Apa jadinya jika gadis berusia 23 tahun menjadi pengasuh sekaligus ART di rumah seorang duda tampan yang kesepian? Mengurus rumah dan satu bocah yang nakal sungguh membuat kepala Anggita merasa pusing, tapi ternyata menghadapi duda tampan yang manja juga kesepian jauh membuatnya lebih pusing.
Seiring berjalannya waktu, Anggita dan Angkasa saling jatuh hati. Tapi Edo mantan kekasih Anggita muncul dan memaksa minta balikan. Yang lebih mengejutkan, ternyata Edo adalah keponakan dari Angkasa. Tak hanya itu, mantan istri Angkasa juga kembali dari luar negri dan memaksa untuk rujuk dengan alasan anak.
Bagaimanakah kelanjutan hubungan Anggita dan Angkasa?
Akankah keduanya sanggup menghadapi badai masalah yang muncul dalam bahtera percintaan mereka?
Follow Ig : Fatmawatisiti1472
Note :
-Alur cepat
-Bukan novel panjang
-Konflik ringan
-slow up
-slow revisi
Selesai baca follow akun Noveltoon author ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YoungLady, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Anggita membuka mata, dia langsung merasakan sekujur tubuhnya remuk dan pegal pegal. Tak hanya itu, dia juga merasakan nyeri di bagian inti tubuhnya.
Samar-samar, bayangan pergulatan antara dirinya dan Angkasa terlintas dalam ingatannya. Anggita menggigit bibir bawahnya, dia menoleh ke arah samping dan mendapati Angkasa tengah tertidur lelap di sisinya.
Anggita menyesali perbuatannya, dia telah menggoda Angkasa duluan. Entah apa yang pria itu pikirkan tentang Anggita nanti. Yang pasti, sekarang Anggita merasa telah menjadi orang bodoh. Bagaimana kalau Angkasa pergi meninggalkannya setelah malam ini? Kenapa sih otak Anggita tidak bisa berpikir jernih sebelum bertindak?
Angkasa menggeliat, dia membuka mata dan memperhatikan Anggita yang sedang duduk gelisah di sisinya.
"Selamat pagi," sapa Angkasa.
"Pa... pagi," sahut Anggita.
"Ada apa? Kenapa wajahmu sangat murung?" Angkasa mengelus pucuk kepala kekasihnya lembut.
"Emh ... Anu ..." Anggita merasa ragu untuk mengungkapkan isi hatinya kepada sang kekasih.
"Jangan khawatir, aku akan bertanggung jawab penuh padamu. Setelah mandi dan sarapan, ayo ikut aku kerumah adikku. Aku ingin memperkenalkan kamu sebagai calon istriku sekaligus Ibu sambung untuk anakku," ucap Angkasa. Dia selalu saja bisa tau apa yang ada di dalam pikiran Anggita tanpa perlu wanita itu bicara. Tingkat kepekaan Angkasa pada pasangannya sangat tinggi.
"Bagaimana jika dia nggak menyetujuinya?" Anggita masih saja cemas. Bagaimanapun dia hanya seorang ART sekaligus pengasuh di rumah itu.
"Aku akan tetap menikahi kamu," janji Angkasa.
Anggita dan Angkasa berpelukan, keduanya saling merasakan ketulusan masing-masing. Tak terasa air mata Anggita jatuh menetes, akhirnya dia bisa menemukan seorang pria yang sangat mencintainya dan selalu memprioritaskan dirinya.
Selesai mandi dan sarapan, Angkasa, Anggita mengantar putri kesayangan mereka ke sekolah. Sepanjang perjalanan putri kecil itu terus mengoceh karena melihat ke kompakan Angkasa dan Anggita dalam hal berpakaian. Nania merasa iri, jelas sekali kalau sepasang kekasih itu akan pergi ke suatu tempat.
"Apa kalian akan pergi berkencan tanpa aku?" Nania mengerucutkan bibirnya.
"Ah, nggak kok. Kami nggak pergi berkencan, kami hanya akan mengunjungi rumah Bibimu sebentar," sanggah Anggita.
"Kalian nggak berbohong kan?" Nania menatap tajam.
"Nggak. Mana berani kami membohongi kamu," Anggita meringis ngeri.
"Pulang sekolah tolong jemput aku, aku juga mau pergi ke rumah Bibi. Sudah lama aku tidak bertemu dengan keponakanku," pinta Nania.
"Baik. Pulang sekolah Ayah akan menjemputmu," sambung Angkasa.
Tiba di depan gerbang sekolah, Nania turun dari mobil. Dia melambaikan tangan pada Angkasa dan Anggita sambil menebar senyum bahagia. Entah kenapa, Angkasa merasa hari hari keluarga mereka jadi lebih berwarna semenjak kehadiran Anggita di tengah tengah keluarga mereka.
"Sudah siap untuk bertemu dengan keluargaku?" Celetuk Angkasa.
"Hah..." Anggita menarik nafas panjang untuk menenangkan diri. Dia juga menghitung dalam hati dari satu sampai sepuluh.
"Sudah. Aku sudah siap untuk bertemu bahkan berdebat dengan mereka." Sahut Anggita yakin.
***
Setengah jam berlalu...
Anggita dan Angkasa tiba dirumah Rosa. Mereka turun dari dalam mobil dan masuk ke dalam rumah sambil bergandengan tangan. Rasa takut menghampiri Anggita, bagaimana jika Rosa dan suaminya tidak setuju dengan hubungan mereka?
"Rosa...!" Panggil Angkasa.
Wanita yang sedang menyusui anaknya itu langsung berbalik mencari sumber suara seseorang yang memanggilnya.
"Abang," Rosa melirik kearah tangan Angkasa yang sedang menggandeng tangan Anggita. Rosa meletakan bayinya di box khusus lalu berjalan menghampiri mereka.
"Mari kita bicara di ruang tengah saja," ajak Rosa.
Angkasa dan Anggita mengikuti langkah kaki Rosa dari belakang. Beberapa kali Anggita memberi cubitan kecil pada telapak tangan Angkasa karena merasa sedikit ngeri.
"Jadi, kalian benar-benar berpacaran?" Ucap Rosa seakan tak percaya .
"Iya, Kak," sahut Anggita.
"Oh, kamu sudah berani memanggilku dengan sebutan Kakak?"
"Maaf," Anggita menundukkan wajah.
"Rosa, jangan galak-galak padanya!" Omel Angkasa.
"Abang diam dulu!" bentak Rosa.
"Kamu tau kan latar belakang keluarga dan pendidikanmu sangat jauh dengan Abangku? Tapi kenapa kamu masih nekat dan mau menjadi kekasih Kakakku?" Rosa terlihat sangat kesal.
"Karena aku mencintainya," kalimat polos itu keluar begitu saja dari bibir Anggita.
"Cinta katamu? Lihatlah dirimu, kamu hanya cocok untuk dikasihani bukan dicintai," ejek Rosa brutal.
"Serendah itu kah aku di matamu Kak?" Emosi dalam diri Anggita meluap karena merasa dihina.
"Kamu memang rendah. Kamu hanya pembantu, sedang Kakakku? Aku tidak perlu menjelaskan perbedaan mencolok diantara kalian." Rosa membuang muka dan melipat kedua tangannya di dada.
Rasa sesak menyerang hati Anggita. Jadi begini rasanya dihina secara langsung didepan muka sendiri? Rasanya sakit sekali, saking sakitnya sampai tak bisa dijelaskan oleh kata kata.
"Dengarkan ini baik-baik Rosa, karena aku hanya akan mengucapkannya sekali. Kamu memang adikku, tapi kamu nggak punya hak untuk mengatur jalan hidup dan pilihanku. Sekalipun kamu nggak setuju dengan hubungan kami, aku akan tetap melamar Anggita dan menikahinya," ucap Angkasa lantang.
Anggita menoleh kearah Angkasa, dia berhenti menangis setelah mendengar kalimat yang keluar dari mulutnya. Dia merasa terharu dengan kegigihan yang Angkasa punya. Akankah hal itu akan bertahan selamanya? Atau hanya sementara? Sepertinya Rosa tidak akan membiarkan mereka berdua hidup bahagia begitu saja.
"Abang, kenapa keras kepala sekali hah? Abang nggak berkaca dengan kegagalan rumah tangga Abang dimasa lalu? Wanita miskin ini pasti hanya mengincar harta kekayaan yang Abang punya. Setelah dapat, dia akan pergi meninggalkan Abang dengan pria lain seperti mantan istri Abang!" Rosa marah-marah. Dia menghujani Anggita dengan tuduhan yang tidak masuk akal.
Tentu saja Anggita sangat terkejut mendapatkan tuduhan itu. Tapi karena hal itu Anggita jadi tau kalau Rosa tidak sungguh sungguh membencinya, dia hanya khawatir Anggita akan melakukan kesalahan yang sama seperti mantan istri Angkasa dulu.
"Kak, tolong beri aku kesempatan untuk membuktikan padamu kalau cintaku pada Angkasa itu tulus. Aku nggak akan menyia-nyiakan kesempatan darimu itu," mohon Anggita.
Bersambung...
mka nya kurleb ya gt sbangsa tumbuh tumbuhan tp bs beranak pinak😁🤣🤣🤣😂😂😂