Mengkisahkan seorang wanita yang menikah dengan seorang laki-laki buta karena perjodohan, ia harus menjalani hidup berumah tangga dengan laki-laki buta yang tempramen dan menyebalkan bagi nya.
penilaian laki-laki itu tentang diri nya yang di anggap hanya menginginkan harta nya, membuat ia berkomitmen membuktikan kalau ia gadis baik-baik.
Akan kah ia bisa menaklukan hati laki-laki itu?. Yuk Simak cerita nya. semoga suka ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shanti san, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 9
Setelah Bagas masuk ke kamar nya.
Pak Anwar dan Bu Citra mengajak Naira untuk bicara bertiga membahas soal Bagas di ruang tamu. Naira pun sedikit bingung namun ia menuruti dan bersama ke ruang tamu untuk bicara.
"Naira, Kamu pasti terkejut kan dengan sikap Bagas tadi, Mama harap kamu bisa sabar ya nak, Kamu bisa sabar menghadapi sikap Bagas, sebenarnya dia dulu tidak seperti ini, tapi semenjak ia buta, dia menjadi mudah marah dan tak mau di ajak berkompromi." Tutur Bu Citra.
"Mama jangan khawatir, Aku akan berusaha menjadi istri yang baik untuk Mas Bagas, lama-lama Aku pasti akan terbiasa, kami hanya perlu belajar untuk saling mengenal saja lebih dulu." Balas Naira.
Bu Citra dan Pak Anwar saling melihat satu sama lain, mereka sangat senang dan bangga saat mendengar jawaban Naira, tak menyangka Naira akan mengatakan hal bijak.
"Papa bangga sama kamu Naira, Hebat Cipto bisa mendidik anak sesopan dan sebaik kamu " Ucap Pak Anwar.
Mendengar nama Ayah nya di sebut, Naira tersenyum kecil. Tanpa mereka sadari Bagas mendengar semua percakapan mereka, Bagas menghela nafas kesal dan masuk ke kamar nya. mengira Naira hanya mencari muka di depan orang tua nya.
Malam Hari nya.
Setelah Pak Anwar dan Bu Citra pulang, Naira membuatkan makan malam seperti biasa Untuk mereka berdua, kini itu lah rutinitas Naira saat ini, menjadi ibu rumah tangga.
Naira lalu ke kamar Bagas, mengetuk pintu kamar nya untuk memberitahu kalau makan malam sudah siap, Namun setelah menunggu lebih dari 10 menit di meja makan, Bagas tak kunjung menampakkan batang hidung nya.
"Apa dia masih marah?." Pikir Naira.
Naira pun kembali mengetuk pintu kamar itu lagi. Hingga Bagas pun membuka pintu nya.
"Aku tidak mau makan, kau saja yang makan." Kata Bagas.
"Gak boleh gitu dong Mas, nanti Mas Bagas sakit." Balas Naira.
Bagas tak menghiraukan ucapan Naira dan menutup kembali pintu kamar nya. "Nyakin nih mas Bagas gak mau makan?" Tanya Naira. tapi Bagas tak menyahuti nya.
Naira pun membuang nafas berat dan kembali ke meja makan. ia duduk tercenung melihat makanan yang sudah ia masak, ia lalu kembali teringat Elang yang sudah menghianati nya.
"Kenapa sih harus mikirin dia lagi, cowok brengsek." Ucap Naira kesal sedikit berteriak. Bagas yang berada di kamar mendengar teriakan Naira.
"Dia mengatakan ku Brengsek karena aku tidak makan?." Gumam Bagas. Namun ia tak begitu mau membahas nya.
Saat tengah malam, Naira yang sedang bertelefonan dengan sahabat nya untuk menghilangkan kejenuhan nya melewati hari yang begitu datar bersama Bagas. tiba-tiba mendengar suara barang jatuh, Naira pun lekas mengakhiri telefon nya untuk memeriksa, Barang kali ada maling.
Ia memegangi sapu sebagai senjata nya, barang kali ada maling yang masuk, namun saat sampai di dapur, Naira terkejut melihat Bagas yang tampak kesakitan karena tangan nya tersiram air panas.
"Mas Bagas." Ucap Naira dan lekas memegangi tangan Bagas yang terluka, namun rasa tak ingin disentuh Naira reflek membuat Bagas mendorong Naira menjauh hingga membuat Naira terjatuh.
"Jangan sentuh." Kata Bagas. Bagas tahu kalau Naira terjatuh, namun ia tak perduli.
Naira sejenak terdiam, namun ia kembali bangkit berdiri dan menuntun Bagas untuk membilas tangan nya dengan Air.
"Sini Mas di bilas biar gak melepuh." Ujar Naira.
Naira lalu melihat Bungkusan Mie instan di atas meja, ia pun tahu kalau Bagas sedang lapar dan ingin memasak mie instan.
"Mas Bagas kalau mau sesuatu bilang saja, saya kan bisa membantu." Kata Naira. Bagas hanya diam saja.
Naira mengambil Kain dan mengelap tangan Bagas dengan lembut.
"Sini Mas duduk saja, aku panaskan sayur untuk mas Bagas, sayang kan kalau gak di makan, buang-buang makanan itu gak baik." Balas Naira.
"Dulu aku waktu masih kecil juga suka masak mie sendiri, kena air panas, bukan nya di khawatir Mama ku, Aku malah di pukul, sakit nya double dech." Tutur Naira tertawa membayang kan masa kecil sekaligus mencoba untuk mencairkan suasana dengan Bagas.
Bagas pun duduk di meja makan. mendengar cerita Naira yang menurutnya sangat terlalu berisik.
bukan pak Cipto