NovelToon NovelToon
Istri Yang Kau Siakan

Istri Yang Kau Siakan

Status: tamat
Genre:Tamat / Selingkuh / Cerai
Popularitas:943.1k
Nilai: 4.8
Nama Author: aisy hilyah

Siapa yang ingin rumah tangganya hancur? Siapa yang ingin menikah lebih dari satu kali? Semua orang pastilah berharap menikah satu kali untuk seumur hidup.

Begitu pun denganku. Meski pernikahan yang kujalani terjadi secara paksaan, tapi aku bisa menerimanya. Menjalani peran sebagai istri dengan sebaik mungkin, berbakti kepada dia yang bergelar suami.

Namun, bakti dan pengabdianku rasanya tidak cukup untuk membina rumah tangga dadakan yang kami jalani. Dia kembali kepada kekasihnya setelah aku mengandung. Kesempatan demi kesempatan aku berikan, tapi tak digunakannya dengan baik.

Bercerai? Rasanya tidak semudah itu. Aku ingin merebut kembali apa yang menjadi milikku. Termasuk modal usaha yang aku berikan dulu kepadanya. Inilah kisahku, Shanum Haniyah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian 11

Malam yang memuakkan telah aku lewati dengan berat, berada di dalam satu ruangan dengan orang yang memiliki ego tinggi membuatku harus terus memupuk kesabaran demi ketenangan hati.

Tak ikut campur, aku hanya berada di sana dan terus tertidur meski mata enggan terpejam. Mendengarkan semua perbincangan antara ibu dan anak itu tentang diriku.

"Apa kamu masih berhubungan sama dia, Raka?" Suara Mamah terdengar penuh penekanan meski seperti ditahan.

"Aku cuma bantu dia, Mah. Kasihan aja," jawab Raka setengah berbisik. Kubuka mata sedikit mengintip keduanya yang ternyata tengah memperhatikan aku.

"Mamah nggak suka kamu dekat-dekat sama dia. Kamu udah beruntung punya istri Shanum. Dia perempuan cantik, mandiri, punya penghasilan. Mau cari yang kayak gimana lagi?"

Jadi, hanya sebatas itu aku di matanya. Karena aku punya penghasilan sehingga tidak perlu menggantungkan hidup kepada mereka. Hembusan napas Raka dapat kudengar, apa yang akan kamu katakan Raka? Aku ingin mendengarnya.

"Itulah, Mah. Karena dia punya penghasilan sendiri dan nggak butuh Raka, kayaknya Raka ini dipandang rendah sama dia. Sampai-sampai usaha Raka yang nggak seberapa pun dia ikut campur juga. Beda sama Shila yang bergantung sama Raka."

Laki-laki nggak tahu diri, aku besarkan usahanya juga buat kehidupan kami agar terlihat layak. Kapan aku merendahkan dia sebagai suami? Selama ini aku selalu menghormatinya. Bahkan, masalah usahanya pun, aku tidak bertindak sendiri.

Jika begini, rasanya menyesal sudah membantu membesarkan toko itu. Akan tetapi, untuk sekarang tak ada yang perlu aku sesali lagi. Toko itu sudah menjadi milikku. Apa Raka belum ke sana?

"Bodoh! Justru itu yang dicari orang selama ini. Punya istri nggak nyusahin, bisa bantu ekonomi keluarga juga, malah nyari yang cuma bisanya nadahin tangan aja. Jangan bodoh, Raka. Kamu bisa punya uang banyak juga karena bantuan Shanum. Mamah juga sering dikasih sama dia, jadi nggak melulu ngandelin papah kamu yang nggak jelas penghasilannya itu."

Uang? Memang sepertinya hanya karena benda itu. Aku memiliki banyak uang, sehingga mereka menikahkan aku meski secara paksa. Bodohnya, atas nama persahabatan Mamah dan Papah juga setuju.

Kuhela napas, mengingat percakapan mereka malam tadi. Mengaduk segelas jus buah tanpa selera, memandang orang-orang yang berkeliaran di hadapan. Aku memilih pergi setelah mengantar Mamah pulang dari rumah sakit.

"Nggak lama lagi," gumamku lirih. Di restoran yang tak jauh dari toko, aku memilih duduk sendiri tanpa ditemani siapapun juga. Menyendiri, itulah yang memang aku inginkan untuk saat ini.

Sebuah notifikasi pesan masuk ke ponsel, mengalihkan perhatian.

Sha, barang-barang datang. Barang yang lama ke manain?

Alhamdulillah, pesananku tiba. Rencana awal yang dimulai.

Rapikan, masukan ke dalam dus dan simpan di dalam gudang. Kalo ada Raka, suruh dia bawa pulang. Bilang sama dia kalo bos kalian udah ganti, tapi jangan bilang itu aku.

Tanpa sadar bibirku tersenyum, membayangkan betapa kalutnya Raka ketika datang ke toko.

Baik, Bu Bos!

Ingin rasanya aku tertawa membaca pesan singkat dari Irwan. Kumasukkan ponsel ke dalam tas saat seorang pramusaji mengantar makanan. Sengaja aku memilih tempat duduk di pojok dekat jendela, sedikit jauh dari pengunjung-pengunjung lain.

"Silahkan, Bu!"

"Makasih."

Kuhaturkan senyum pada gadis pramusaji yang melayani dengan sopan. Menikmati hidangan makan siang meski dalam kesendirian. Ah, tidak! Aku berdua dengan dia yang lebih aktif bergerak di dalam perut.

Tak kuhiraukan langkah-langkah yang mendekat, karena aku memang sedang tidak menunggu siapapun. Sampai satu sosok berdiri di samping mejaku, aku tetap tidak peduli.

"Rupanya kamu di sini, ya. Kebetulan kita ketemu di sini, aku emang mau ngomong sama kamu."

Dia duduk tanpa aku suruh dan meletakkan tasnya di atas meja. Dia pikir ingin memanasiku dengan tas bermerk tersebut? Aku sama sekali nggak peduli.

"Oh, maaf. Aku boleh duduk di sini, 'kan?" tanyanya berpura-pura. Menyebalkan.

"Duduk aja, nggak ada yang ngelarang, kok. Lagian bentar lagi aku selesai," jawabku setenang mungkin.

Kenapa dia datang disaat aku sedang makan? Membuat makanan enak di hadapan menjadi pahit semua rasanya. Tenggorokanku menyempit, tak mampu menelan. Atau memang seleraku telah hilang bersamaan dengan datangnya dia.

"Kasihan, ya, kamu. Punya suami, tapi makan sendirian. Nggak pernah ditemenin." Dia tertawa.

Ucapan paling menyebalkan yang aku dengar siang ini. Jika itu orang lain mungkin aku akan tertawa, tapi ini ... kuhela napas setenang mungkin mencoba untuk tidak peduli padanya.

"Daripada berduaan sama suami orang, mending sendirian kayak gini." Kuangkat wajah, tersenyum menatapnya.

Lihat! Dia mengukir senyum masam, aku tahu dia tersindir. Perempuan nggak tahu malu sekaligus nggak tahu diri. Ia mendengus, berpaling sambil bersedekap dada, entah apa yang dia pikirkan sekarang.

Aku kembali pada makananku, berusaha untuk fokus menikmati. Ingin rasanya aku tumpahkan makanan ini ke wajahnya yang menjengkelkan itu.

"Kamu ngomong apa sama Benny?" tanyanya membuat alisku bertaut satu sama lain. Benny? Kenapa Benny? Bukan Raka?

"Aku tahu kamu ketemu Benny dan ngomong macam-macam sama dia. Kamu pikir aku nggak tahu?" Nada suara Shila terdengar ketus.

Kuletakkan sendok dan garpu di atas piring, menghela napas sebelum menatap wajahnya.

"Kamu mau tahu?" Kulipat tangan di atas meja. Berhadapan dengan perempuan nggak tahu diri ini, membuat darahku mendidih dan bergolak tiada henti.

Ia menghendikan bahu, kembali membuang pandangan dari sorot mataku. Cih! Percaya diri sekali, dan benar-benar tidak tahu malu.

"Bilang aja kamu itu iri sama a-"

"Dia lihat kamu sama Raka di rumah sakit. Dia itu laki-laki baik, Shila. Kamu bisa bergantung harapan sama dia, kenapa malah sama Raka? Dia nggak punya apa-apa dibanding Benny," tukasku mulai memancingnya dengan kenyataan.

Dia melirik sinis ke arahku, matanya mengerling tak senang. Ayolah kita bermain.

"Bukan urusan kamu. Lagian aku juga udah nggak begitu peduli sama Benny. Kamu tahu kenapa?" Dia mendekatkan wajah, menumpuk kedua tangan di atas meja. Aku tahu apa yang akan dia katakan. "Raka, karena ada Raka sekarang yang selalu melakukan apa saja buat aku."

Ia menarik kembali wajahnya, tersenyum mengejek aku. Jangan pikir aku akan cemburu, rasaku telah mati untuk laki-laki yang sama-sama tidak tahu diri itu. Apa tadi dia bilang? Raka bisa melakukan apa saja untuk dirinya? Kita lihat, besok atau lusa apakah kata-kata itu masih berlaku untuknya?

Aku mengangkat sebelah alis sambil menatapnya. Kugelengkan kepala, mencoba mengikuti alur yang dibuatnya.

"So sweet! Aku cemburu kalo gitu." Bernada mengejek berhasil membuatnya mendengus tak senang.

"Kamu itu nggak diinginkan sama Raka. Berikan Raka sama aku! Raka itu cuma punya aku!"

1
Maria Magdalena Indarti
pelakor datang
Idahas 3105
ngapain shanum.bilang suaminya.raka, ihh ga jelas mantan tauu
Idahas 3105
duit ngutang aja.belagu sok2 bikin acara padahal lagi hamidun
Maria Magdalena Indarti
Lumayan
Nay Nayla
.
Idahas 3105
heran Raka blm sadar juga kesalahannya
Idahas 3105
klo aku kutinggal aja mertua rese, anaknya aja ga peduli
umi istilatun
Luar biasa
Ah Serin
buat seasson2 lagi please
vi
karyamu bagus thor
Aisy Hilyah: terima kasih banyak
total 1 replies
Gavin Bae
laki2nya banci kaleng.sudah ditipu mentah2.disuruh tanggung jawab ats kehamilan yg jelas2 bukan anaknya mau2 aja.lalu sudah jelas dia ditipu karena tdk hamil tapi masih tetap mau,jelas2 diselingkuhin menjadi dan mau merusak rumah tangga orang ttap mau juga.dan ujungnya mau berpisah tapi tdk mau menalak 3 dengan alasan mah menggantung sttus shila.ha..ha.ha.itu benar2 laki2 banci kaleng.wanita baik 2 tak pantas mendapatkan laki2 banci seperti itu.seperti model shilalah yg paling cocok.
Elisabet Perin
goblok ternyata rakanya
Momma
pasti kerjaan Murni... namanya bgs Murni tp hatinya busuk...
Sukliang
murni yg suruh
Sukliang
Luar biasa
Sukliang
bapaknya raka yg nampar raka
Raisha Mieyka
hebatttt..sangat menarik jalan ceritanya..serta banyak pengajaran yang didapat dari alur ceritanya..
Aisy Hilyah: Alhamdulillah terima kasih banyak
total 1 replies
Melati Melati
aku ikuti ceritamu sampai habis 👍
Aisy Hilyah: terima kasih banyak
total 1 replies
Titik Supadmi
boncahap donk thor...🙏🙏
Aisy Hilyah: hehe entah
total 1 replies
Ira
Thanks thor bagus gk berbelit2.. Byk ilmu yg di dpt semoga kita jauh lebih baik..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!