Beautiful Nanny

Beautiful Nanny

Bab 1

Angkasa menggaruk kepala saat baru saja pulang dari kantornya, dia melihat rumah tinggalnya berantakan bak kapal pecah. Berbagai jenis mainan berserakan di lantai, ada juga sebuah sepatu mengapung di akuarium.

Tak hanya itu, ada sepasang kaos kaki super dekil nangkring di atas vas bunga juga seragam sekolah merah putih tersangkut di atas televisi. Semua kekacauan itu disebabkan oleh Nania, bocah tujuh tahun yang nakalnya minta ampun. Jangankan Angkasa Ayahnya, pengasuh dan ART yang bekerja di rumah itu saja bisa ganti tiga kali dalam sebulan.

"Nania, dimana kamu!" panggil Angkasa dengan nada sedikit tinggi. Sosok Nania keluar dari dalam kamarnya sambil membawa sepotong roti isi selai nanas favoritnya.

"Ayah, kenapa pulangnya lama sekali? Nania lapar," ucap Nania manja.

"Lapar? Memang Sus Rini dan Mbok Jum kemana?" tanya Angkasa sambil berkerut dahi.

"Mereka baru saja pergi dari rumah bawa tas ransel, katanya mereka nggak mau balik ke rumah ini lagi," sahut Nania enteng.

Lagi, dua pekerja dirumahnya kabur tanpa pamit. Bahkan, mereka tidak peduli pada gaji bulan ini yang belum dibayarkan oleh Angkasa. Padahal, dua pekerjanya itu baru bekerja selama dua bulan terakhir.

Apa yang harus Angkasa lakukan sekarang? Mencari pekerja baru? Tapi nanti ujungnya sama saja minggat tanpa pamit. Semua gara-gara Nania, bocah tengil yang susah dikendalikan.

Angkasa melepas jasnya, dia menggulung kemeja panjangnya sampai siku. Hari ini dia harus rela menjadi pengganti ART sekaligus pengasuh putrinya, pertama tama duda tampan berumur 33 tahun itu harus membersihkan isi rumah dulu baru pergi ke dapur untuk memasak.

Sebenarnya Angkasa sangat ingin mengomel pada Nania. Tapi saat ini tubuh dan pikirannya sedang lelah, tenaganya juga sudah habis dia pakai untuk bekerja delapan jam selama enam hari. Alhasil, Angkasa hanya bisa diam sambil menahan sesak di dadanya.

Tiga tahun lalu, Angkasa dan istrinya bercerai karena sang istri ketahuan selingkuh dengan pria lain. Hak asuh Nania jatuh pada Angkasa, sejak saat itu Angkasa mengurus putri kecilnya seorang diri. Tumbuh tanpa sentuhan sosok Ibu membuat Nania nakal bukan main, susah diberi nasihat dan keras kepala.

"Ayah, apa sudah siap makan malamnya?"

"Sudah, duduk yang manis dan makan makananmu tanpa banyak bicara. Mengerti?" Angkasa menatap Nania dengan tatapan sedikit mengancam.

"Makanan apa itu? Kenapa bentuknya seperti pakan Ayam? Nania nggak mau memakannya!"

"Itu namanya nasi goreng spesial buatan Ayah. Jangan lihat dari bentuknya, coba saja dulu pasti rasanya enak," bujuk angkasa.

"Enak? Nania nggak yakin deh. Mana ada nasi goreng berwarna hitam legam seperti itu? Nggak ada aroma bumbu, hanya ada bau gosong," Nania mengerucutkan bibirnya.

Nania mencoba makanan buatan Ayahnya satu suap, bukannya ditelan Nania malah langsung mengeluarkannya dari mulut. Dia tidak kuat dengan rasa pahit dan asin dari nasi goreng itu.

"Ayah, Nania nggak mau makan-makanan mematikan ini! Ayo kita pergi ke rumah bibi saja dan numpang makan di sana," rengek Nania.

"Kamu ini bocah nakal! Sama sekali nggak bisa menghargai kerja keras Ayah ya! Cepat makan nasi gorengnya, salah sendiri membuat mbok Jum dan sus Rini kabur dari rumah!" Angkasa mulai marah marah. Dia merasa kesal dan frustasi menghadapi Naina putrinya.

"Kalau begitu Ayah saja yang makan, Nania nggak mau masuk rumah sakit gara-gara makan makanan yang kurang sehat!!" Bentak Nania balik. Dia melipat kedua tangannya ke perut lalu membuang muka ke samping.

***

Mobil Angkasa tiba di depan rumah Rosa, saudari perempuan satu satunya Angkasa. Nania langsung turun dari dalam mobil, membanting pintu mobil dan berlari masuk ke dalam rumah. Nania memang tidak bisa melakukan apapun secara lembut, kebiasaan buruk gadis cilik itu mirip dengan Ibunya.

Selang beberapa menit setelah Nania masuk ke dalam rumah, terdengar suara jeritan histeris dari Rosa. Angkasa langsung buru-buru keluar dari mobil dan menyusul anaknya. Alangkah terkejutnya angkasa saat melihat bayi Rosa yang baru berumur satu bulan sedang di gendong dan di ayun dengan kecepatan penuh oleh Nania.

"Nania, hentikan!" teriak Angkasa keras.

Nania mematung, Rosa langsung merebut bayinya dari tangan Nania. Tubuh Rosa gemetar, dia takut telah terjadi sesuatu pada putra kecilnya walaupun bayi itu tidak menangis.

"Nania, jangan sembarangan gendong Alvaro! Dia anak bayi bukan boneka yang bisa kamu ajak main!" Omel Rosa.

"Maaf Bibi, Nania gemes dengan dedek bayi," Nania sedikit menundukkan wajahnya.

"Lagian Abang bagaimana? Sudah tau anaknya nakal tapi dibiarkan masuk ke dalam rumah tanpa pengawalan!" omel Rosa.

"Maaf, Ros. Abang nggak tahu kalau kejadiannya bakal seperti ini. Abang hanya parkir mobil sebentar tadi, nggak ada tujuh menit kok," Angkasa membela diri.

"Ada apa kalian berdua kesini malam-malam?" Rosa menatap wajah Nania dan Angkasa secara bergantian. Dia curiga sesuatu telah terjadi, karena tak biasanya pasangan anak dan Ayah itu main ke rumahnya.

"Bibi, kami mau numpang makan. Perut kami lapar, makanan yang Ayah buat rasanya nggak enak," sahut Nania.

"Memangnya kemana perginya ART dan pengasuh di rumah kalian?" tanya Rosa lagi.

"Mereka kabur dari rumah. Mungkin mereka lelah mengurus bocah nakal dan hyper aktif seperti Nania," sambung Angkasa.

"Oh... Astaga. Nania, makannya jadi anak jangan bandel-bandel. Sekarang bukan hanya Ayah kamu yang susah, tapi Bibi dan juga pamanmu. Pokoknya aku nggak mau tau, Abang harus segera mencari ART sekaligus pengasuh baru buat Nania. Aku nggak mau terlalu lama dititipi bocah nakal ini," ucap Rosa lantang.

"Iya, besok Abang akan ambil lagi dari yayasan. Kalau perlu bukan cuma dua orang, tapi lima orang sekaligus."

Nania pergi keruang makan, dia makan bersama dengan Angkasa dan Paman joe suami dari Rosa. Tak ada satu patah kata pun keluar dari mulut Nania, dia terlalu asyik menikmati makan malamnya. Atau dia sedang sibuk memikirkan dimana letak kesalahannya? Nania tidak nakal, dia hanya ingin bermain karena dia merasa kesepian.

Ayahnya selalu sibuk mengurus bisnis di kantor, pulang kerja dia langsung tidur tanpa menemui Nania terlebih dahulu. Saat week end pun pria maskulin itu lebih suka pergi keluar rumah untuk bertemu dan mengobrol dengan teman-temannya. Nania juga ingin diperhatikan seperti anak-anak lain. Dimana letak kesalahan Nania? Kenapa Nania selalu dimarahi? Begitu kira-kira isi pikiran Nania saat ini.

"Kakak Ipar," panggil Joe.

"Hem ...." sahut Angkasa singkat.

"Kenapa Kakak nggak nikah lagi saja, mungkin Nania akan berubah jika dia punya Ibu baru," Joe mengusulkan sebuah ide yang menurutnya baik untuk Angkasa dan putrinya.

"Nggak boleh! Pokoknya Ayah nggak boleh nikah lagi titik!!!" Ucap Nania sambil menggebrak meja makan kuat kuat.

...Hallo,...

...Selamat membaca karya terbaru dari Author ecek-ecek ini, semoga suka dengan ceritanya ya. Jangan lupa dukungan untuk karya ini agar Author semangat nulisnya.💋...

Bersambung ....

Terpopuler

Comments

🌹Fina Soe🌹

🌹Fina Soe🌹

mampir kak..ceritanya bagus..baru mulai baca aja sdh seru...seru dengan tingkahnya nania...hehehe..

2024-09-17

0

LISA

LISA

Mampir Kak

2024-08-03

1

Mami Ifa

Mami Ifa

Pertama 🥰🥰

2024-07-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!