Sebagai anak perempuan pertama di keluarga Ricardo, Alana selalu dituntut untuk segera menikah karena kedua adiknya yang belum menikah sama-sama sudah memiliki calon pendamping.
Begitu pun dengan Sky, sebagai putra satu-satunya di keluarga Dwight ia dituntut untuk segera menikah dan memiliki seorang penerus.
Bagaimana jadinya jika kedua insan yang sama-sama pernah terluka karena cinta itu membuat kesepakatan untuk menikah selama 99 hari. Akankah cinta datang diantara mereka? Atau pernikahan mereka akan berakhir sesuai kesepakatan.
Jangan lupa Follow.
Ig mom_tree_17
Tik Tok Mommytree17
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 4
"Apa maksudmu?" Sky menahan langkah Alana yang hendak beranjak dari tempatnya.
"Maksudku sudah sangat jelas. Kejadian tadi malam aku yang memaksa bukan? Jadi berapa yang harus ku bayar? Tapi setelah itu lupakan apa yang telah terjadi diantara kita."
"What?" Sky menatap tak percaya dengan yang dikatakan Alana. Wanita itu ingin membayar apa yang sudah mereka lakukan tadi malam. Dia pikir dirinya gigolo yang sudah memberikan kesenangan lalu diberi upah.
"Katakan berapa?" tanya Alana sembari sibuk mencari dompetnya.
"Ck, untuk mu aku berikan gratis. Sekarang pergilah! Dan seperti yang kau bilang tadi lupakan apa yang telah terjadi! Dan jika kita bertemu kembali bersikaplah untuk tidak saling mengenal." Sky berlalu dari ruangan menuju bathroom dengan penuh amarah.
Melihat Sky menghilang di balik pintu, Alana langsung terduduk lemas di atas ranjang. Pikirannya kacau dan harga dirinya sudah begitu direndahkan oleh Sky. Dengan cepat Alana pun memakai pakaiannya, dan segera keluar dari dalam kamar setelah menaruh cek kosong yang sudah ditanda-tangani.
Sementara itu Sky yang sejak tadi berada di dalam bathroom, memutuskan untuk keluar setelah emosinya mereda. Ia ingin berbicara baik-baik pada Alana karena bagaimana pun Sky harus bertanggung jawab setelah mengambil kehormatan wanita tersebut. Namun saat keluar, sudah tidak ada siapa pun di dalam ruang kamarnya.
"Sial!" Dengan cepat Sky memakai kemejanya lalu keluar dari kamar hotel untuk mengejar Alana. Tapi setelah sampai di depan hotel ia sudah tidak melihat keberadaan wanita tersebut. Sky pun akhirnya memutuskan kembali ke dalam kamar yang disewanya dengan tujuan menghubungi Erik, untuk memberi perintah pada asisten pribadinya itu mencari semua informasi tentang Alana.
"Apa ini?" Sky mengambil kertas yang ada di atas nakas yang ternyata sebuah cek kosong. Seketika itu juga hatinya kembali diselimuti oleh amarah. Sebagai seorang pria harga dirinya seperti diinjak-injak oleh Alana. "Wanita itu benar-benar sombong! Baiklah seperti yang kau katakan aku akan melupakan apa yang sudah terjadi tadi malam." Sky pun mengurungkan niatnya untuk mencari informasi tentang Alana.
Sementara itu Alana yang sebenarnya masih berada di depan hotel setelah sebelumnya masuk ke dalam toilet untuk merapikan make up-nya, masih berdiri menunggu kedatangan Sky dengan harapan pria itu meminta maaf dengan menarik kembali kata-katanya. Namun setelah menunggu cukup lama, Alana pun memutuskan untuk pergi dan melupakan apa yang telah terjadi diantara mereka.
*
*
Tiga tahun kemudian.
Acara keluarga yang diselenggarakan di mansion Meyer untuk merayakan kehamilan kedua sepupunya sama sekali tidak membuat Alana larut dalam kebahagiaan. Bukan karena ia iri sepupunya kembali hamil, tapi Alana merasa tidak nyaman karena lagi-lagi para sepupunya bertanya kapan dia akan menikah.
Pertanyaan yang selalu ditanyakan padanya di setiap acara keluarga, ataupun disaat dirinya berkumpul bersama teman-temannya. Seakan pertanyaan tersebut menjadi momok yang selalu menghantui Alana, yang bisa membuat mood nya hancur seketika.
"Kau mau kemana?" tanya Aluna pada saudara kembarnya yang terlihat terburu-buru. Padahal acara di mansion Meyer belum selesai.
"Ck, minggir Aluna. Aku ini bukan anak kecil yang harus memberitahu kemana aku pergi." Ketus Alana sambil berlalu dari tempat tersebut. Masuk ke dalam mobilnya, mengendarai tak tentu arah dan tujuan.
Setelah berputar-putar akhirnya Alana memutuskan berhenti di sebuah taman yang dilihatnya sedikit pengunjung. Ia pun duduk di salah satu bangku taman yang tepat menghadap jalanan.
Huf..
Hela dua orang bersamaan. Membuat keduanya saling menatap dengan wajah yang terkejut.
"Kau..." pekik keduanya dengan tatapan tak percaya terutama Alana.
Diantara banyaknya tempat di Jakarta, dan diantara banyaknya manusia, kenapa ia harus bertemu dengan sosok menyebalkan yang telah membuat hari buruknya menjadi semakin buruk.