Novel ini adalah sekuel dari Novel pertama ku yang berjudul Suami Penyembuh Luka.
Dimas yang akhirnya merelakan wanita yang sangat di cintainya menerima tawaran Ibunya untuk menikah lagi dengan wanita yang sudah di pilihkan untuknya.
Adalah Kasih Permata, seorang gadis yang ceria yang sedikit centil. Kasih yang awalnya menolak pun akhirnya menerima tawaran untuk menikah dengan laki-laki yang sejak awal sudah menyatakan tidak akan pernah memberikan dirinya pada Kasih.
Mampukah Kasih membalut luka yang masih basah di hati Dimas. bagaimana Kasih melindungi keluarga kecilnya saat keluarga mantan Istri Dimas ingin membalas dendam pada Dimas.
Bagaimana juga jika mantan istri Dimas kembali datang dan mengusik rumah tangganya?
Apakah ketulusan Kasih bisa menggerakkan hati Dimas dan membuka hatinya menerima kehadiran Kasih...?
Happy reading ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunis WM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Hari pernikahan berlangsung cukup meriah, tamu dari kedua belah pihak memenuhi ballroom hotel. Kasih nampak sangat cantik dengan gaun impiannya sementara Dimas juga sangat tampan dengan tuxedo hitamnya.
Aurel tidak ingin menghadiri pesta itu, dia memilih dirumah saja menunggu. Dimas dan Muli juga tidak mau memaksanya, mereka mengerti Aurel mungkin butuh waktu menerima istri baru Ayahnya.
Kembali ke pesta. Di salah satu meja yang jauh dari pelaminan, ada sepasang suami istri yang menatap penuh kebencian pada mempelai yang nampak sedang berbahagia di pelaminan. Tangan mereka terkepal erat melihat betapa meriahnya pesta. Mereka juga mencari-cari seseorang ke sana kemari tapi tidak menemukannya.
“Ayo pergi,” ujar seorang laki-laki paruh baya pada istrinya. Mereka berdua kemudian meninggalkan pesta tanpa menyapa sang pengantin.
Pesta akhirnya selesai, Kasih memeluk erat orang tuanya sebelum mengikuti Dimas ke kamar hotel yang sudah di persiapkan.
“Kamu harus jadi istri yang baik, percayalah kalau kamu bisa meluluhkan hatinya,”
“Kasih tidak terlalu yakin,” ujar Kasih pada Ibunya. Saat menoleh melihat Dimas sudah menunggunya, Kasih langsung berlari kecil mendekatinya. Melihat wanita yang baru saja sah menjadi istrinya itu berjalan ke arahnya, Dimas lalu melanjutkan langkahnya.
“Waaah…” kamar pengantin sudah di hiasi sedemikian rupa oleh panitia pernikahan.
“Kak Dimas, tolong foto aku dong,” uajr Kasih menyerahkan ponselnya pada Dimas. Kasih tentu ingin mengabadikan momen ini di media sosialnya.
Tapi sangat jauh dari harapannya, Dimas hanya meliriknya dan tidak memperdulikannya. Kasih hanya bisa mendengus kesal dengan tingkah suaminya. Terpaksa Kasih mengambil foto selfie dirinya sendiri sementara Dimas duduk di sofa dan menyibukkan diri dengan ponselnya.
Malam pertama berlalu begitu saja, Kasih sudah terbaring di atas tempat tidur sementara Dimas pergi meninggalkannya entah kemana. Suasana kamar yang begitu romantis hanya sia-sia saja, tidak ada malam pertama yang romantis bagi pasangan pengantin baru.
Kasih terbangun tengah malam, dia mencari-cari dimana suaminya. Saat menyadari di dalam kamar itu hanya ada dirinya, Kasih hanya bisa menarik nafas lalu melanjutkan tidurnya.
Pagi harinya saat Kasih membuka mata, dia masih mencari-cari dimana suaminya berada. Kasih tidak menemukannya, bahkan jejaknya pun sudah tidak ada lagi di kamar itu.
“Apa semalam dia tidak kembali?” gumam Kasih. “Keterlaluan. Tega-teganya dia meninggalkan istrinya di malam pertama.” Kasih geleng-geleng kepala merasa kesal luar biasa dengan tingkah suaminya.
Kasih lalu membersihkan dirinya lalu merapikan barang-barangnya dan bersiap meninggalkan kamar hotel. Saat Kasih membuka pintu, di depan kamar hotel ternyata sudah ada seseorang yang menunggunya.
“Ibuk Kasih?” seorang wanita dengan penampilan rapi menyapanya dengan sopan.
“Anda siapa?” Kasih tidak kalah sopannya.
“Saya Vera, Pak Dimas meminta saya menjemput anda.”
Ternyata gunung es itu masih punya sedikit hati, aku kira aku akan pulang sendiri ke rumah.
Vera mengambil koper Kasih dan mempermasalahkannya jalan lebih dulu.
“Kak Dimas dimana?” tanya Kasih kepada Vera.
“Pak Dimas sedang ada rapat pagi ini, itu sebabnya beliau meminta saya menjemput anda.” Kasih hanya mengangguk.
Memangnya apa yang kau harap Kasih, ingat dia sudah memperingatkan mu untuk tidak mengharapkan apapun darinya. Kasih masih bermonolog dangan dirinya sendiri. Tapi ini keterlaluan, masak di hari pertama dia malah suruh orang lain yang jemput aku.
"Kita mau kemana?" Tanya Kasih yang melihat jalan yang dia lewati bukan jalan menuju rumahnya.
"Ke rumah Pak Dimas, Buk. Anda kan sudah menjadi istri Pak Dimas, jadi mulai sekarang anda akan tinggal bersama Pak Dimas."
Kasih baru sadar kalau dia sudah tidak bisa lagi pulang ke rumahnya karena sekarang dia sudah menjadi istri seseorang.
Mobil yang mereka tumpangi sudah sampai di sebuah rumah besar yang mewah nan elegan. Kasih dan Raya sering lewat di depan rumah ini dan selalu mengaguminya. Tidak di sangka, Kasih akan menjadi penghuni rumah itu.
Jadi ini rumah Dimas, ini kan rumah impian aku dan Raya. Kalau Raya tahu aku tinggal di sini dia pasti akan sangat iri padaku.
"Kasih," Muli yang sudah menunggu Kasih sejak tadi langsung menjemputnya keluar dari mobil.
"Sekalian bawa masuk kopernya," pinta Muli pada Vera. Wanita itu menunduk sopan pada Muli dan membawa masuk barang-barang Kasih.
"Kasih, maafkan Dimas yah. Pagi ini dia ada rapat jadi terpaksa meninggalkan kamu. Katanya tidak tega membangunkan kamu," Muli merasa tidak enak pada Kasih karena pagi-pagi sekali Dimas sudah pulang seorang diri tanpa mengajak istrinya ke rumah. Padahal sebagai suami, Dimas harusnya membawa Kasih pulang ke rumah nya untuk pertama kali.
Tidak tega apanya, aku tahu kalau dia sudah pergi sejak semalam.
"Iya, Kasih mengerti kok," Muli tersenyum lega mendengarnya.
"Ayo masuk. Sekarang rumah ini juga rumah kamu."
Kasih benar-benar terperangah melihat isi di dalam rumah itu. Tidak jauh beda dari luarnya yang nampak begitu elegan.
Beberapa pelayan menyambutnya dengan sopan, Muli lalu memperkenalkan kepada semua pelayan bahwa Kasih adalah istri sang Tuan rumah jadi mereka semua harus memperlakukan Kasih seperti mereka memperlakukan Dimas.
"Selamat datang, Buk. Apa anda butuh sesuatu?" Tanya seorang pelayan yang terlihat sudah berumur
"Ini Bik Nurmi, kamu bisa panggil dia Bik Nur. Kalau kamu butuh sesuatu kamu bisa bilang sama Bik Nur," Bik Nur yang di perkenalkan menunduk dengan sopan pada Kasih. Kasih juga membalasnya dengan menunduk tidak kalah sopannya.
"Ayo kita ke atas," Muli membawa Kasih ke lantai dua di mana kamar Dimas berada. Di tangga, Vera menunduk sopan pada Muli dan Kasih saat berpapasan dengan mereka.
"Apa ada yang lain yang anda butuhkan?" Tanya Vera.
"Tidak ada, terimakasih." Vera kembali menunduK lalu pamit kembali ke perusahaan setelah tugasnya mengantar Kasih pulang ke rumah selesai dengan baik.
Kasih sudah sampai di depan sebuah pintu kayu yang paling besar di antara beberapa pintu yang ada di lantai dua. Bik Nur membuka pintu lalu Muli masuk lebih dulu.
"Ayo, sekarang ini jadi kamar kamu," dengan ragu Kasih melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar. Bau maskulin sudah menyeruak saat dia sudah berada di dalam kamar, sebuah tempat tidur besar berada di tengah. Sementara masih ada dua pintu lagi di dalam kamar itu.
Muli membuka pintu yang pertama, itu ada ruang ganti yang di dalam juga ada kamar mandi.
Kasih melihat pakaian yang berjejer rapi. Semua masih nampak baru karena Herlan baru menyiapkan semuanya sejak tahu Dimas akan menetap untuk waktu yang cukup lama di negeri ini.
"Bik Nur akan membantu kamu merapikan pakaian kamu di sini," ujar Muli. Kasih menelan saliva nya, sepertinya pakaiannya yang hanya pakaian murah tidak pantas bersanding dengan pakaian Dimas di lemari mewah itu.
"Ini kamar mandi," Muli membuka pintu yang ada di dalam ruang ganti. Kasih kembali di buat takjub dengan kamar mandi besar yang mungkin separuh dari kamarnya. Ada bathub yang bisa masuk dua orang sekaligus di dalamnya.
"Kamu suka? Kalau ada yang mau kamu ubah, ubah saja. Kamar ini kan juga sudah jadi kamar kamu." Kasih tersenyum canggung. Muli bicara seolah Dimas juga senang dengan keberadaan Kasih di kamarnya. Padahal Muli tahu dengan jelas kalau di dalam hati Dimas hanya ada satu wanita yang akan selalu di cintainya.