"hiks, hiks sakit sekali....
"sakiiiiit....sakiit...
Intan pindah dari kota setelah bercerai dari suami nya, dia meninggali rumah yang dulu milik adik Ibu nya dan rumah itu sudah lama di biarkan kosong sebab Adik nya Ibu Intan menghilang tak ada yang tahu rimba nya.
Namun ketenangan Intan tak bertahan lama, sebab setiap malam ada suara rintihan atau juga menangis di kamar yang paling belakang sekali membuat Intan tak kuat menghadapi nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3. Inah atau bukan
Pak lurah kaget karena liang lahat yang di gali oleh rombongan nya Umar sangat lah jauh dari pemakaman lain, entah kenapa mereka memilih tempat yang sangat terpencil sendirian dari yang lain sehingga lumpur dan air begitu banyak di dalam liang lahat untuk mayat yang malang ini. karena mereka memilih tempat yang paling belakang jadi ya banyak air karena dataran nya yang miring sehingga bagian belakang dekat dengan rawa rawa yang banyak air nya, ini walau pun tidak musim hujan pun pasti bakal keluar air nya sangking rendah nya bagian sini, apa lagi sekarang mereka menggali dengan keadaan hujan yang begitu deras dan di sertai angin ribut.
Mau menggali liang lain nya pun rasa nya tidak mungkin karena sekarang sudah pukul tiga sore karena tadi memang agak lama menunggu hujan yang mau reda, tapi ternyata tidak bisa reda akibat mendung nya tak mau hilang. maka dengan keadaan gerimis lah mereka pun berangkat kekuburan karena hari juga sudah semakin sore, nanti bila di tunda tunda malah yang bagian tanah kuburan pada pulang karena lada dasar nya mereka tidak setuju bila mayat tak di kenal ini di kuburkan di desa ini. namun karena Pak Lurah sudah bersikeras maka mereka pun tidak bisa mau menolak lagi, mana Pak Lurah juga memberikan mereka uang tips sehingga bungkam lah mereka semua walau pekerjaan nya juga tidak beres.
"Kenapa tadi milih bagian belakang sih, Mas Umar?" Bu Lurah membuka suara.
"Dia itu kan sama sekali tidak kita kenal, Bu!" Umar menjawab sengit.
"Walau pun tidak kenal tapi kita ini sama sama manusia, Mas." Ustad Zulkifli membuka suara.
"Sudah terlanjur juga di gali bagian sini, Pak! tidak apa apa lah." Ilyas juga membuka suara karena dia tak mau menggali tempat lain lagi.
"Ini kasihan lah bagian belakang, mana lumpur nya juga dalam." Mbah Ratih iba sekali dengan nasib si mayit.
"Nanti sudah di kubur juga bakal jadi tanah, enggak harus tempat yang bagus juga lah." sanggah Umar yang begitu keras.
Mau tak may maka keranda pun di buka untuk menguburkan mayat kedalam tanah, detik itu juga rombongan penggali makam langsung mendelik kaget dengan kain kafan mayat yang warna nya hitam. sungguh mereka baru kali ini melihat mayat pakai kafan hitam, maka nya semua jadi sangat syok bagi yang tidak tahu saat mengkafani tadi, Umar tadi yang selalu berkata lantang mendadak saja langsung diam karena takut kena imbas pula, sebab mayat satu ini agak lain dengan kafan nya yang beda itu.
"Apa ini, Pak Lurah?" Ilyas menatap tidak percaya.
"Kafan nya habis dan sama sekali tidak ada kain yang bisa di pakai, jadi ini memakai milik Yuni yang masih baru walau itu bukan kafan." jelas Pak Lurah.
Semua nya menelan ludah yang terasa sangat pahit karena mereka sangat kaget bercampur takut dengan mayat wanita yang malang ini, bukan cuma saat hidup saja dia menderita, saat sudah jadi mayat pun harus tersiksa dengan rasa sakit yang luar biasa. baju yang di pakai untuk terakhir kali nya juga sangat beda warna membuat nya terlihat sangat seram, semua nya langsung kerja tanpa banyak tanya lagi.
Mayat di masukan kedalam liang lahat dan segera menutup dengan papan satu persatu dan setelah selesai mereka buru buru naik ketas, lalu di kuburkan lah mayat wanita yang sama sekali tidak mereka kenal ini dan warga dari desa lain juga tak ada yang kehilangan anak atau pun saudara nya.
Ustad Zulkifli segera membaca tahtim untuk mengiringi kepergian mayit yang menuju alam akhirat, setelah itu mereka semua pulang kerumah masing masing dengan perasaan cemas dan gelisah satu sama lain nya. toh mereka pulang tanpa ada bau bau hal yang berbau mayat lagi, sedangkan Bu Lurah pulang dengan keadaan rumah bau hal yang identik dengan mayat.
"Semprotkan pewangi yang banyak, Nah." pinta Bu Lurah.
"Sudah kok, Bu! ini tadi juga saya beri pewangi yang bau mawar." jawab Inah.
"Pokok nya kamu tidak boleh pulang selama tiga hari ini, saya tidak berani sendirian." tegas Bu Lurah.
"Kan ada Bapak sama Den Anto, Bu." Inah agak takut juga mau nginap di sini.
"Bapak sering keluar malam dan Anto juga gitu, saya pasti sendirian." Bu Lurah sudah bisa menduga.
"Kalau saya tidur sini, saya yang takut karena tidak ada kamar untuk saya! masa mau tidur sini, walah mana berani." Inah sudah membayangkan nya.
"Kamu tidur di kamar saya, malam ini Bapak kata nya mau kegiatan desa sampai jam dua belas malam." sahut Bu Lurah.
"Lah terus nanti kalau Bapak sudah pulang, saya gimana?" Inah pusing sendiri dengan majikan nya ini.
"Biar dia tidur di ruang tamu sana, itu sudah jadi resiko nya karena dia yang punya ide atas semua ini." sengit Bu Lurah
Memang benar saja bahwa Pak Lurah pukul tujuh malam sudah berangkat kekantor desa, dan tak lama kemudian Anto juga pergi dengan teman teman nya yang kata nya di pos ronda, hanya mereka berdua di rumah ini dan mereka sama sama penakut.
"Aku tidur duluan ya, Nah." pamit Bu Lurah.
"Iya, saya masih mau baca yasin dulu." sahut Inah pelan.
Bu Lurah begitu tenang karena ada Inah dan wanita itu juga membaca surah yasin sehingga membuat rasa takut nya hilang, dia sudah bertekad akan menyuruh Inah tinggal di sini saja supaya bisa menemani diri nya yang gampang takut.
Inah fokus membaca yasin agar pikiran nya agak tenang karena dari tadi dia terus saja was was, mungkin saja masih terbayang dengan mayat yang tadi di mandikan bersama dan di kafani bersama juga, dia sama sekali tidak melihat Bu Lurah yang bangun dan keluar dari kamar tanpa suara.
"Inah ini baru juga aku tidur sebentar sudah pergi saja dia." rutuk Bu Lurah yang keluar dari kamar.
Di dapur tidak ada sosok Inah sehingga Bu Lurah sudah cemas sekarang, pasti pembantu nya itu lari karena melihat sesuatu yang ganjil, Bu Lurah pergi keruang tamu walau hati nya seakan menolak untuk pergi kesana, namun tetap saja ia paksakan.
"Mukena nya Inah ini kenapa harus hitam to?" rutuk Bu Lurah ketika melihat Inah sembahyang di luar.
Namun aneh nya Inah sama sekali tidak melakukan gerakan rukuk atau pun berdiri, dia hanya duduk dan berulang kali menggelengkan kepala nya seolah sedang berzikir.
mestinya justru sdh dibela sblm intan dijahati
ngeri dan biadab😡