“Kata mami, dilimu dikilim mami untuk menolongku dan papi. Apa dilimu ibu peli yang baik hati ? “
“A–aku ?! “
Ucapan anak laki-laki itu membuat Alana terkejut, dia tidak mengerti maksud dari perkataan anak tersebut.
Namun, siapa sangka kehadiran Alaska membuat Alana masuk ke kehidupan keluarga mereka dan siapa yang menyangka bahwa papi yang dimaksud Alaska adalah pria yang selama ini Alana tunggu kehadirannya.
Bagaimana dengan kisahnya ? Jangan lupa mampir !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dlbtstae_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ditagih galakan citu !
Sepulang dari tempat proyek, Alana diam menatap jalanan membuat Opa Cakro menatap cucunya heran.
“Kamu kenapa, nak ? “ tanya Opa Cakro lembut.
Namun, Alana tak merespon. Dia terdiam memikirkan perasaannya yang entah mengapa merasa dia mengenal CEO AR Group. Opa Cakro menyentuh kepala belakang cucunya membuat Alana terkejut.
“Opa ?! “
“Kamu melamunkan apa, nak ? “
Alana menggelengkan kepalanya. Dia memilih memejamkan kedua matanya hingga tertidur pulas. Opa Cakro tentu tersenyum geli melihat cucu keduanya. Alana adalah sosok cucunya yang gampang tidur ketika baru memejamkan kedua matanya.
Opa Cakro membiarkan cucunya tertidur, karena dia tahu bagaimana lelahnya sang cucu yang mengkoordinasi para karyawan.
Di sisi lain, Araska tak fokus dengan pembicaraannya dengan Asisten Deo. Hal itu membuat Asisten Deo berulang kali memanggil tuannya.
“Tuan, anda sedang memikirkan apa ? “ tanya Asisten Deo penasaran.
“Ah, tidak ada ! “ jawabnya.
“Kita ke sekolahan Alaska, “ titah Araska.
“Baik tuan, “
Tiba-tiba sebuah panggilan masuk ke nomor Araska membuat pria itu langsung melihat siapa yang menghubunginya. Araska menekan mendial merah.
Hal itu membuat seseorang disana berdecak kesal karena teleponnya di reject.
“Ah, si4l !! “
*
*
*
*
Dua orang bocah tengah berdiri menatap gerobak bertulisan batagor. Dua bocah itu menatap uang di tangan mereka masing-masing dengan pandangan sedih.
“Uang na, Laci cuma dua lebu. Nda cukup ini, “ ucapnya lirih.
Marissa menatap Arasyi dengan tatapan yang sama, “ Mending dua lebu. Ica cuma celibu ni, kalau digabungin jadi tiga lebu nda cukup.. “ jelas Marissa kepada sepupunya.
Sementara seorang bocah menatap kedua temannya dengan tatapan datar.
“Kalau nda ada duit nda usah beli, nyusahin abang na ! “ seru Alaska datar.
“Ck, diam lah ! Cualamu tellalu belisik ! “ balas Marissa kesal.
“Jadi beli nggak dek ? “ tanya abang penjual batagor.
“Mau beli, tapi uangna cuma tiga lebu.. “ cicit Marissa.
“Bisa, tapi dikit itu cuma dapat tiga biji ! “ sahut abang penjual batagor tenang.
“Nda bica lebih, bang ? “ tanya Marissa memelas.
“Oooo nggak bisa dek, nanti abang yang rugi “
“Lugi belapa banyak bang ? “ tanya Marissa lagi.
“Rugilah pokoknya, “
“Gimana ini, Laci. Kalau beli cedikit, nda kenyang kita ! “ bisik Marissa.
“LASKA !! “ Alaskan menoleh, dia melihat papinya datang menjemputnya. Takut disangka dia jajan, Alaska segera berlari menghampiri Araska yang berjalan ke arah putranya.
“Papi, Laska nda jajan kok. Yang jajan Laci cama Ica, Laska nda jajan kok. Benel, cuell dehh, nda jajan ! “ seru Alaska takut jika papinya memarahinya karena salah paham.
Araska bingung dengan ucapan putranya, memang dia tidak suka putranya jajan sembarangan sehingga dia memberikan pesan yang membuat putranya takut. Tapi, melihat putranya tiba-tiba berkata seperti itu membuat Araska mengalihkan pandangannya.
Terlihat dua sosok bocah yang juga menatapnya dengan tatapan polos.
“Kalian berdua yang waktu itu ikut mengantar, Alaska kan ? “ tanya Araska mengingat-ingat.
Kedua bocah itu mengangguk. Lalu, Marissa mendekati Araska dengan tatapan polosnya.
“Om, bica minjam uang dulu nda. Nda banyak kok cepuluh lebu, “
Ucapan Marissa mendapat tatapan tajam Alaska, berbeda dengan Araska yang menatap Marissa dengan tatapan tak percaya.
“Eeee melica bubuk, citu kila papi Laska uang keliling. Main minjam uang, kenal citu aja ndaaa ! “ seru Arasyi kesal dengan perkataan Marissa.
Mereka tidak pernah diajarkan untuk meminjam uang kepada orang lain, hal itu yang membuat Arasyi langsung menegur sepupunya.
“Nda ucah malu-maluin, “ sambung Arasyi lagi.
“Yang malu-maluin ciapa, olang kan minjam nanti dibalikin kok” sarkas Marissa tidak terima, dia membalikkan tubuhnya menatap garang Arasyi.
“Emang citu ada uang, jangan cok bilang balikin. Nanti ditagih galakan citu ! “ seru Arasyi lagi.
“Ih !!! Celewet kali lah, om nya aja belum jawab ! “ balas Marissa jengkel.
“ Kalian mau jajan apa ? “ tanya Araska berusaha menengah kedua bocah itu.
“Mau batagol om, cuma uang Ica kulang. Cuma selebu ini ! “ serunya sambil menunjukan uang seribu yang sudah usang.
Araska hampir tersedak saat melihat uang seribu yang di pegang Marissa. Dia lalu menatap putranya, dia tahu putranya juga ingin merasakan batagor dan dia juga begitu sebaliknya.
“Baiklah, ayo kita beli. Om yang traktir ! “ kata Araska membuat Marissa melompat senang.
Sementara, Alaska dan Arasyi menatap Marissa dengan tatapan datar.
“Bang, batagornya empat masing-masing harga, —”
“Cepuluh lebu ! Cepuluh lebu !! “ teriak Marissa heboh.
“Lakus kali kau ! “ sinis Alaska.
Marissa tak peduli dia terus meminta harga sepuluh ribu. Sementara Arasyi dia malu-malu kucing, dia juga ingin batagor seharga sama dengan sepupunya. Namun, Araska yang peka dia membeli harga yang sama untuk mereka berempat.
“uhhhh ena naaaa !! “ seru Marissa menikmati bumbu-bumbu yang melekat di batagor nya.
“Iya enanyaaaa… “ ucap Arasyi tak mau kalah.
Araska tersenyum. Dia seperti mengingat kenangan samar di ingatannya. Dia merasa pernah melakukan hal ini, tapi entah kapan dia tak bisa mengingatnya.
“Sebenarnya apa yang pernah aku lalui di masa lalu, “
*
*
*
*
Jo terlihat sangat marah saat kekasihnya membawa seorang pria masuk ke apartemen mereka. Apalagi saat dia tahu sosok pria yang menjadi selingkuhan kekasihnya ada kepala mandor yang sedang di cari oleh mereka.
Jo tidaklah bodoh, dia sudah memberikan pesan kepada Opa Cakro yang berbalik arah mendatangi apartemen Jo. Melia wanita itu terlihat ketakutan apalagi saat selingkuhannya dihajar hingga bab4k belur oleh kekasihnya.
Beberapa polisi datang untuk meringkus kepala mandor. Alana menatap Melia dengan tatapan tak percaya.
“Aku nggak nyangka, Kak Melia melakukan hal seperti ini kepada Bang Jo” ucap Alana yang sudah kembali mengenakan topengnya.
“Jo, aku minta maaf. Aku, aku tahu aku salah. Aku minta maaf hiks ! “
Jo menggelengkan kepalanya. Dia menatap wanita yang sempat dia cintai sepenuh hati. Kini, hatinya sakit saat mengetahui mantan kekasihnya mengkhianati cintanya.
Tuan Anjelo mengusap punggung cucu satu-satunya. Dia merasa kasihan dengan cucunya yang lagi-lagi patah hati, hanya karena perempuan.
“Jo, tolong maafkan aku ! “ suara Melia kembali terdengar.
“Tidak ! Aku tidak akan pernah memaafkanmu Melia !! “
“Sudah aku putuskan, aku tidak mau melanjutkan hubungan ini bersamamu ! Silahkan pergi dari apartemenku dan jangan membawa apapun yang bukan milikmu ! “ seru Jo mengusir Melia tanpa belas kasih.
Bahkan Melia hanya mengenakan celana pendek dan baju kaos kebesaran. Pakaian yang pertama kali dia dan Jo bertemu tiga tahun yang lalu.
“Kenapa nggak dipenjara ? Dia kan terlibat dalam korupsi proyek itu ! “ seru Tuan Anjelo tegas. Hal itu membuat Opa Cakro teringat, dia meminta dua polwan menangkap Melia yang kini memberontak.
“Bawa mereka pak ! Saya akan datang untuk memberikan kesaksian ! “ seru Jo dengan nada yang dingin.
Alana yang belum pernah melihat kemarahan asistennya terlihat menciut. Ia merasa bukan melihat asistennya. Setelah Melia dan pria itu di gadang polisi, Opa Cakro dan Alana pamit undur diri. Namun, sebelum itu Opa Cakro menepuk pundak Jo.
“Menerima kenyataan pahit itu memang sakit, tapi kalau kita tidak tahu apa-apa itu jauh lebih sakit. Semangat, nak ! Masih ada wanita-wanita baik diluaran sana. Kalau kamu mau, saya bisa kenalkan cucu pertama sama kepadamu. Tapi minesnya, dia galak.. “ cicit Opa Cakro di akhir kalimat.
Alana yang mendengar itu menatap opanya, “ Sejak kapan opa main jodoh-jodohan ? “