Delia harus menggantikan adiknya di hari pernikahan, karena adiknya yang tiba-tiba pergi tanpa alasan. Pria tampan bernama Reynan adalah sahabatnya sejak kuliah. Namun laki-laki itu malah jatuh cinta pada adiknya. Hanya ingin menyelamatkan dua keluarga yang mungkin akan malu jika pernikahan ini tiba-tiba batal. Delia terpaksa menggantikan adiknya sebagai pengantin wanita. Namun, apakah pernikahannya akan baik-baik saja dan berujung bahagia ketika pria yang menikah dengannya sama sekali tidak mencintainya. Bagaimana jika suatu saat adiknya kembali lagi?
"Jika aku bisa meminta, aku hanya ingin kembali ke waktu dimana aku ingin merubah satu bab dalam hidupku yang sampai saat ini selalu aku sesali. Waktu dimana aku bertemu denganmu dan mencintaimu" Delia Permata.
Ini bukan tentang harga diri lagi, ini tentang cinta dan luka. Tentang perasaan cinta yang teramat besar, namun ada luka yang menganga lebar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akan Mencintaimu Selamanya!
Reynan langsung menoleh pada Ibunya yang entah sejak kapan muncul disana. Ibu Dian menghampiri anaknya dan duduk disamping Reynan. Menepuk bahu Reynan.
"Kamu akan sadar suatu saat nanti, siapa yang sebenarnya mencintaimu dengan tulus Rey"
Reynan menatap Ibunya, dia tidak mengerti apa yang di maksud oleh Ibunya itu. "Aku tahu siapa yang mencintaiku Ma, Diana jelas lebih mencintaiku dan dia juga yang aku cintai"
Ibu Dian hanya menghela nafas pelan mendengar jawaban anaknya itu. Jelas masih terlihat jika sampai saat ini Reynan masih belum benar-benar menerima Delia dan pernikahan mereka ini.
"Yasudah, semoga suatu saat nanti kamu tidak akan menyesal ya Rey" Ibu Dian langsung berlalu dari sana. Dia sudah malas menasehati anaknya yang masih saja tetap dengan pikirannya itu.
Reynan kembali menyandarkan kepalanya di sandaran sofa. Dia menatap langit-langit kamar dengan helaan nafas panjang. Meski hatinya masih yakin milik Diana, namun dia juga merasa tidak nyaman dengan sikap dingin Delia padanya saat ini.
Reynan beranjak dari duduknya dan pergi ke kamar. Dia harus mengistirahatkan dirinya dan pikirannya yang sekarang sedang kacau. Berendam di air hangat dengan tetesan aroma terapi cukup membuat Reynan sedikit rileks sekarang.
Selesai mandi, Reynan segera berganti pakaian dan kembali turun ke lantai bawah untuk makan malam. Di ambang pintu dapur, dia melihat Delia yang masih memasak di depan kompor. Hanya ada Delia saja, entah kemana Ibunya. Mungkin juga masih di kamar.
Menyadari kehadiran Reynan disana, membuat Delia segera menyelesaikan masakannya. Dia masih tidak bisa harus berdekatan dengan suaminya yang telah membuat Delia hancur.
Reynan berdiri di dekat Delia, tubuhnya setengah menyandar pada meja kompor disana. "Del, apa kamu masih marah? Maaf Del, atas semua yang aku lakukan padamu. Saat itu aku benar-benar sedang di kuasai oleh emosi"
Delia berbalik, dia menyimpan masakan terakhirnya di atas meja. Hanya menghela nafas pelan ketika melihat Reynan. "Aku sudah maafkan"
Ya, memaafkan untuk hal ini memang mudah bagi Delia. Tapi untuk melupakan, belum tentu dia bisa melakukannya. Namun, Delia akan berusaha untuk melupakan hanya karena dia ingin hatinya tenang dan damai.
Reynan harusnya lega mendengar Delia yang sudah memaafkan dirinya tentang semua kesalahan yang dia lakukan. Namun ketika dia melihat wajah Delia yang masih saja datar dan selalu memalingkan wajahnya ketika berbicara dengan Reynan, seolah Delia memang tidak mau melihat Reynan lagi.
"Kamu yakin sudah memaafkanku? Kalau begitu kamu pindah ke kamar kita lagi ya, biar kamu yang tidur di atas tempat tidur sekarang. Tidak papa biar saja aku yang tidur di sofa"
Reynan hanya merasa sangat bersalah dengan Delia. Dia sudah menyiksa wanita itu hanya karena dia tahu jika Delia mencintainya, dan hal itu yang membuat Diana pergi di hari pernikahan mereka. Namun, sekarang Reynan mulai berpikir jernih. Tidak mungkin juga dia terus menyalahkan Delia, karena mungkin Delia juga tidak tahu jika Diana melakukan semua ini karena dirinya. Semua yang terjadi hanya karena kebaikan Diana yang ingin membuat Delia merasakan kebahagiaan bersama dengan pria yang dicintainya. Begitulah tanggapan Reynan terhadap semua ini.
"Maaf aku tidak bisa, kamu 'kan lebih nyaman kalau tidur sendiri dan tidak akan merasa terganggu lagi"
Reynan hanya menghela nafas pelan, dia tidak tahu harus melakukan apa saat ini. Delia telah benar-benar marah dan sekarang sedang berada dalam mode diamnya.
Reynan duduk di kursi meja makan, dia menatap Delia yang sedang mengisi gelas kosong dengan air putih yang tersedia untuk makan malam ini.
"Kalau begitu, tolong ambilkan aku makan dong. Kan kamu sudah memaafkan aku"
Delia melirik Reynan dengan dingin, tanpa banyak bicara dia langsung mengambil piring kosong yang tersedia di depan Reynan. Hal itu membuat Reynan langsung tersenyum sambil menatap Delia. Meski Delia yang masih begitu dingin padanya. Delia mengambilkan makanan untuk suaminya tanpa banyak bicara apapun.
"Jangan pakai telur, aku alergi"
"Ya, aku tahu. Mama pernah bilang itu" jawab Delia dingin
Delia menyimpan piring berisi makanan itu di depan suaminya. Lalu dia duduk di kursi yang bersebrangan dengan Reynan. Delia masih terlalu dingin bagi Reynan.
"Kenapa duduk disana?"
Delia sama sekali tidak menjawab, dia tahu bagaimana Reynan yang hanya merasa bersalah dan tidak nyaman saja dengan apa yang pernah dia lakukan. Semuanya hanya karena dia yang merasa bersalah karena sudah melakukan kekerasan padanya, bukan karena Reynan yang sudah benar-benar berubah karena perasaannya.
Ibu Dian yang baru saja datang di ruang makan, langsung menghampiri Delia. "Maaf Sayang, kamu jadi menyelesaikan semua masakannya sendiri ya. Tadi Mama ada telepon dari teman arisan, dan dia lama sekali teleponnya"
Delia tersenyum pada Ibu mertuanya itu. "Tidak papa Ma, aku bisa kok masak semuanya"
Ibu Dian langsung melirik tajam pada anak laki-lakinya itu. "Dia tidak melakukan macam-macam padamu 'kan?"
"Apaan sih Ma, aku dan Delia itu suami istri. Lagian kenapa juga kalau misalkan aku macam-macam sama istriku sendiri" ucap Reynan yang menyadari sindiran dari Ibunya itu.
"Ingat ya Reynan, kamu 'kan tidak mencintai Delia, jadi jangan mencoba untuk macam-macam dengan putri Mama ini"
Reynan hanya terdiam mendengar ucapan Ibunya itu. Jelas ucapan Mama barusan berhasil membuat hatinya sedikit tersayat. Memang benar itu yang sering Reynan katakan setiap kali Ibunya menasehati tentang pernikahannya dengan Delia, maka dia akan menjawab dengan alasan jika dia tidak mencintai Delia. Tapi saat sekarang ucapan Mama itu terdengar, benar-benar membuat hatinya tersayat.
*
Pernikahan antara Delia dan Reynan yang sekarang sudah menginjak dua bulan. Namun, Reynan mulai merasakan tidak nyaman karena Delia yang masih tidur di kamar yang terpisah dan sikapnya yang juga masih dingin padanya.
Ketika akhir pekan ini dan kedua orang tuanya sedang menghadiri sebuah undangan bisnis. Jadi di rumah ini hanya dengan Delia dan Reynan. Delia yang sedang menyiram bunga di taman sore ini, dia hanya berdiam diri di dalam kamar hanya untuk menghindari keberadaan Reynan. Delia tidak bisa terus berada di dalam kamar, karena dia juga bosan. Jadi dia memutuskan untuk menyiram tanaman di taman belakang.
"Sore Del.."
Benar saja jika Reynan langsung menghampirinya ketika dia melihat Delia yang berada di taman. Reynan berdiri di dekat Delia yang sedang menyiram tanaman.
"Ayolah Del, sampai kapan kita harus seperti ini? Kita suami istri, tapi bahkan kamu saja tidak pernah berbicara denganku selayaknya sepasang suami istri"
Delia mematikan kran air, dia berbalik dan menatap Reynan dengan lekat. "Kamu tidak akan tahu bagaimana rasanya menjadi aku. Ini bukan tentang harga diri lagi, ini tentang cinta dan luka. Tentang perasaan cinta yang teramat besar, namun ada luka yang menganga lebar. Entah aku bisa bertahan atau tidak, hanya satu yang perlu kau ingat. Jika cinta ini hanya untukmu, selamanya"
Deg..
Reynan langsung mematung mendengar itu, dia menatap punggung Delia yang sudah berlalu begitu saja dari hadapannya. Reynan melihat bagaimana luka yang tertanam dalam diri Delia ketika dia menatap bola matanya.
Hatinya terasa begitu sakit.
*
lanjut kak tetap semangat 💪💪💪