PLAK
Dewa menatap kaget campur kesal pada perempuan aneh yang tiba tiba menampar keras pipinya saat keluar dari ruang meeting.
Dia yang buru buru keluar duluan malah dihadiahi tamparan keras dan tatapan garang dari perempuan itu.
"Dasar laki laki genit! Mata keranjang!" makinya sebelum pergi.
Dewa sempat melongo mendengar makian itu. Beberapa staf dan rekan meetingnyaa pun terpaku melihatnya.
Kecuali Seam dan Deva.
"Ngapain dia ada di sini?" tanya Deva sambil melihat ke arah Sean.
"Harusnya kamu, kan, yang dia tampar," tukas Sran tanpa menjawab pertanyaan Deva.
Semoga suka ya... ini lanjutan my angel♡♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Diantar pulang
"Nagitaaa.....!" seru mamanya dengan langkah panjangnya saat mendekati putrinya yang masih tepekur menatap ke jalan.
Nagita menoleh dan mamanya sudah memegang kedua bahunya erat. Wajahnya tampak cemas.
"Kamu ngga apa apa?" Mamanya memperhatikan wajahnya dengan seksama. Kemudian penampilan putrinya yang syukurnya masih tetap rapi.
Tapi tetap saja kedongkolan memenuhi rongga dadanya.
Kenapa harus Nagita yang mendapat kesi-alan seperti ini!
Harusnya Emily!
Di belakangnya tampak kakek dan neneknya juga papanya yang melangkah bersama Emily. Wajah mereka tampak sama cemasnya.
"Ngga apa apa, ma." Nagita dapat merasakan kepanikan dari sorotan mata mama, papa, kakek dan neneknya serta Emily.
"Mama takut sekali," suara mamanya terdengar bergetar.
"Herman kenapa bisa teledor begini. Mama takut kamu kenapa kenapa."
"Om Herman ngga salah, mam. Aku yang salah. Hapeku lowbat. Untung tadi ada yang bantuin," ucap Nagita cepat membela pengawal papanya.
Mereka ngga ketemu saat saling mencari tadi.
"Tetap aja salah. Kenapa dia ngga bisa cepat menemukan kamu...!" sembur mamanya masih kesal. Dia takut terjadi apa apa dengan putrinya.
"Yang penting Nagita sudah pulang dengan selamat. Oh ya, siapa yang bantuin, Gita? Papa ingin mengucapkan terimakasih," lerai papanya yang langsung tersenyum lembut pada Nagita.
"Sudah pulang, pa, orangnya," senyum Nagita hangat.
"Laki laki atau perempuan?" tanya Kakeknya ingin tau.
"Laki laki, Kek."
"Kamu jangan sampai hutang budi sama dia. Kasih dia sesuatu agar ngga nuntut apa apa dari kamu," saran neneknya cepat.
Dia ngga mau laki laki yang ngga sederajat dengan mereka jadi berani mendekati cucunya karena merasa sudah memberikan jasa pertolongan.
"Nenek ngomong apa, sih." Nagita tersenyum agak lebar.
"Nenek benar, sayang. Kamu jangan berdekatan dengan laki laki sembarangan," sambung mamanya mendadak jadi khawatir kalo nanti Nagita bakal diteror karena jasa kecil ini.
"Dia ngga akan minta macam macam," bela Nagita. Ini yang membuat dia ngga berani mengatakan secara terus terang, kalo laki laki ini adalah yang disukainya.
Nagita ngga gila harta, tapi mama dan kakek neneknya mensyaratkan hal itu.
Aaron memang masih tanda tanya besar di kepalanya.
Tapi Nagita sangsi kalo apartemen dan mobil tadi bukan milik Aaron. Apalagi sikap pengawalnya yang sangat hormat pada Aaron.
Mungkin dia akan menyelidiki Aaron nanti, niatnya dalam hati.
"Harusnya si Emily aja yang diculik. Kenapa harus Nagita." sengak mamanya tambah emosi.
Emily tak berkata apa pun saat namanya tiba tiba disebut. Selalu dia yang disangkpautkan. Dia sudah mgga kaget lagi.
"Nagita dan Emily sama sama putriku," tukas Juhandono penuh tekanan.
"Papa sudah meminta Om Herman dan Om Wira menyelidiki siapa yang menjahili kamu," sambung Juhandono lagi.
Dia ngga ingin putrinya mengalami hal buruk ini lagi.
"Iya, papa. Terimakasih." Baru kali ini ada yang terang terangan berani mengganggunya.
"Sama sama, sayang. Kamu baik baik saja sudah buat papa tenang."
Nagita menganggukkan kepalanya dan mengembangkan senyum lembutnya.
"Iya. Pa."
"Kalo pelakunya tertangkap, hukum seberat beratnya," titah sang kakek.
Berani sekali mengganggu cucu kesayanganku.
Juhandono hanya menganggukkan kepalanya.
"Tapi istrimu benar. Kenapa harus Nagita, kenapa bukan Emily saja," geram neneknya menimbrung.
Kalo Emily, mereka ngga akan sekhawatir ini.
"Ma, nek, sudahlah. Bukannya kita harus segera pergi," lerai Nagita jengah. Dia kasian karena Emily selalu saja kena omel mama, nenek dan kakeknya. Padahal dia ngga salah apa apa.
Bentar lagi pelakunya juga akan tertangkap. Jadi kejadian buruk ini ngga akan terjadi lagi, batin Nagita.
"Oh ya, udah. Ayo, sekarang kamu siap siap. Muanya udah nunggu kamu dari tadi. Pertemuan ini khusus untuk kamu," sarkas mamanya sambil melirik Emily kesal.
Papanya hanya bisa menghela nafas saat melihat mama, papa dan istrinya langsung menggiring Nagita ikut dengannya, meninggalkan Emiliy dan dirinya
"Sabar, ya, Mily. Kalo nanti salah satu putra kembar itu mau sama kamu dan nikahi kamu, kamu boleh pindah dari rumah," hibur papanya dengan senyumnya yang lebar.
Emily merengut.
"Aku ngga mau sama mereka."
"Kenapa? Kamu baru melihat mereka sekali itu, kan?" tanya papanya memastikan. Karena waktu di telp, Nathan sempat bertanya.
"Apakah anak anak kita sudah saling kenal?"
Tapi waktu itu Juhandono menjawab tidak tau. Karena memang belum ada laporan dari pengawalnya tentang hubungan anak anak mereka.
Malahan dia masih kepikiran hingga sekarang.
Maaf papa, aku terpaksa berbohong, batin Emily.
"Iya, pa."
"Ya ya.... Nanti pertemuan kedua, ya. Papa ngga maksa kamu sama Nagita. Kalo kalian tertarik, papa dukung."
Emily hanya mengangguk. Tangannya udah gatal mau nampar yang satu lagi.
*
*
*
Penampilan Nagita memang luar biasa. Emily juga cantik, tapi dia kalah bersinar dari Nagita.
Mama Nagita sudah mengkhususkan seorang mua yang terkenal di kalangan artis papan atas untuk mendandaninya.
Sedangkan Emily hanya mendadani dirinya sendiri, walaupun sang mua sudah menawarkan diri.
Tapi mama Nagita menolak keras.
Ngga masalah buat Emily, dia juga ngga mau disukai salah satu dari mereka.
Walaupun dia memang butuh cepat cepat cari pendamping agar bisa keluar dari rumah neraka ini, tapi dia juga harus selektif, kan.
Kehadiran Juhandono bersama keluarganya cukup terlambat. Tapi Nathan dan keluarganya memaklumi karena kejadian ngga mengenakkan yang menimpa Nagita.
"Maaf, ya. Pasti sudah menunggu lama," ucap Juhandono saat tiba di meja resevasi Nathan dan Zoya.
"Tidak apa apa. Kami juga baru sampai," sahut Nathan ramah.
Zoya juga tersenyum hangat sambil memperhatikan Nagita dan Emiliy.
Teringat kata kata suaminya tentang sikap aneh si kembar terhadap Emily.
Tapi kali ini tampak biasa saja.
Dewa dan Deva kompak melihat ke arah Emily yang mengirimkan sorot ngga ramah pada keduanya. Memang hanya sekilas.
Dalam hati Dewa tertawa. Padahal nanti nanti mereka akan lebih sering bertemu untuk membahas desain desainnya.
"Pelakunya sebentar lagi akan terungkap, ya," ujar Nathan setelah mereka menikmati hidangan di atas meja.
"Berharap begitu. Karena bukan hanya Nagita yang kuliah di sana. Juga ada Emily," sahut Juhandono.
"Betul. Memang harus dikasih pelajaran sedikit," sambung Zoya.
"Betul Bu Zoya. Empat bannya gembes semua. Memang keterlaluan," timbrung mama Nagita.
"Iya," ucap Zoya maklum kalo mama Nagita masih kesal.
Deva menilai Nagita memang cantik banget, apalagi dandanannya terlihat berkelas dan elegan.
Seperti memang sudah dipersiapkan untuk pertemuan ini.
Tetapi kenapa beda dengan yang satunya?
Walaupun ngga asal asalan, tapi dandanannya terlihat seperti dia akan pergi kuliah saja, tawa Deva geli dalam hati.
Tapi mimik jahilnya lenyap ketika gadis galak itu seperti sengaja mengusap pipinya seolah memberikan isyarat bahwa sebentar lagi dia akan ditampar juga.
Dewa yang melihatnya tersenyum samar. Reaksi kedua putranya dan Emily ditangkap Nathan dengan sangat baik.
Kedua sudut bibirnya pun sesikiy melengkung.
DevaVina sama2 Suka
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih Iklan
emang. kamu tu aneh Deva...
baru nyadar...????
🤣🤣🤣🤣🤣
Aaron modusin Nagita
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan