Karena sebuah mimpi yang aneh, Yuki memutuskan untuk kembali ke dunia asalnya. Walaupun Dia tahu resikonya adalah tidak akan bisa kembali lagi ke dunianya yang sekarang. Namun, saat Yuki kembali. Dia menemukan kenyataan, adanya seorang wanita cantik yang jauh lebih dewasa dan matang, berada di sisi Pangeran Riana. Perasaan kecewa yang menyelimuti Yuki, membawanya pergi meninggalkan istana Pangeran Riana. Ketika perlariaannya itu, Dia bertemu dengan Para Prajurit kerajaan Argueda yang sedang menjalankan misi rahasia. Yuki akhirnya pergi ke negeri Argueda dan bertemu kembali dengan Pangeran Sera yang masih menantinya. Di Argueda, Yuki menemukan fakta bahwa mimpi buruk yang dialaminya sehingga membawanya kembali adalah nyata. Yuki tidak bisa menutup mata begitu saja. Tapi, ketika Dia ingin membantu, Pangeran Riana justru datang dan memaksa Yuki kembali padanya. Pertengkaran demi pertengkaran mewarnai hari Yuki dan Pangeran Riana. Semua di sebabkan oleh wanita yang merupakan bagian masa lalu Pangeran Riana. Wanita itu kembali, untuk menikah dengan Pangeran Riana. Ketika Yuki ingin menyerah, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Namun, sesuatu yang seharusnya menggembirakan pada akhirnya berubah menjadi petaka, ketika munculnya kabar yang menyebar dengan cepat. Seperti hantu di malam hari. Ketidakpercayaan Pangeran Riana membuat Yuki terpuruk pada kesedihan yang dalam. Sehingga pada akhirnya, kebahagian berubah menjadi duka. Ketika semua menjadi tidak terkendali. Pangeran Sera kembali muncul dan menyelamatkan Yuki. Namun rupanya satu kesedihan tidak cukup untuk Yuki. Sebuah kesedihan lain datang dan menghancurkan Yuki semakin dalam. Pengkhianatan dari orang yang sangat di percayainya. Akankah kebahagiaan menjadi akhir Yuki Atau semua hanyalah angan semu ?. Ikutilah kisah Yuki selanjutnya dalan Morning Dew Series season 3 "Water Ripple" Untuk memahami alur cerita hendaknya baca dulu Morning Dew Series 1 dan 2 di profilku ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vidiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15
“Siapa yang bertanggung jawab atas ini?” tanya Pangeran Sera, suaranya tajam. Mata semua orang tertuju pada para putri, yang kini saling menatap satu sama lain, mencari alasan atau mungkin kambing hitam di antara mereka.
Paman Gregor, yang berdiri di belakang Pangeran Sera, melihat para putri dengan wajah masam. Meskipun sebagian dari mereka adalah keluarga jauhnya, dia jelas tidak setuju dengan tindakan mereka. Dalam hati, dia tahu bahwa insiden Putri Alina seharusnya menjadi peringatan keras bagi mereka, tapi sepertinya itu tidak cukup untuk membuat mereka sadar.
Raja Jafar dan Kakek Veyron berdiri tak jauh dari situ, hanya mengamati tanpa banyak bicara. Mereka tahu putusan apa pun akan berada di tangan Pangeran Sera. Tatapan Raja Jafar penuh penilaian, sementara Kakek Veyron tampak lebih penasaran dengan perkembangan yang akan terjadi.
“Aku…aku terjatuh” kata Yuki berusaha menutupi apa yang terjadi. Dia tidak mau ada masalah lain lagi yang terjadi.
Pangeran Sera menarik Yuki dengan lembut, matanya tidak pernah lepas darinya. Saat mantel hangat yang dikenakannya menyelimuti tubuh Yuki yang basah, tatapannya dipenuhi dengan keprihatinan yang tak bisa ia sembunyikan. “Apa yang Kau lakukan padaku, Yuki…” gumamnya lirih, namun cukup terdengar oleh mereka yang berdiri di sekitar.
Yuki menunduk, berusaha tersenyum meski tubuhnya masih bergetar kedinginan. “Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Pangeran, Aku baik-baik saja.” Kata Yuki dengan bibir bergetar karena kedinginan.
Pangeran Sera mendesah panjang, lalu membelai rambut basah Yuki dengan penuh kasih sayang. “Kenapa kau membuatku selalu merasa tidak berdaya dan cemas jika aku tidak berada dekat denganmu?” tanyanya, suaranya rendah tapi penuh emosi. “Apa kau sudah menjadi candu untukku? Atau… kau memang memiliki sihir yang memabukkanku?”
Yuki tersentak mendengar kata-kata itu. Dia tahu bahwa perasaan Pangeran Sera padanya sangat dalam, tapi ia tak pernah menyangka bahwa ia akan mengungkapkannya dengan cara seperti ini, di hadapan banyak orang. Di balik tatapannya yang penuh perhatian, ada sesuatu yang lebih—sesuatu yang tidak bisa dihindari. Sebuah perasaan yang terus tumbuh, mengikat Pangeran Sera semakin erat padanya.
Para putri yang sebelumnya bersikap congkak kini berdiri terpaku. Mereka tahu bahwa situasi ini tak lagi bisa dianggap enteng, dan Pangeran Sera jelas tidak akan membiarkan insiden ini berlalu begitu saja.
Tanpa peringatan, Pangeran Sera menggigit jempolnya hingga darah mengalir, menciptakan aura dramatis di sekelilingnya. Dengan tekad yang menggebu, dia menempelkan darahnya di dahi Yuki, meninggalkan tanda yang tak terhapuskan. Suasana di sekitar mereka tiba-tiba terasa berat, semua mata tertuju pada keduanya, dan jantung Yuki berdetak kencang.
“Pangeran, apa yang Kau lakukan ?” Tanya Yuki tidak mengerti.
“Dengarkan ini, Yuki,” suaranya penuh kekuatan dan kejujuran. “Dengan disaksikan semua yang ada disini. Aku mengucapkan sumpah dengan darahku. Dan Ini adalah sumpahku. Aku Sera Madza, Ksatria Perang Negeri Argueda, bersumpah, hanya Kau satu-satunya wanita yang akan kunikahi. Kau satu-satunya wanita yang menjadi istriku, dan Kau… satu-satunya wanita yang akan melahirkan anak-anakku.”
Saat kata-kata itu keluar, petir menggelegar di langit, seolah alam merestui sumpahnya. Kilatan cahaya menyinari wajah mereka, menambah kesan sakral pada momen tersebut. Semua orang yang hadir tertegun, tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Mereka tahu arti dari sumpah seorang Ksatria Argueda—bahwa itu tidak hanya sekadar kata-kata, tetapi sebuah janji yang mengikat jiwa.
Yuki terkejut, menyadari ketegangan situasi yang ada. perasaannya campur aduk antara kebahagiaan dan ketakutan. Tidak pernah dalam pikirannya ia membayangkan Pangeran Sera akan bersumpah begitu, dengan segenap jiwa dan raganya. Darah yang tergores di dahinya menjadi simbol tak terhapuskan dari perasaan yang mendalam dan ikatan mereka.
Paman Gregor menatap tajam, skeptis terhadap keputusan Pangeran Sera, sementara Raja Jafar dan Kakek Veyron saling berpandangan. Sumpah Sera diterima oleh langit, Mereka mengerti bahwa situasi ini telah berubah menjadi sesuatu yang lebih besar daripada sekadar pertempuran antara dua negeri.
Kakek Veyron tampak tenang dan bahkan sedikit tersenyum, seolah dia sudah menduga momen ini akan terjadi. Dengan kebijaksanaan yang dimiliki, dia mengamati situasi dengan seksama, menyadari bahwa perasaan Pangeran Sera terhadap Yuki jauh lebih dalam daripada yang diperkirakan banyak orang. Kakek Veyron tahu bahwa ikatan ini, meskipun penuh risiko, bisa menjadi kekuatan yang menyatukan mereka di masa depan.
Sambil tetap menjaga ketenangan, Kakek Veyron mengangguk perlahan, seolah merestui sumpah tersebut.
“Sumpah seorang ksatria bukanlah hal yang sepele, Sera,” kata Raja Jafar, suaranya tegas namun penuh perhatian. “Kau tahu bahwa tanggung jawab ini tidak hanya untuk dirimu sendiri, tetapi juga untuk rakyat dan kerajaannya.”
Pangeran Sera, yang masih memegang Yuki dengan lembut, menjawab dengan keyakinan, “Saya tahu, Ayah. Ini adalah keputusan saya, dan saya akan mempertanggungjawabkannya.” Kata-kata Pangeran Sera menegaskan posisinya, dan dia berdiri tegak, siap menghadapi segala konsekuensi yang mungkin timbul dari sumpahnya.
Kakek Veyron merenung sejenak, menyusun kembali informasi yang dia peroleh tentang Yuki. Sejak pertama kali Yuki muncul di istana, ada sesuatu yang berbeda tentangnya. Meski penyelidikannya belum membuahkan hasil yang konkret, nalurinya tidak pernah salah. Menghubungkan Yuki dengan serangan Iblis yang terjadi dua tahun lalu di Garduete. Dia mencium aroma misteri yang menyelubungi gadis itu, dan instingnya membawanya pada satu kesimpulan: Yuki bukan manusia biasa.
Dia teringat akan kisah lama mengenai Ciel, manusia istimewa yang memiliki kekuatan luar biasa dan mampu menjalin ikatan kuat dengan orang-orang di sekelilingnya. Kakek Veyron tidak bisa mengabaikan kehadiran Yuki yang mirip dengan deskripsi Ciel dalam legenda yang telah dia dengar sejak lama.
Selain itu, Dia teringat kutukan yang terjadi pada kerajaan Rasyamsah yang telah berlangsung lima belas tahun ini. Kutukan dari seorang Wanita pada penguasa Rasyamsah yang zalim sehingga menyengsarakan rakyatnya sampai sekarang.
Kutukan itu dapat dipatahkan oleh seorang gadis yang membawa dua kekuatan besar dibelakangnya. Yang akan menghancurkan kekuasaan Raja Trandem dan orang-orangnya. Menyelamatkan Rasyamsah dari penderitaan yang berkepanjangan.
Sekarang Kakek Veyron mulai memahami bahwa Yuki mungkin adalah kunci untuk mengakhiri kutukan di Rasyamsah. Dengan ingatan akan kutukan lama dan koneksi Yuki sebagai seorang Ciel, dia menyadari bahwa takdir Yuki bukan hanya sebatas pada perselisihan dua kerajaan besar, bukan hanya pada Riana ataupun Sera, tetapi juga berkaitan dengan nasib Rasyamsah. Mimpi-mimpi Yuki tentang Putri Magitha mungkin lebih dari sekadar firasat, tetapi sebuah panggilan untuk menjalankan peran besar dalam menyelamatkan rakyat yang tertindas.
Bagi Kakek Veyron, meskipun ia tidak tahu detailnya, jelas bahwa Yuki bukan manusia biasa, dan cinta Sera padanya merupakan bagian dari takdir yang lebih besar.
Kakek Veyron tertawa, sebuah tawa rendah yang bergema, membuat semua orang memandangnya dengan penuh kebingungan. Tidak ada yang tahu apa yang sedang berkecamuk di pikirannya. Tatapannya tertuju pada Yuki, seorang gadis yang tampak lemah dan rapuh, yang bahkan tidak memiliki kemampuan bertarung seperti para ksatria lainnya.
Namun, di balik penampilan lembutnya, Kakek Veyron bisa melihat takdir besar yang Yuki bawa. Dia bukan hanya seorang gadis biasa—dia mungkin adalah kunci bagi kebebasan Rasyamsah. Gadis inilah, menurut firasatnya, yang akan mematahkan kutukan dan menyelamatkan rakyat dari penguasa yang zalim. Meski tampak tak berdaya, Yuki membawa harapan bagi sebuah kerajaan yang diliputi kegelapan.
Kakek Veyron menepuk bahu Raja Jafar dengan senyum penuh arti, suaranya dipenuhi keyakinan saat berkata, “Sera pandai melihat potensi wanita yang bisa melahirkan penerus terbaik.”
Tatapannya kembali beralih sejenak pada Yuki sebelum dia berbalik, tawa puasnya terdengar lagi, bergema di sepanjang lorong saat dia berlalu begitu saja, meninggalkan taman dengan penuh keyakinan bahwa sesuatu yang besar sedang menanti Yuki dan kerajaan mereka.
...****************...
Setelah mengucapkan sumpah ksatria yang mengejutkan semua orang, Pangeran Sera dengan tenang dan tegas menggendong Yuki dalam pelukannya. Wajahnya tetap tenang, tapi penuh ketegasan, sementara Yuki tampak lemah di pelukannya, diselimuti mantel tebal yang melindunginya dari dingin.
Sera menundukkan kepalanya memberi hormat kepada Raja Jafar, tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Raja hanya bisa menatap dalam diam, wajahnya sedikit tegang tapi tidak ada yang bisa dilakukan dalam situasi itu. Semua orang di sekitar kolam—termasuk para pejabat kerajaan, Paman Gregor, dan bahkan putri-putri yang baru saja membuat keributan—hanya bisa memandang dengan wajah pucat, tak mampu berkata apa-apa.
Pangeran Sera lalu melangkah keluar, meninggalkan keheningan di belakangnya. Langkahnya mantap, membawa Yuki menjauh dari tatapan dan bisikan orang-orang yang masih tercengang oleh peristiwa yang baru saja terjadi.
Pangeran Sera, dengan wajah serius dan penuh perhatian, membawa Yuki langsung ke kamar mandi yang telah disiapkan para pelayan. Kolam air hangat yang mengepul sudah siap, aroma herbal lembut menyebar di udara. Para pelayan yang menunggu dengan sigap langsung bersiap membantu, namun Pangeran Sera segera memerintahkan mereka dengan tegas.
“Semua keluar. Aku akan mengurus istriku sendiri.”
Para pelayan menunduk, segera meninggalkan ruangan tanpa banyak bicara, meski tatapan mereka sedikit terkejut. Sementara itu, Yuki, yang masih diselimuti kehangatan mantel tebal, menatap Pangeran Sera dengan kaget. Dia tidak menduga Pangeran Sera akan begitu langsung mengurus semuanya sendiri, apalagi setelah apa yang baru saja terjadi.