Bodohnya Aku Yang Percaya Akan Cinta

Di ruangan kerjanya, Kinara termenung memikirkan segala pembicaraannya dengan Rian seorang pengacara yang ia datangi tadi pagi. Niat hati ingin meringankan masalah, tapi mengapa rasanya malah semakin membuat sakit kepala.

Kinara menghela nafasnya berkali kali, bingung harus mengambil langkah apa? jika ia mengangkat kasus perselingkuhan, bukankah Kinara akan nampak sangat jahat?

"Kenapa sangat sulit pilihannya? aku harus apa jika sudah begini, benar benar menyebalkan." ucap Kinara pada diri sendiri.

Ketika Kinara sedang gundah gulana memikirkan jalan apa yang harus ia ambil, deringan ponsel miliknya membuyarkan segala pikirannya. Mendengar ponselnya berdering Kinara kemudian lantas mengambil ponselnya dan menggeser ikon berwarna hijau di ponselnya.

"Halo" ucap suara yang terdengar diseberang sana.

"Iya ada apa?" jawab Kinara.

"Apakah semua desain mu sudah siap? jika sudah selesai kamu bisa mengantarnya ke kantor sekarang, ada beberapa hal yang harus kita bicarakan." ucap Damar langsung pada intinya.

"Tentu saja pak, saya akan langsung meluncur ke sana." ucap Kinara kemudian setelah itu panggilan terputus.

**********

Sementara itu di gedung pengadilan tinggi Jakarta. Kafeel dan juga Nabila berjalan keluar dari gedung, hari ini keduanya telah resmi bercerai, setelah sebelumnya telah dilakukan beberapa kali mediasi dan Kafeel tetap kekeh memutuskan untuk bercerai. Ketukan palu hakim terdengar jelas menandakan telah berakhir sudah hubungan keduanya.

Ada secercah perasaan tak rela yang tiba tiba timbul dalam diri Kafeel kala menerima putusan hakim, terlalu banyak kenangan indah yang ia lalui bersama Nabila walau itu hanya berjalan satu tahun pernikahan mereka, tapi bagi Kafeel itu sangat berarti dan tidak akan bisa hilang begitu saja.

Kafeel menghela nafasnya panjang, kini semua sudah berakhir, perjalanan cinta yang ia bangun sudah kandas karena orang ketiga. Kafeel tidak menyangka bahwa ia akan menyandang status duda sekarang. Bukankah itu sangat lucu? seulas senyum terbit di wajah Kafeel, pada akhirnya semua perasaan yang tertahan kini sudah terangkat dan kembali ke tempat semula.

"Kaf..." panggil Nabila ragu ragu.

Mendengar panggilan dari Nabila membuat Kafeel lantas menoleh dan menatap ke arah Nabila berada.

"Ada apa?" tanya Kafeel.

Tepat setelah Kafeel mengatakan hal itu tanpa di duga Nabila langsung memeluk tubuh Kafeel dalam dalam, membuat Kafeel yang mendapat serangan mendadak langsung diam membeku seketika. Ini adalah pelukan yang di lakukan Nabila setelah sekian lama mereka tidak bertegur sapa karena seringnya pertengkaran yang terjadi antara keduanya.

"Biarkan aku memeluk mu beberapa menit saja Kaf, biarkan aku merekamnya dan menjadikan ini sebagai hadiah perpisahan darimu yang terindah." ucap Nabila dengan nada yang menahan tangisnya.

Mendengar hal itu dielusnya perlahan rambut Nabila, lalu menepuk pelan pundaknya seakan memberikan waktu pada Nabila untuk memenuhi permintaanya.

"Selamat tinggal Nabila, aku harap kamu bisa belajar dari kesalahan yang kamu buat pada ku." ucap Kafeel lirih.

Pelukan mereka kemudian terlepas setelah beberapa menit saling berpelukan. Kafeel kemudian lantas memakai kaca mata hitamnya kemudian melenggang pergi menuju ke arah mobil miliknya. Nabila menatap kepergian Kafeel dengan perasaan gundah yang teramat, bagaimana tidak? hari ini ia telah kehilangan sosok suami yang selama ini menemaninya dan tentu saja pemasok uang terbesarnya.

Nabila berdecak kesal setelah mobil Kafeel melesat dari sana meninggalkan Nabila yang masih termenung di tempatnya.

"Harusnya aku melahirkan seorang anak agar bisa menjerat Kafeel, jika itu tidak bisa setidaknya aku bisa menggunakannya untuk meminta harta gono gini. Tapi sekarang semuanya seakan hancur sudah." ucap Nabila dengan kesal kemudian melangkah memasuki mobilnya dan pergi dari sana.

**********

Sementara itu mobil yang ditumpangi Kinara sampai di basement perusahan Damar. Dengan langkah cepat Kinara kemudian lantas melangkahkan kakinya memasuki perusahaan dan langsung menuju ke ruangan CEO.

"Tunggu sebentar!" teriak Kinara kala melihat pintu lift hendak tertutup.

Melihat pintu lift akan tertutup Kinara lantas berlarian menuju ke arah lift, beruntung ada seseorang yang berbaik hati menahan pintu lift hingga Kinara bisa masuk ke dalam.

"Makasih ya mas, masnya mau ke lantai mana? biar saya tekan tombolnya sekalian." ucap Kinara sambil menekan tombol paling atas di mana tempat ruangan CEO berada.

"Tidak perlu tujuan kita sama." ucap seseorang di belakang Kinara.

Kinara yang mendengar suara itu lantas langsung terdiam berpikir, sepertinya Kinara kenal dengan suara orang ini. Karena rasa penasaran yang tinggi, pada akhirnya Kinara menoleh ke arah belakang, benar saja di sana Kinara melihat Kafeel sedang tersenyum garing ke arahnya.

"Pantes aku kayak kenal." ucap Kinara dalam hati.

"Hai" sapa Kafeel yang hanya di balas Kinara dengan senyum kecut kemudian kembali menghadap ke depan. "Memang kalau sudah jodoh gak akan kemana." batin Kafeel dalam hati dengan senyum mengembang di wajah karena bertemu Kinara tanpa sengaja di sini.

Ting

Pintu lift perlahan terbuka, dengan langkah bergegas Kinara lantas melangkahkan kakinya dengan cepat menuju ruangan Damar. Hanya saja selama perjalanan Kinara menuju ruangan Damar, terlihat beberapa kali Kinara nampak menoleh ke arah belakang karena merasa seakan Kafeel sedang mengikutinya sedari tadi.

Mengetahui hal itu tentu saja membuat Kinara semakin mempercepat langkah kakinya, sedangkan Kafeel malah dengan usil mengikuti langkah kaki Kinara dengan cepat pula.

"Ngapain sih dia?" batin Kinara dalam hati bertanya tanya kala melihat Kafeel terus membuntuti dirinya sedari tadi.

Merasa ini sudah tidak benar, Kinara lantas menghentikan langkah kakinya kemudian berbalik badan, sedangkan Kafeel yang sedari tadi berjalan di belakang Kinara, lantas ikut menghentikan langkah kakinya tepat setelah Kinara berhenti.

"Kenapa kamu mengikuti ku?" tanya Kinara to the point.

Mendengar ucapan Kinara, hati Kafeel serasa tergelitik, seakan bersemangat mengerjai wanita dihadapannya ini.

"Aku? enggak tuh." ucap Kafeel dengan wajah cuek bebek menanggapi ucapan Kinara barusan.

"Jangan berkelit lagi deh! gak lucu tahu." ucap Kinara dengan wajah yang sudah kesal.

"Kenapa kamu marah? atau jangan jangan kamu memang minta diikuti ya? hayo ngaku?" ucap Kafeel kemudian membalikkan.

"Sama sekali gak! kalau kamu memang tidak mengikuti ku silahkan jalan lebih dulu kalau begitu." ucap Kinara kemudian sambil sedikit bergeser agar Kafeel bisa melewatinya dan jalan lebih dulu.

"Oke siapa takut!" ucap Kafeel sambil melangkahkan kakinya mendahului Kinara.

Kinara hanya bisa melongo melihat kelakuan pria dihadapannya, setelah Kafeel mengambil beberapa kali langkah barulah Kinara mengikutinya dari belakang, bukan mengikuti sih lebih tepatnya melanjutkan langkahnya kembali menuju ruangan Damar.

Kafeel menghentikan langkahnya tepat di depan pintu ruangan Damar, membuat Kinara yang di belakangnya sedari tadi lantas bertanya tanya, mengapa Kafeel malah berhenti di depan ruangan Damar?

Tanpa basa basi atau bahkan mengetuk pintu Kafeel langsung menyelonong membuka pintu ruangan Damar.

"Wih bro tumben ke sini!? gimana nih rasanya jadi duda baru? apakah kamu akan langsung otw mengejarnya?" ucap Damar dengan nada cukup keras kala melihat kedatangan Kafeel ke perusahaannya.

Sedangkan Kinara yang memang sedari tadi berada di belakang Kafeel, lantas di buat terkejut oleh ucapan Damar barusan.

Bruk

Bersambung