novel fantsy tentang 3 sahabat yang igin menjadi petualang lalu masuk ke akademi petualang dan ternyata salah satu dari mereka adalah reinkarnasi dewa naga kehancuran yang mengamuk akbiat rasnya di bantai oleh para dewa dan diapun bertekad mengungkap semua rahasia kelam di masa lalu dan berniat membalas para dewa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Albertus Seran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29: Bisikan dari Kegelapan
Dedaunan Hutan Terkutuk bergoyang lembut dihembus angin, menciptakan melodi hening yang seolah berbisik penuh misteri. Kabut tipis bergulung-gulung di antara pepohonan, menyelimuti pandangan dan mempertebal aura mencekam yang menyelimuti tempat itu. Aric memimpin di depan, menghunus pedangnya dengan waspada, sementara Erevan memegang tongkat sihir yang siap memancarkan cahaya jika dibutuhkan. Lyria dan Kael berjalan di belakang mereka, memperhatikan setiap pergerakan di sekitarnya.
"Aku tidak suka tempat ini," gumam Kael sambil melirik bayangan yang terus bergerak di tepi pandangan mereka. "Hutan ini terasa seperti hidup dan mengawasi kita." Dia mengencangkan cengkeramannya pada busur panahnya.
Erevan mengangguk pelan. "Ada cerita lama tentang roh-roh tersesat yang menghantui hutan ini. Mereka bilang kabut ini adalah jejak jiwa-jiwa yang terperangkap, mencari jalan keluar yang tak pernah mereka temukan." Suaranya sedikit gemetar, tapi dia mencoba menutupi kegugupannya dengan berfokus pada sihir pelindung yang dia persiapkan.
Lyria menghela napas panjang. "Kita sudah tahu ini akan berbahaya, tapi tetap saja... merasa dikepung oleh kegelapan itu sangat menyulitkan. Aku berharap kita bisa segera keluar dari sini."
Aric menghentikan langkahnya sejenak dan mengangkat tangan, memberi isyarat agar mereka berhenti. "Diam. Ada sesuatu di depan." Dia berbisik sambil menyipitkan mata, mencoba menembus kabut tebal di depannya. Dari jauh terdengar suara gemerisik, seperti sesuatu yang berat melintasi dedaunan kering.
Mereka menahan napas, menunggu, dan kemudian sosok itu muncul. Seekor makhluk besar, berkulit hitam dan berduri, matanya merah menyala menatap mereka dari dalam kegelapan. Mulut makhluk itu menganga, memperlihatkan deretan gigi tajam yang berkilau samar dalam cahaya remang.
"Itu... Penjaga Kegelapan," bisik Erevan, wajahnya memucat. "Makhluk pelindung yang hanya muncul jika ada ancaman yang mengusik hutan ini."
Lyria menarik pedangnya, bersiap untuk menghadapi bahaya. "Kita tidak punya pilihan. Bersiaplah!"
Makhluk itu menggeram dan melesat ke arah mereka dengan kecepatan yang luar biasa, menciptakan gelombang angin yang membuat dedaunan beterbangan. Aric melompat ke samping, mengayunkan pedangnya dengan gerakan cepat, namun makhluk itu mengelak dengan lincah dan berbalik ke arah Erevan.
Erevan mengangkat tongkatnya dan melantunkan mantra perlindungan. "Perisai Cahaya!" Cahaya berkilauan muncul di sekeliling mereka, membentuk lapisan pelindung. Tapi makhluk itu menerjang perisai, dan Erevan terhuyung-huyung ke belakang akibat benturan kuat.
Kael menyiapkan panahnya dan melepaskannya dengan presisi. "Ambil ini!" Panah itu melesat, menembus kulit makhluk tersebut, namun tidak menimbulkan luka yang berarti. Makhluk itu hanya semakin marah, dan dengan satu gerakan cepat, ia menabrak Kael, membuatnya terlempar ke tanah.
"Kael!" teriak Lyria, berlari ke arah temannya yang terjatuh. Namun sebelum dia bisa mencapai Kael, makhluk itu melingkarkan tubuhnya di sekeliling Lyria, membuatnya terjebak dalam lingkaran duri yang tajam.
Aric mengepalkan pedangnya dengan kuat, rasa putus asa mulai merayapi hatinya. "Tidak! Aku tidak akan membiarkan ini berakhir seperti ini!" Dia menatap makhluk itu dengan penuh kemarahan, dan tiba-tiba, ada sesuatu yang membara di dalam dirinya. Sebuah kekuatan yang tak dikenal mulai mengalir di nadinya, membakar seiring dengan amarahnya.
"Aric... ada apa denganmu?" Erevan bertanya dengan suara serak, matanya melebar saat melihat aura merah yang mulai membungkus tubuh Aric. Itu adalah aura yang asing, penuh dengan kekuatan dan ancaman, seperti api yang tak terkontrol.
Aric merasakan panas itu, tetapi dia tidak melawannya. Dia membiarkan kekuatan itu menguasai dirinya, membentuk perisai api yang menyala di sekelilingnya. Dengan satu ayunan pedangnya, api itu meledak ke arah makhluk penjaga, menciptakan ledakan yang memekakkan telinga. Makhluk itu meraung, melonggarkan cengkeramannya pada Lyria dan akhirnya terjatuh ke tanah, tubuhnya hancur menjadi abu yang tertiup angin.
Ada keheningan yang aneh setelah itu. Aric berdiri terengah-engah, api yang menyala di tubuhnya perlahan-lahan memudar. Dia menatap tangannya yang gemetar, tidak percaya dengan apa yang baru saja dia lakukan.
Lyria, yang baru saja terlepas dari cengkeraman makhluk itu, mendekati Aric dengan hati-hati. "Aric... apa yang baru saja terjadi?"
Aric tidak tahu harus menjawab apa. "Aku... aku tidak tahu. Ada sesuatu di dalam diriku. Kekuatan ini... rasanya begitu kuat, tapi juga begitu berbahaya." Dia menatap Erevan, seolah mencari jawaban di mata sahabatnya.
Erevan hanya bisa menggelengkan kepalanya. "Kita harus mencari tahu apa yang terjadi padamu, Aric. Kekuatan itu... tidak normal." Dia melangkah maju, menatap bekas-bekas api yang masih membara di tanah. "Dan jika ini berhubungan dengan dewa naga yang pernah disebutkan, maka kita dalam bahaya yang jauh lebih besar dari yang kita kira."
Kael, yang sudah bangkit dan membersihkan debu dari pakaiannya, mendekati mereka. "Kita sudah tahu risikonya. Tapi satu hal yang pasti, kita tidak bisa melawan ini sendirian." Dia menatap Aric, matanya penuh dengan keyakinan. "Kita akan menemukan jawaban, Aric. Bersama-sama."
Aric menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan detak jantungnya yang liar. "Baiklah. Kita lanjutkan perjalanan ini. Tapi aku perlu bantuan kalian. Jika aku mulai kehilangan kendali... kalian harus menghentikanku." Kata-katanya penuh dengan ketulusan, dan itu membuat teman-temannya semakin yakin.
Mereka melanjutkan perjalanan, menyusuri Hutan Terkutuk yang kini terasa lebih gelap dari sebelumnya. Kabut masih menari di sekeliling mereka, seolah ingin menyembunyikan rahasia yang lebih dalam. Namun, di antara semua ketidakpastian itu, mereka memiliki satu hal yang mereka percayai: persahabatan mereka. Dan dalam persahabatan itu, mereka menemukan kekuatan untuk terus berjuang, meskipun kegelapan semakin mendekat.