"Jika aku harus mati, maka aku akan mati karena Allah dan kembali pada Allah, bukan menjadi budakmu."
"Hati - hati Jingga, Semakin tinggi kemampuanmu, maka semakin Allah akan menguji dirimu. Tetaplah menjadi manusia yang baik, menolong sesamamu dan yang bukan sesamamu."
"Karena semakin tinggi kemampuanmu, semakin pula kamu menjadi incaran oleh mereka yang jahat."
Dalam perjalanan nya membantu sosok - sosok yang tersesat, Rupanya kemampuan Jingga semakin meningkat. Jingga mulai berurusan dengan para calon tumbal yang di tolong nya.
Dampak nya pun tidak main - main, Nyawa Jingga kembali terancam karena banyak sosok kuat yang merasa terusik oleh keberadaan Jingga. Jingga semakin mengasah dirinya, tapi apakah dia bisa kuat dan bisa menolong mereka yang meminta bantuan nya? sementara nyawanya sendiri juga terancam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna Jumillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPS. 17. Pertama kali mendapat kiriman santet.
Ilham pergi meninggalkan Kate dan mendatangi Saif yang menunggu di bagian lain taman itu, lalu mereka pun pergi dari sana.
"Lu tolak, bro?" Tanya Saif.
"Gue nggak nolak, tapi gue ngelarang dia ungkapin perasaan nya ke gue." Sahut Ilham.
"Dih, sadis banget lu jadi cowok." Ujar Saif.
"Dari pada dia banyak berharap terus ntar tambah sakit, mending jujur di awal. Gue di sini buat menuntut ilmu, If. Nggak ada waktu buat ngurus pacar - pacaran, kalo ada jodoh ntar juga ketemu." Ujar Ilham, lalu melangkah meninggalkan Saif.
"Gila ini bocah, Kate yang spek bidadari di tolak." Gumam Saif.
Berpindah ke tanah air..
Esok harinya Jingga, Gani dan Elang tiba di sekolah. Hari ini bumi di guyur hujan dan koridor sekolah itu terasa gelap sebab mendung. Jingga mendengar suara Jonah berteriak tapi dia tidak melihat sosok nya.
"Jingga!!" Jingga langsung celingukan mencari sumber suara Jonah.
'Jonah, dia manggil tapi kemana?' Batin Jingga.
"Kenapa Ngga?" Tanya Elang.
Jingga celingukan mencari Jonah, tapi yang dia lihat sosok - sosok lain, ia tidak melihat Jonah. Jingga pun menggelengkan kepalanya karena tak melihat Jonah di manapun.
"Nggak ada apa - apa, ayo." Ujar Jingga, lalu melanjutkan langkah nya.
'Apa aku salah denger?' Batin Jingga., tapi Jingga merasakan keberadaan Jonah sesaat, hanya sesaat saja setelah itu hilang.
Jingga tidak melihat Jonah sedang di cengkeram oleh sosok merah yang jahat, yang sedang tersenyum jahat karena berhasil menangkap Jonah, Jonah di bungkam dan di tarik hilang ke kegelapan.
"Hhmmpph!!" Jonah berteriak dan mengulurkan tangan nya, tapi tentu tidak ada yang melihat karena dia memang tak terlihat kecuali oleh Jingga dan orang - orang yang memiliki kemapuan seperti Jingga.
Dan setelah jam istirahat tiba, banyak yang datang mencari Jingga, Gani dan Elang untuk berterimakasih sebab mereka sudah menolong murid yang kesurupan massal kemarin.
Terutama pada Jingga, mereka kagum pada Jingga yang bisa mengusir, kini di mata mereka Jingga sangat keren.
"Astagfirullah, capek banget ngadepin orang - orang, gue bukan artis perasaan." Ujar Jingga, dia minum dengan rakus.
"Jingga, ini ujian buat kamu." Ujar Gani.
"Ujian apa ya, Ni?" Ujar Jingga.
"Kamu mendadak terkenal di sekolah, semakin banyak yang tahu kamu istimewa." Sahut Gani.
"Gue mau dong, tanda tangan lu, Ngga." Ujar Elang, Jingga pun langsung manyun dan menyiku Elang. Mereka pun pergi bersama - sama untuk masuk kedalam kelas.
Hujan yang mengguyur tak kunjung reda sejak pagi sampai sore, hanya reda sesaat lalu tak lama kembali hujan lagi. Semua murid sudah mulai pulang tapi Jingga masih berada di perpustakaan, Jingga sedang mencari Jonah sekarang, ia mencari Jonah bukan secara langsung tapi menggunakan batin nya.
Karena Jingga merasa ada yang aneh, ada rasa yang aneh yang mengganggunya dan membuat nya tidak nyaman. Jingga masih tak menemukan keberadaan Jonah, bahkan setelah Jingga panggil berkali - kali pun Jonah tidak juga keluar.
"Mati!" Jingga terkejut karena tiba - tiba ada suara di telinga nya yang mengatakan kata mati padanya.
"Ngga, dateng nggak anak nya?" Tanya Gani, ia menanya kan Jonah, tapi Jingga menggeleng.
Elang melihat ada yang aneh dengan Jingga, karena Jingga terlihat seperti orang yang kebingungan tapi sekaligus siaga, Elang pun menyentuh pundak Jingga dan Jingga menoleh pada Elang.
"Jingga, kenapa?" Tanya Elang.
"Ayo pulang, di sini nggak aman ada yang nggak beres.." Ujar Jingga dan dengan buru - buru menarik tangan Elang dan Gani lalu mereka bertiga keluar dari perpustakaan.
Jingga dan Gani sudah berada di mobil mereka tapi Elang berada di dalam mobilnya sendiri, mereka benar - benar meninggalkan sekolah itu. Selama di dalam mobil Jingga terus menutup matanya dan yang di lihat nya itu dalah sosok yang mengerikan, sangat mengerikan dengan mulut yang terbuka lebar dan dan mata nya yang putih semua seolah sedang berteriak di depan wajah Jingga.
"Siapa kamu?" Gumam Jingga, Gani pun memperhatikan Jingga yang menggumam.
Jingga membuka mata nya dan ia memikirkan sesuatu, tidak pernah dia seperti di hantui oleh sosok - sosok yang mengerikan seperti itu. Aura nya sangat keras dan membuat Jingga tidak nyaman, berbeda dengan sosok - sosok yang sering Jingga temui.
Dulu Jingga di ganggu oleh kuntilanak merah di rumah delima, tapi yang ini lebih keras lagi dan lebih mengerikan lagi sosoknya.
"Semakin tinggi kemampuan kamu, semakin besar juga apa yang akan kamu hadapi." Jingga teringat dengan ucapan Ustad Sholeh padanya.
"Ngga, kamu kenapa si? Dari tadi kamu aneh loh, ada yang kamu rasain?" Tanya Gani dan Jingga mengangguk.
"Minggu depan kita ada libur selama empat hari kan, Ni?" Tanya Jingga dan Gani mengangguk.
"Kita pulang ke kampung ya Ni, aku harus mastiin sesuatu sama ustad Sholeh." Ujar Jingga, Gani semakin yakin ada yang tidak beres.
"Oke. Apa ada yang nggak beres, Ngga?" Tanya Gani.
"Jonah.. aura nya hilang. Aku denger dia teriak manggil nama aku di sekolah, tapi pas aku cari nggak ada. Aku nyari dia lagi bahkan aku panggil - panggil namanya juga nggak dateng, dia.. hilang Ni." Ujar Jingga, Gani pun tertegun.
"Kok bisa?' Tanya Gani tapi Jingga hanya bisa menggelengkan kepalanya saja.
Mereka sampai di rumah dan di rumah sudah ada ayah Ilham yang ternyata pulang lebih cepat karena tidak ada operasi, ayah Ilham tampak sedang memagari rumah dengan air yang sudah di bacakan doa.
"Pa, kenapa?" Tanya Jingga, ayah Ilham tersenyum tapi masih melanjutkan aktifitas nya.
"Magerin rumah, nak." Sahut ayah Ilham.
Jingga pun masuk kedalam rumah, yang aneh nya meski sedang di pagari oleh ayah Ilham tapi masih terasa sesuatu yang entah apa itu.
Malam hari nya, Jingga mencari ayah nya yang ternyata sedang sholat di kamar Ilham. Meski Ilham tidak tinggal di kamar itu lagi, tapi ayah Ilham sering sholat di kamar itu agar tidak kosong dan menjadi rumah bagi yang ghoib. Ayah Ilham pun terkejut melihat Jingga yang duduk di kursi belajar Ilham sambil memandangi foto - foto Ilham bersama dirinya.
"Kenapa, nak?" Tanya ayah Ilham.
"Papa, nanti pas libur aku mau pulang ke kampung. Ada yang harus aku tanya sama ustad Sholeh." Ujar Jingga, ayah Ilham pun terkejut.
"Perihal??" Tanya ayah Ilham.
Jingga pun menceritakan kejadian pertama kali dia melihat perempuan dengan aura yang jahat itu li lobby sekolah, lalu kesurupan massal di sekolah nya, mimpi aneh nya yang datang kembali ke rumah mendiang Raka, hilang nya teman ghoib nya, Jonah. Dan juga wajah sosok mengerikan dengan mulut yang sangat lebar dan bergigi runcing yang terus muncul di benak nya saat ia memejamkan mata.
"Ada suara yang mengatakan kata mati yang terus terngiang di kupingku, pa. Aku nggak pernah ketemu sama energi sekeras dan sejahat itu sebelum nya, tapi ustad Sholeh bilang semakin tinggi kemampuanku semakin banyak juga yang akan aku alami, tapi ini aneh.." Ujar Jingga.
Ayah Ilham mengangguk - anggukkan kepalanya, terjawab sudah ke gelisahan nya beberapa hari ini. Ternyata bukan Jingga saja yang merasakan gelisah dan terganggu, ternyata ayah Ilham juga sama. Hanya saja ayah Ilham tidak menyangka bahwa Jingga adalah target nya.
"Jingga, perkuat diri kamu, sholat kamu, ngaji, berdoa dan meminta perlindungan sama Allah. Karena ada yang mengirim santet atau teluh buat kamu." Ujar ayah Ilham, Jingga pun tertegun mendengar nya.
"Santet!?" Gumam Jingga terkejut.
BERSAMBUNG.
Terima kasih Kak atas karyanya yg seru ini. Ditunggu karya selanjutnya 🙏😍🥰 Semangat kak 💪💪💪
terima kasih othor udah mau menemani hari2 emak gabut🤭
tetap semangat untuk selalu berkarya💪
mudah2 ada cerita tentang adam😉
di tunggu kelanjutannya