramah.
"Cola," ucapnya.
Ken merasa canggung dengan orang-orang ini. Ia langsung membuatkan pesanan mereka dengan perasaan aneh.
"Ren. Apa kamu menyinggung seseorang belakangan ini?" tanya Ken.
Iren hanya menggeleng, ia masih merasa linglung dan takut jika benar mereka adalah orang utusan dari Lewis.
Tapi dari mana mereka tau jika aku melahirkan anaknya? Atau ini mata-mata dari Ibu?. Batin Irene.
Ia berusaha untuk mengalihkan pikirannya namun ia tetap waspada dengan situasi di sekitar.
Hingga beberapa pelanggan sudah meninggalkan tempat, mereka memilih tutup lebih awal dan berkemas untuk pergi meninggalkan ruko itu.
"Diego, Devon. Ibu tidak tau apa yang terjadi, hanya saja sekarang ibu merasa cemas. Untuk sementara kalian tinggal di rumah tante Sofia dulu ya!" ucap Irene sembari memeluk kedua putranya.
Sofia adalah sahabat Irene yang berada di pinggir kota. Jika memang benar mereka orang-orang Lewis, mungkin Devon dan Diego akan aman tinggal di sana untuk sementara waktu.
"Apa ibu akan ikut dengan kami?" tanya Diego khawatir.
"Tidak, Nak. Ibu akan tetap di sini sampai nanti tidak ada hal yang mencurigakan lagi," ucap Irene tersenyum.
Dua pria kecil itu hanya bisa pasrah dan mengangguk. Mereka pergi setelah melihat keadaan aman, agar tidak diikuti oleh orang-orang itu.
Sesampainya di pinggir kota, Sofia bertepuk tangan dengan senang karena kembali bertemu dengan Diego, namun tidak dengan Devon yang selalu membuatnya jengkel.
"Maaf ya, aku merepotkanmu!" ucap Irene tidak enak hati.
"Tidak masalah. Lagian aku memang kesepian di sini. Tinggallah selama kalian mau!" tukas Sofia tersenyum.
Hingga sore menjelang, Irene segera kembali ke ruko dan beristirahat, namun ia terkejut ketika melihat beberapa orang yang berpakaian rapi berdiri di depan tokonya yang sudah terbuka.
"Apa yang kalian lakukan?" pekik Irene mendorong mereka satu persatu.
"Ternyata kau pandai bersembunyi!" sindir Lewis dengan mata yang tajam.
"Ka-kau!" pupil mata Irene membulat sempurna.
di tunggu bab selanjutnya ya🥲🥲