NovelToon NovelToon
9 MONTHS (Perjanjian Pernikahan)

9 MONTHS (Perjanjian Pernikahan)

Status: tamat
Genre:Tamat / Poligami / Hamil di luar nikah / Menikah Karena Anak / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:6.5M
Nilai: 4.8
Nama Author: Yutantia 10

Nuri terpaksa menerima perjanjian pernikahan 9 bulan yang ditawarkan Sabda, kerena Dennis, pria yang menghamilinya meninggal dunia. Sabda adalah kakak Dennis dan sudah memiliki istri. 9 bulan itu menjadi masa yang sulit bagi Nuri karena dia selalu mendapatkan intimidasi dari mertuanya dan istri pertama Sabda.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 14

Sesampainya Sabda dan Nuri dirumah, mereka langsung mendapat tatapan tajam dari Yulia dan Fasya. Yulia, wanita itu bahkan sampai mengepalkan telapak tangannya saking geramnya. Hampir jam 11 malam, Nuri dan Sabda baru sampai dirumah.

"Apa poli kandungan masih buka hingga jam segini?" sindir Fasya sambil tersenyum getir.

Sabda yang merasa bersalah, langsung mendekati Fasya dan menggenggam tangannya. "Maaf, tadi kami mampir sebentar untuk makan."

Fasya langsung menatap Nuri tajam. Hatinya sakit mendengar keduanya baru saja makan malam bersama. Ingin sekali dia memaki Nuri, tapi didepan Sabda, dia harus bisa menjaga sikap.

"Kamu sudah keterlaluan kali ini Sabda," ujar Yulia. "Kau tahu, berjam jam Fasya menunggumu. Tapi bisa bisanya kamu malah mampir makan dengannya," lanjutnya sambil menunjuk dagu kearag Nuri.

"Kata dokter, Nuri kekurangan gizi Bu. Makanya Sabda mengajaknya untuk makan. Selain itu, jalanan juga macet, menunggu sampai tiba dirumah terlalu lama. Tak mau membuatnya dan janin dalam kandungannya kelaparan, jadi aku mengajaknya mampir makan," terang Sabda.

"Tak mau membuatnya kelaparan, tapi kamu membuat Fasya kelaparan. Dia belum makan malam hingga sekarang."

Sabda kaget mendengarnya. Rasa bersalahnya jadi berlipat ganda. "Maafkan aku sayang. Ayo aku temani makan."

"Tak perlu." Fasya Dia menarik tangannya dari genggaman Sabda lalu pergi begitu saja menuju kamar. Tak menggubris sama sekali meski Sabda berulang kali memanggilnya.

"Kau kembalilah ke kamar. Segera tidur, jangan begadang." Setelah mengatakan itu pada Nuri, Sabda langsung mengejar Fasya kekamar.

Sesuai perintah Sabda, Nuri langsung menuju kamarnya. Tapi saat hendak membuka pintu, tanganya ditarik oleh Yulia.

"Puas kamu sudah berhasil membuat kekacauan dirumah ini? Kalau sampai Sabda dan Fasya bertengkar, itu semua karenamu." Yulia menatap Nuri nyalang.

"Permisi Bu, aku mau tidur," Nuri kembali membuka pintu. Tapi lagi-lagi, tangannya ditahan oleh Yulia.

"Aku belum selesai bicara," bentak Yulia.

Nuri menghela nafas berat. Saat ini, badannya terasa sangat lelah, rasanya sudah tak ada tenaga untuk berdebat.

"Selama aku masih ada, jangan harap kamu bisa mendekati Sabda. Sampai kapanpun, aku tak_"

"Permisi." Nuri menarik gagang pintu saat Yulia masih fokus menceramahinya. Sebelum Yulia berhasil menahan pintu, segera dia tutup dan kunci dari dalam.

"Heh, dasar wanita kurang ajar. Berani beraninya kamu mengabaikanku saat aku masih bicara." Yulia berteriak sambil menggedor pintu kamar Nuri.

Didalam kamar, Nuri menutup telinganya dengan kedua telapak tangan. Dia tak mau stres gara-gara omongan Yulia yang nyelekit. Menghindari wanita itu, adalah pilihan yang tepat untuk menjaga kewarasan.

"Kurang ajar sekali dia. Sekarang bahkan sudah berani melawanku. Awas saja, aku akan segera membuatmu keluar dari rumah ini," guman Yulia pelan.

.

.

Sementara dikamarnya, Fasya menangis sambil duduk ditepi ranjang. Sabda yang baru masuk, duduk disebelahnya lalu memeluknya. Fasya yang masih marah berusaha berontak. Tapi Sabda tak mau melepaskannya, dia malah makin mempererat pelukan. Hingga akhirnya Fasya pasrah dalam pelukannya.

"Maaf, maafkan aku." Sabda mengecup puncak kepala Fasya berkali kali. "Maafkan aku karena telah membuatmu menunggu lama hingga melewatkan waktu makan malam. Sebenarnya aku juga tak mau pergi berdua dengannya. Tadi aku ingin mengajakmu ikut, tapi ponsel kamu malah tak bisa dihubungi."

Fasya seketika gelisah, seharian tadi, dia bersama Ringgo karena tak tahu jika Sabda pulang hari ini. Dia berharap Sabda tak menanyakan kemana dia seharian ini.

"Aku janji tak akan melakukannya lagi. Aku tak akan pergi berduaan dengannya. Aku akan selalu mengajakmu ikut serta." Sabda melepaskan pelukannya. Menyeka air mata yang membasahi pipi Nuri. "Oh iya, kamana kamu seharian ini, kenapa aku telepon berkali kali tapi tak diangkat?"

Fasya langsung gugup mendapat pertanyaan seperti itu.

"Ada apa?" Sabda bisa membaca kegugupan diwajah Fasya.

"A, aku....aku kerumah tente Jihan."

"Tente Jihan?" Sabda mengerutkan kening. "Tumben?" Seingat dia, hubungan Fasya dan tantenya itu kurang baik, rasanya aneh jika Fasya tiba-tiba mengunjunginya.

"Hanya ingin mengabarkan padanya jika...rumah mama kerampokan."

Sabda kaget mendengarnya. "Bagaimana bisa. Bukankah dirumahmu ada penjaganya? Selain itu, juga ada banyak cctv. Aku rasa tak akan mudah merampok rumahmu."

"Orang kepercayaan papa sendiri yang melakukannya. Dia sangat cerdik hingga bisa mengelabuhi semua orang dan menggondol uang papa dibrankas."

"Jadi papamu tahu siapa pelakunya?" Fasya mengangguk.

"Kalau seperti itu, makin mudah lagi menangkapnya. Apalagi papamu dekat dengan pejabat dan orang penting disana. Aku rasa tak ada yang perlu dikhawatirkan, dia akan segera tertangkap."

"Tapi...papaku butuh uang saat ini. Orang itu juga mengambil uang perusahaan. Dan bulan ini, papa bingung mencari uang untuk menggaji karyawan."

Sabda menggenggam tangan Fasya untuk membuatnya berhenti khawatir. "Kita ke Singapura besok, kita temui papa dan menyakan langsung kronologinya."

Fasya menelan ludah susah payah. Sabda terlalu pintar untuk dia kelabuhi. Ke Singapura bertemu papanya, mana mungkin bisa, papanya ada dipenjara saat ini. Dan untuk papanya yang dekat dengan pejabat disana, itu hanya kebohongan yang dibuat oleh Fasya dan keluarganya.

"Aku tak keberatan membantu papa. Karena papamu papaku juga. Kita ke Singapura besok."

Fasya menggeleng cepat. "Pa, papa sedang ada di US sekarang. Dia ada urusan disana."

"Disaat ada masalah besar seperti ini, kenapa dia malah kesana?"

"Emmm...di, dia sedang menemui temannya untuk minta bantuan."

"Kenapa tak minta bantuanku saja?"

Fasya menghela nafas. Kenapa urusannya jadi panjang seperti ini. Dia jadi pusing untuk memikirkan kebohongan-kebohongan selanjutnya.

"Papa sungkan padamu."

"Astaga, kenapa harus sungkan. Aku akan menelepon papa besok, aku akan bicarakan semua dengannya."

"Tidak perlu," sahut Fasya cepat. "Lebih baik aku tanyakan dulu padanya apa dia masih butuh bantuan atau tidak. Aku rasa dia sudah dapat bantuan dari temannya, jadi kamu tak perlu repot.'

"Ta_"

"Sudahlah," Fasya meletakkan telunjuknya didepan bibir Sabda. Dia tak mau membahas ini lagi. Bisa bisa, dia malah ketahuan. "Aku merindukanmu Mas." Fasya merapa raba dada Sabda dan menciumi lehernya untuk membangkitkan gairah suaminya. Membuatnya lupa tentang bahasan tadi.

"Aku juga sangat merindukanmu." Tiga hari tak bertemu, Sabda juga sangat merindukan Fasya. Tak mau menunggu lama, dia langsung mencium bibir Fasya dengan ganas. Hanya memberinya jeda sesaat untuk mengambil nafas lalu kembali memagut bibirnya.

.

.

Nuri, wanita itu berbaring diatas ranjang sambil menatap langit langit kamar. Dia menyentuh bibirnya sambil tersenyum, teringat kembali ciuman Sabda tadi.

Tidak, tidak, kamu tak boleh baper Nuri. Dia melakukan itu hanya karena terbawa suasana. Lagi pula, dia milik Kak Fasya, ingat itu.

1
Sofie N Z
berharap apa sh nuri
tapi lebih tegang sh ke selanjutnya
Meyma Chamie
/Good/
Nenti iis Fatimah
Mereka disekolahin itu biar pinter eeh malah tambah gak punya otak udah tau masih kuliah kenapa malah nganu hadeuuuh baru bab 1 udah emosi aja tp penasaran juga sama bab selanjutnya
Nuraeny
lanjut thor
isnaeni yatus s
aq malah udah baca dulu yg jadi mata untuk suami ku harusnya yg ini dulu ya thor
Sandisalbiah
kisah mereka begitu menguras emosi.. feel nya dapet banget dlm setiap. bab.. jd emosi naik turun...
Sandisalbiah
LUAR BIASA
Sandisalbiah
gombal mukiyo mu, Sab...
Sandisalbiah
mikir dong Sab.. gimana Ringgo bisa tau kronologis keguguran Fasya kalau gak mulut Fasya yg ember beberkan ke Ringgo
Sandisalbiah
hah.. perempuan dgn muka tembok.. tp jelas aja Fasya berusaha mempertahankan Sabda.. ke dia adalah sumber uang utk Fasya.. benalu tetaplah benalu.. menggerogoti sampai inangnya binasa kalau dia gak segera di binasakan duluan..
Sandisalbiah
ini baru bener tp.. harus berjalan malah Fasya dan selingkuhannya dulu
Sandisalbiah
hah...
Sandisalbiah
fix.. itu ulah Ringgo.. dan Fasya yg jd biang keladinya yg membuat selingkuhannya dendam ke yulia
Sandisalbiah
Siapa.. yg kecelakaan..Yulia kah..? Nuri kah..? semoga fasya
Sandisalbiah
Lha...
Sandisalbiah
hah... akan aneh kalau seorang yg berhati jahat itu tdk akan melibatkan org lain dan menjadikan org sebagai kambing hitam utk perbuatan jahatnya, terlepas tentang Yulia itu benar adanya tp org yg berhati busuk tdk akan mau membusuk dan celaka sendiri pastinya dia akan membawa korban bila harus jatuh bersamanya..
Sandisalbiah
mungkin ini awal yg baik utk nasa depanmu, Nuri.. setidaknya kamu bisa mwrawat ank mu sendiri mengingat Sabda yg akan mencerikan fasya..
Sandisalbiah
pasangan yg baik itu ya begini.. ada utk mendengarkan keluh kesah.. menyediakan bahu buat bersandar di saat pasangan lagi lelah jiwa raganya.. memberikan nasihat bijak buat menenangkan kegundaanya..
Sandisalbiah
krn perlakuan zolim Sabda ke Nuri mungkin yg menimpanya saat ini merupakan hukuman buat dia krn udah berlaku gak adil pd salah satu istrinya
Sandisalbiah
kenapa akunya gak begitu simpati dgn yg menimpa Sabda ya... itu krn Sabda sendiri pun gak punya rasa simpati dgn penderitaan Nuri dulu...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!