Arina khumaira putri seorang ibu rumah tangga, dengan 3 orang anak yg masih kecil yang dipanggil Bunda, Anak pertama bernama Muhammad Gala Samudera berumur 8 thn dipanggil Gala, Anak kedua seorang perempuan bernama Arumi Chintya Ananda berumur 3 tahun dipanggil Rumi, Anak ketiga bernama Muhammad Raihan Al Gibran di panggil Al.
Aku harus meninggalkan rumah bersama ketiga buah hatiku dan kota tempat kami tinggal secara diam- diam tanpa sepengetahuan suamiku dengan bantuan sahabatku astrid, akibat kekerasan fisik yang aku dapatkan dari suamiku seminggu yang lalu membuat aku membulatkan tekad ku untuk pergi meninggalkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sha-Queena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35. Toko Mainan Yang Sama
Setelah melakukan makan malam bersama anak-anak, Arina membersihkan meja makan dan mencuci semua bekas makan dan peralatan lain, sedangkan anak-anak kembali kekamar nya karena kakak Gala mau lanjut belajar sedangkan Rumi dan Al mau bermain lagi.
Arina lanjut membuat puding untuk 2 adonan lagi karena besok masih ada 3 lagi yang harus dia buat.
Sementara Arina asyik berkutat didapur, tiba-tiba suara pintu di depan sepertinya dibuka, Arina segera kedepan takutnya ada orang yang masuk, ternyata suaminya yang datang tanpa memberi salam namun Arina sudah tidak mau menegurnya, karena gara-gara menegurnya waktu itu nah kejadian dia mendapatkan tamparan.
Akhirnya Arina kembali kedapur setelah mengetahui siapa yang datang, tanpa Arina menegur suaminya, dan tanpa Arina sadari kalo suaminya mengikutinya dari belakang sampe ke dapur.
"Rumi sama Al dimana?" tanya Dani suaminya
"Mereka ada dikamar" jawab Arina tanpa menoleh sedikit pun ke suaminya, dan Dani pun langsung kekamar anaknya karena melihat tanggapan Arina yang sangat cuek kepadanya.
Dani langsung saja masuk kekamar anaknya dan melihat Gala sedang belajar sedangkan Rumi dan Al sedang bermain dengan mainan yang tadi dibelikan oleh Arina.
"Lagi main apa ini nak?" tanya Dani ke Rumi dan Al, sedangkan Gala yang melihat ada ayahnya dan tidak menegurnya, Gala kembali membaca bukunya tanpa mau menegurnya ayahnya.
"Main mainan yang dibelikan Bunda tadi Ayah" kata Rumi tetap asyik bermain, namun Dani sempat keliatan sedikit kaget, karena jawaban Rumi kalo mainan itu dibelikan tadi sama Arina...jangan...jangan belinya di toko mainan tempat dia dan Siska tadi juga singgah membelikan Putra mainan, pikir Dani saat ini.
"Ohh tadi dibelikan bunda mainan ya, dimana nak?" tanya Dani kembali, dan tanpa Dani sadari sejak tadi Arina ada di depan pintu mendengar percakapan dia dan anaknya, karena tadi Arina mengikuti suaminya ke kamar anaknya, karena Arina takut Dani masih marah ke Gala.
"Ohhh ada yang mulai takut nih sama hubungan terlarangnya...dasar lelaki kurang ajar" sahut Arina dalam hatinya yang sebenarnya dia sudah sangat geram mau melabrak suaminya, namun Arina masih berpikir panjang untuk bertengkar lagi didepan anak-anak, dan Arina hanya mau menjaga kewarasannya saat ini, sampai tiba saatnya nanti semuanya dia tinggalkan bersama anak-anaknya..."sedikit lagi sabar Arina kamu akan memulai kehidupan yang tenang dan bahagia bersama anak-anak" monolog Arina dalam hatinya lagi.
"Tidak tahu Ayah, Bunda beli dimana karena aku tidak ikut, hanya Bunda sama tante Astrid yang pergi, kakak Gala sama aku dan adek tinggal dirumah oma" jelas Rumi dengan suara cadelnya.
Dani masih penasaran dan akhirnya dia menanyakan tempat mainan atau bungkusnya itu mintanya karena dari paper bag nya pasti keliatan nama tokonya.
"Tempat mainannya mana nak boleh ayah lihat" tanya Ayahnya sambil melihat sekelilingnya mencari paper bag nya siapa tahu ada didekatnya.
"Sudah disimpan sama Bunda, Ayah" jawab Rumi kembali dan baru sadar kalo ayahnya ada membawa sesuatu kedalam kamar.
"Seperti ini tadi bungkusnya Ayah yang di belikan sama Bunda" Rumi menunjuk paper bag yang dibawa ayahnya..
Deg...deg....tiba-tiba Dani merasa seperti orang yang ketahuan mencuri dengan sikap yang jadi salah tingkah dan serba salah, dan semua itu tidak luput dari pandangan Arina dibelakangnya.
"Kasihan sekali kamu Dani mau saja diporoti sama perempuan model Siska, sedangkan buat keluargamu sendiri, istri dan anak-anakmu kamu sangat perhitungan dan pelitnya naudzubillah...."batin Arina
Karena Arina tidak mau ada masalah dikamar anaknya, akhirnya dia membuka suara seolah-olah dia baru datang dari dapur.
"Kakak Gala belajarnya udah ya nak, sekarang sudah jam 9 malam jadi waktunya bobo ya, tapi kakak sholat isya dulu karena tadi tidak ke masjid sholat karena mau belajar, Rumi sama adek Al cuci kaki dulu sama sikat gigi ya sebelum bobo" sahutku ke anak-anak tanpa mempedulikan Ayahnya yang masih seperti orang bingung.
"Iya bunda ini kakak sudah selesai....nanti kakak yang bantu adek adek untuk cuci kaki dulu baru naik ke tempat tidur, terus kaka gala sholat isya" jawab Gala sambil membereskan buku-bukunya di meja belajarnya.
"Makasih sayang sudah mau bantu Bunda...Bunda ke dapur dulu ya mau bereskan pesanan puding Bunda tinggal mau Bunda masukkan kulkas dulu" jelasku ke Gala
"Iya Bunda" jawab Gala sambil mengajak adik-adiknya kekamar mandi buat cuci kaki dan gosok gigi sebelum bobo.
Arina pun keluar dari kamar anaknya dan melanjutkan sisa pekerjaan didapur, yang sisa sedikit lagi selesai, dan ternyata Dani mengikutinya dari kamar anaknya sejak Arina keluar dari kamar.
"Kamu tadi ke toko mainan itu jam berapa?" tanya suamiku tiba tiba
"Kenapa memang tanya jam berapa aku kesana, kamu juga ada disana tadi ya?" pancingku ke suamiku karena aku mau liat dia mau jujur atau tidak ke aku.
"Iya memang aku kesana tapi sore tadi buat belikan rumi dan Al mainan ini "jelasnya sambil menunjukkan paper bag yang dia bawa.
"Ohhh....aku tadi ke toko mainan siang sekitar jam 12 an" jawabku santai tapi aku tahu dia agak kaget dengar jawaban dariku, aku sih pura-pura tidak lihat dia dan dalam hatiku mengatakan rasain emang enak ketahuan tapi di bohongi hehehehe....aku boleh tidak ya ketawa jahat dulu.
"Serius kamu Rin, kesana jam 12 an, sama siapa memang?" tanyanya lagi seperti polisi saja sedang melakukan penyidikan.
"Seriuslah aku kesana sama Astrid, kalo tidak percaya mau aku telponkan Astrid biar kamu bisa bicara" jawabku masih santai sambil memasukkan pudingku yang sudah aku beri topping buah..."mmmm cantik" ucapku sendiri sambil tersenyum melihat hasil pudingku yang begitu cantik, tapi sebelum masuk kulkas sudah aku dokumentasikan buat alat promosi nantinya.
"Tidak perlu lah buat apa juga....ya sudahlah aku mau mandi sekalian aku titip ini mainan buat Rumi dan Al, kalo Gala tanya dia kenapa tidak ada pasti kamu sudah tau jawabnya kan, sesuai kesepakatan tadi pagi di meja makan ini" jelasnya ke aku namun aku pura pura tidak mendengarnya.
Dia pun berlalu kekamar dan aku melirik sekilas ke paper bag yang dia simpan di meja makan.
"Keterlaluan kamu ayah....anak orang kamu bela belain belikan mainan sedangkan anakmu sendiri darah dagingmu seolah kamu tidak peduli sama sekali" aku bicara dengan emosi yang ku tahan dengan perlakuan suamiku ini ke anak sulungnya.
Aku segera membereskan semuanya didapur secepatnya, karena aku mau melihat anak - anakku dengan melihat mereka hatiku menjadi tenang dan emosiku bisa meredam, setidaknya malam ini tidak ada pertengkaran yang terjadi.
Orangtua Afni malu dgn kelakuan anaknya
selamatkan Willy ya thor