Sinta Ardila,gadis ini tidak perna menyangka jika ia akan di jual oleh sahabatnya sendiri yang bernama Anita,kepada seorang pria yang bernama Bara yang ternyata seorang bos narkoba.Anita lebih memili uang lima puluh ribu dolar di bandingkan sahabatnya yang sejak kecil sudah tumbuk besar bersama.bagai mana nasib Sinta.apakah gadis sembilan belas tahun ini akan menjadi budak Bara?apakah akan muncul benih cinta antara Bara dan Sinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alesya Aqilla putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18
Perbandingan umur yang lumayan jauh membuat Bara harus bisa menyesuaikan diri dengan Sinta yang masih berusia sembilan belas tahun.
Bara merapikan tempat tidur yang berantakan setelah ia bercinta dengan Sinta. Sesekali Bara tersenyum -senyum membayangkan kenikmatan yang membuat ia bahagia.
"Sebenarnya enak,tapi aku harus sok jual mahal,"ucap Sinta yang saat ini tenga duduk di closed duduk.
Otak Sinta tidak bisa melupakan ketika ia mengerang kenikmatan saat hantaman benda tumpul milik Bara mampu membuat dirinya menikmati surga dunia.
"Tapi kalau ingat dia mengurung dan menggangguku,sakit rasanya hati ini, lihat saja nanti,aku akan membalas perbuatan Bara.,"ucap Sinta yang sudah merencanakan pembalasan untuk Bara.
Sinta memutuskan untuk mandi, meskipun bagian selangkanganya terasa begitu perih tapi setidaknya ia sudah menikmati kejantanan milik Bara.
Besar dan panjang ternyata sangat berguna dalam urusan ranjang,apa kah ada yang kecil juga?"ucap Sinta yang mendadak penasaran.
Otaknya mulai kotor sejak Bara memaksanya untuk melakukan hubungan suami istri. Sinta menatap dirinya dari pantulan cermin,di mulai dari leher sampai ke dada kurusnya banyak sekali tanda merah yang di cap oleh Bara.
"Dasar rakus!"kesal Sinta kemudian keluar dari kamar mandi.
Buru-buru Sinta berganti pakaian mumpung Bara tidak ada di kamar,Sinta langsung turun ke lantai bawah untuk mencari makanan yang bisa ia makan.
"Sinta,sapa Danil dengan raut wajah tercengang.
Sinta langsung menoleh ke arah sumber suara,jelas terlihat hasil maha karya Bara yang memerah di leher Sinta. Bahkan Brian dan Chris hanya bisa terdiam dengan ekspresi kaget.
Melihat hal tersebut, Bara langsung beranjak dari duduknya,melepas handuk yang bertengger di kepala Sinta untuk menutupi lehernya setelah itu Bara mengajak Sinta pergi ke kamar.
"Wah,sudah dapat,"ucap Danil.
"tidak mungkin tidak,meskipun kurus begitu sudah pasti Bara tidak tahan melihatnya,"ucap Brian.
"pasti di lakukan dengan cara memaksa,kalian tau bagai mana sikap Bara," ucap Chris di benarkan kedua sahabatnya kemudian ketiga pria ini sama-sama tertawa.
Wajah Bara terasa tebal,sudah pasti ketiga sahabatnya berpikir yang macam-macam tentang dirinya.
"kenapa keluar kamar Hem?"tanya Bara seraya melipat kedua tangannya di dada.
Aku lapar,kupikir tidak ada orang di bawa,"jawab Sinta.
Bara membuang napas kasar,ia menatap Sinta dengan raut wajah bingung.
Nanti sore kita pergi ke mall membeli alat make-up,"ucap Bara memberi tahu.
"benarkah?ucap Sinta yang merasa tidak percaya pergi ke mall.
Bara menjawab dengan anggukan.
"Aku belum perna pergi ke mall,"ucap Sinta memberi tahu.
"kau belum perna pergi ke mall?"tanya Bara yang merasa heran.
Sinta menggelengkan kepalanya.
"Gajiku hanya cukup untuk membayar kontrakan dan biaya makan sehari-hari,sudah pasti aku tidak mampu pergi ke mall.
Bara hanya diam,ia menepuk pucuk kepala Sinta kemudian hendak kembali turun menemui ketiga sahabatnya.
"Jangan keluar sampai aku kembali ke kamar,"ucap Bara mengingatkan.
Sinta tidak menanggapi,ia lebih memilih duduk di tepi ranjang. Bingung juga ingin melakukan apa karena kamar bara dominan barang pria semua bahkan untuk sisir rambut pun tidak bisa di gunakan Sinta.
tidak sampai lima menit, Bara kembali ke kamar,pria ini langsung membuka lemari pakaianya untuk mencari Hoodie miliknya yang bisa di kenakan Sinta untuk menutupi lehernya.
Gunakan ini cepat!"titah Bara.
Besar sekali?"apa tidak ada yang lebih kecil,"tanya Sinta
"tidak ada,kalau pergi gunakan selimut,"jawab Bara terdengar menyebalkan.
Sinta mendengus kesal,ia kemudian menggunakan Hoodie tersebut lalu mengisir rambutnya menggunakan jari-jari kecilnya. Melihat Sinta yang kesusahan, Bara mengambil sisir pribadi miliknya kemudian ia membantu Sinta untuk menyisir rambutnya.
Sinta merasa canggung,ia tidak berani menatap cermin, tubuhnya yang kecil dan mungil membuat Sinta seperti anak Bara.
"Kenapa rambutmu rontok sampai seperti ini?"tanya Bara yang merasa heran,ia menunjukkan gumpalan rambut yang ada di tangannya.
"selama tinggal di rumah mu,aku tidak pernah menggunakan sisir. Wajar saja,pikirlah sendiri,"ucap Sinta kesal.
Bara diam tidak menjawab,setelah merapikan rambut Sinta,mereka pun segera pergi ke mall.untuk yang pertama kalinya Sinta pergi ke mall,ada perasaan bahagia meskipun terlihat sangat kampungan.
Sepertinya hidupmu ini kurang pengalaman,"ucap Bara.
"Iya deh,si paling banyak pengalaman.sahut Sinta."aku baru satu tahun lulus sekolah, wajar saja kurang pengalaman,tapi pengalaman rasa sakit mana lagi yang belum aku dapatkan tentang hidup ini?"boleh di aduh dengan ku,"
Bara memutar bola matanya malas,selalu saja ia kalah jika berdebar dengan Sinta. Kali ini Bara tidak menggunakan supir apalagi pengawalan,ia hanya pergi berdua dengan Sinta.
****
Sesampainya di mall, Bara merangkul pundak Sinta agar istrinya tidak tersesat di mall yang sangat besar ini, Sinta menjauhkan tangan Bara dari pundaknya.
Kenapa kau menyingkirkan tanganku?"protes Bara.
Tanganmu sangat berat, pundakku sakit.
Bara menghembuskan napas pelan, tiba-tiba saja ia menggenggam tangan Sinta agar tidak hilang. Perasaanya gugup ketika tanganya di gandeng pria tampan seperti Bara.
"Apa pun yang kau inginkan ambil ,"ucap Bara memberi tahu.
"Aku tidak punya uang,"ucap Sinta
uangku banyak, sengaja sekali kau menyinggung aku,"kesal Bara lalu menarik istrinya seperti anak kecil.
Tubuh kecilnya mendadak hilang di telan Hoodie milik Bara, sebenarnya bara dan Sinta jadi bahan tontonan,tapi Bara sama sekali tidak peduli.
"aku seperti menggandeng boneka ladang jagung,"ucap Bara kemudian tertawa.
Tajam sorot mata Sinta menatap Bara.
"Menyebabkan,"seru Sinta.
"lapar,keluh Sinta dengan raut wajah cemberut.
Segera Bara mengajak Sinta pergi ke sala satu outlet yang menjual makanan jenis seafood. Sinta yang tidak tahu caranya memesan hanya bisa duduk diam menunggu Bara yang sedang membayar makanan mereka. Tak berapa lama, Bara kembali ke meja,ia melihat Sinta duduk dan barang belanjaan mereka yang banyak sekali.
"Sudah pernah makan seperti ini?"tanya Bara.
Dengan perasaan malu Sinta menjawab dengan menggelengkan kepalanya.
Setelah beberapa saat, makanan yang di pesan Bara akhirnya datang. Sinta yang kelaparan langsung menyantap apa yang ada di hadapannya. Bara hanya bisa tersenyum melihat tingkah laku Sinta.
Mereka makan dalam diam,Sinta begitu menikmati makanannya. Dalam hatinya mulai merasa nyaman dengan sikap Bara yang baik seperti ini. Setelah selesai makan, keduanya memutuskan untuk pulang karena hari sudah hampir senja.
Sebelum pulang kerumah, Bara mampir sebentar ke kantornya untuk mengambil berkas penting yang di tinggalkan Danil di sana. Terlihat Masi ada beberapa karyawan yang lembur.