Beberapa bab dalam tahap REVISI
Rania Anastasya, adalah anak yatim piatu yang diangkat menjadi anak perempuan keluarga konglomerat sejak remaja.
Farhan Ananta Putra, adalah anak laki-laki satu-satunya keluarga angkat Rania. Hubungan mereka cukup dekat semenjak Rania bergabung menjadi keluarga Ananta Putra.
Namun siapa sangka, ternyata saat dewasa, Rania malah dijodohkan dengan Farhan, kakak angkatnya sendiri.
Sejak saat itu, Farhan berubah menjadi laki-laki kejam yang tak lagi dikenal oleh Rania. Bahkan di malam pertama mereka, Rania harus menerima rasa sakit akibat kekejaman Farhan.
Mampukah Rania melepaskan diri dari Farhan?
Baca kisah lengkap nya yuk
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melia Andari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 Tak Sadarkan Diri
Rania duduk di pinggir jendela kamarnya dengan perasaan harap-harap cemas menanti obat dari Randi. Keberadaan Farhan di rumah itu membuatnya gelisah. Beberapa menit kemudian, terdengar sebuah bel rumahnya berbunyi, pertanda ada seseorang di balik pintu pagar.
"Itu pasti kurir yang membawa obat dari Randi," gumam Rania lalu bergegas keluar untuk mengambil paketnya.
Sementara Farhan yang sedang duduk di teras, melihat kedatangan kurir di pagarnya. Ia pun berjalan menghampiri kurir itu.
"Paket Tuan," ucap sang kurir kemudian menyerahkan paket yang dibawanya.
"Oke terima kasih," jawab Farhan lalu mengambil paket tersebut. Ia pun memperhatikan paket itu lalu membaca pengirim serta penerima yang ditujukan.
"Untuk Rania? Dari Randi?" gumamnya dalam hati.
"Randi mengirimkan apa untuk Rania?" Farhan bertanya lagi dalam hatinya.
Saat hendak membuka paket itu, Rania muncul dari arah belakangnya dengan tetap menjaga jarak agar parfum Farhan tak tercium olehnya.
"Farhan," panggil Rania.
Farhan segera menoleh ke arah suara itu. Ia memutar tubuhnya untuk menghadap Rania.
"Berikan paket itu padaku," ucap Rania dengan mengulurkan tangannya.
"Kau sedang menunggu ini? Memangnya apa yang dia kirimkan untukmu?" tanya Farhan memperhatikan Rania.
"Kau tidak perlu tahu," sanggah Rania kesal.
Farhan mengerutkan kening dengan anggukan kepala. "Tidak masalah, aku bisa membukanya sendiri."
"Tidak! Jangan!" teriak Rania panik.
Ia berlari menghampiri Farhan yang hendak membukanya. Namun baru saja tiba di dekat laki-laki itu, Rania kembali merasakan mual. Ia pun terlihat muntah-muntah di hadapan Farhan.
Keadaan ini sangat menyiksa Rania. Ia ingin menghindar dari aroma parfum yang membuatnya mual, tapi di sisi lain ia tak ingin Farhan membuka paket yang dikirimkan oleh Randi.
Hueek.. Hueek
Rania terus muntah seperti itu hingga mengeluarkan airmata. Farhan yang melihat itupun menjadi terkejut dan mencoba membantu Rania, namun wanita itu malah semakin ingin muntah.
"Menjauh lah dariku!" teriak Rania.
"Kau ini kenapa? Kalau sakit jangan keras kepala dan biarkan aku membantumu!" tegas Farhan tak kalah galak.
"Pergi..huekk. Pergi!" teriak Rania lagi.
Farhan tidak mempedulikan penolakan Rania. Ia terus berusaha menangkap tubuh mungil istrinya meskipun dipukuli oleh wanita itu.
"Menjauh aku bilang!"
"Tidak!"
"Pergi! Kau yang membuatku seperti ini! Pergi! Aku membencimu!" ucap Rania dengan nada tinggi.
"Jangan keras kepala Rania!" geram Farhan.
Rania yang merasa frustasi dan benar-benar lemah, kepalanya mulai berkunang-kunang. Tiba-tiba wanita itu pun pingsan ketika Farhan telah menyentuh tangannya.
"Rania..Rania?" Farhan mencoba membangunkan Rania dengan wajah yang panik.
Kemudian ia langsung mengangkat tubuh istrinya itu dan membawanya ke dalam rumah. Ia tak lagi mempedulikan paket yang dari tadi diperebutkan bersama Rania.
"Loh, Rania kenapa Farhan?" tanya mama Laura yang terkejut melihat Farhan masuk dengan menggendong Rania ala bridal style namun dengan kondisi Rania tidak sadarkan diri.
"Rania pingsan lagi?" tanya papa Rangga yang juga ikut terkejut melihatnya.
Farhan hanya menjawab dengan tatapan sejenak, kemudian melanjutkan aktivitasnya kembali.
"Sebenarnya kau apakan Rania sih Farhan? Kenapa setiap dia bersamamu selalu saja tidak sadarkan diri seperti ini?" tanya mama Laura tak habis pikir lalu mengambil langkah mengikuti putranya menuju kamar.
"Hei kau salah, kamar Rania di sebelah sana," tegur mama Laura mengingatkan, karena Farhan membawa Rania ke dalam kamarnya.
Farhan tidak mengindahkan ucapan Ibunya. Ia terus membawa Rania hingga masuk ke dalam kamarnya yang biasa ia tempati ketika ia tinggal di rumah itu.
"Sudahlah ma, panggilkan saja dokter untuk memeriksa Rania. Papa takut kondisinya semakin memburuk," pinta papa Rangga.
"Oh iya sampai lupa," sahut mama Laura lalu bergegas pergi mengambil ponselnya.
Wanita paruh baya mulai menelepon dokter keluarga untuk segera datang.
Di sisi lain, Farhan meletakkan Rania dengan perlahan di atas tempat tidurnya. Ia lalu duduk di samping wanita itu kemudian memperhatikan wajahnya. Ia pun menyingkap beberapa helai rambut Rania yang menghalangi wajah cantiknya.
"Kau sangat terlihat tenang ketika tertidur. Apakah aku harus melihatmu dalam kondisi seperti ini terus agar tidak lagi ada keributan?" Farhan berkata di dalam hatinya.
Papa Rangga memperhatikan Farhan yang sedang menatap Rania. Ada rasa iba dalam hatinya untuk kedua pasangan itu. Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa karena Farhan lah yang menjadi penyebab malapetaka dalam rumah tangganya sendiri.
"Kalau kau mencintai dia, pertahankan dia bagaimana pun caranya. Buatlah dia mempercayaimu sehingga ketakutan dan traumanya akan dirimu hilang," tiba-tiba terdengar suara papa Rangga berbicara padanya.
Farhan menoleh ke arah ayahnya sesaat lalu pandangannya kembali menatap Rania.
"Tapi jika kau tidak mencintainya, maka lepaskanlah ia dengan penuh kedewasaan. Rania berhak mendapatkan laki-laki baik untuk masa depannya. Apa kau mengerti?" tanya papa Rangga menatap Farhan.
Farhan hanya diam saja seraya memperhatikan Rania yang tengah memejamkan mata. Namun dalam hatinya, ia juga tengah memikirkan apa yang dikatakan oleh ayahnya.
"Apalagi jika kau ingin menikahi perempuan bernama Dewi itu, jangan pernah berpikir untuk menjadikan Rania istri pertama mu, karena papa dan mama tidak akan rela," ucap papa Rangga kemudian pergi meninggalkan kamar itu.
jodih nya..
😀😀😀❤❤❤❤
😀😀😀😀❤❤❤❤
❤❤❤❤❤❤