I Love Tentara

"Kenapa gue kaya gini sih apa gue jatuh cinta...." Aku tertawa renyah.

"Apa gue udah gila?" Aku menggeleng dan pergi menuju kasur yang empuk itu. "Semoga gue bisa kembali waras"

Aku memejamkan mataku dan terlelap tidur.

Ke esok hari......

Aku bangun dan langsung mandi, lalu pergi sarapan bersama-sama. Untuk kejadian kemarin Aku sudah Melupakannya.

"Selamat pagi semua" Aku menyapa semua orang yang ada di kantin.

Aku mengambil piring dan mengambil lauk-pauk yang di ambil kan oleh mbok Iyem.

"Halo mbok"sapa ku.

"Halo juga nak cantik" seketika aku tersipu malu dan aku baru menyadari kalo tidak ada Sri.

"Oh iya Sri kemana mbok kok tumben gak mbantuin mbok?" Tanyaku ke mbok Iyem yang sedang fokus menata makan.

"Oh itu biasa orang lagi kasmaran ya udah gak inget apa-apa"

"Emang siapa yang lagi kasmaran?"

"Ya siapa lagi kalo bukan anak gadis embok"

Aku hanya mengangguk dan mengambil tempe di tempat tempe.

"APA" Aku baru inget anak gadis yang di maksud mbok Iyem itu adalah Sri. Sungguh Aku sangat terkejut hingga tempe yang ada di Capitan itu terlempar dan mengenai seseorang.

"Siapa yang melempar Tempe hah" Aku menengok dan melihat orang yang terkena tempe milik ku.

Aku semakin terkejut ketika yang terkena tempe ku adalah komandan. Aku berjalan mendekat untuk meminta maaf tapi langkah ku harus terhenti.

"Siap saya komando" Abi melewati ku dan sekarang dia sudah di hadapan komandan.

Tunggu sejak kapan Abi berada di belakang ku?

"Oh jadi kamu, kamu tau apa kesalahan kamu hah" Mendengar suara komandan itu yang sangat tegas membuat ku sangat takut.

"Siap maaf kan saya karena sudah melampar makanan dan mengenai komandan"

"Baik saya maaf kan tapi lain kali jangan lakukan itu karena makan itu tidak untuk di buang. Bahkan banyak orang di luar sanah tidak bisa makan paham kamu"

"SIAP PAHAM"

"Kalo begitu push up 30X" komandan itu pun duduk dan melihat Abi yang sedang push up.

Aku yang melihat itu merasa bersalah, seharusnya aku yang di hukum kanapa Abi dan kenapa Abi melindungi ku.

Aku pusing memikirkan itu, Aku pun memutuskan untuk mencari meja yang kosong.

Aku duduk di meja yang masih kosong ini dan melihat Abi yang masih push up.

Saat pandangan kami bertemu Aku pun langsung beralih memandang tembok di sebelah ku, keasikan memandang tembok Aku pun tidak menyadari ada seseorang yang duduk di samping ku.

"Kenapa lo liatin tembok mulu?" Aku terlonjak kaget ketika Rio sudah duduk di samping.

Tidak hanya Rio saja tapi ada Kevin, Bayu,dan Agung.

"Em.... gu.. e..... gue...." sial kenapa aku menjadi gugup begini.

"Bilang aja lo itu salting kan" Bayu menaikturunkan alisnya.

"Siapa yang salting" Apalagi ini kenapa Abi kemari.

Abi duduk di depan ku dan menatap ku secara intens, Aku yang di tatap malah salah tingkat sendiri.

"Noh si Kesya" Agung membuat suasana menjadi panas.

"Emang kamu salting sama siapa" Bingung mau jawab apa ketika Abi bertanya.

"Dasar gak peka, ya sama lo lah Abisali" Bayu seperti sangat geregetan dengan tingkat Abi yang seperti cuek.

"Oh.. " Apa hanya jawaban oh saja sungguh sangat menyebalkan.

Kenapa Aku sangat muak saat ini, apa aku benar-benar cinta sama Abi. Aku menggeleng kan kepala ketika pikiran itu kembali teringat.

"lo kenapa, pusing?" Rio menyentuh kepalaku hingga pandangan kami bertemu.

"Enggak kok" Aku melepas tatapan kami dan fokus ke makanan ku.

Tak ku sadari sedari sedari tadi seseorang melihat interaksi antara aku dan Rio.

Setelah berdoa kami mulai makan dan fokus menikmati mkanan tanpa ada seseorang yang bercanda ataupun berbicara. karena itu sudah tata tertip yang harus di laksanakan.

***

Saat ini aku sedang berjalan-jalan sendiri di tepi pantai dengan menikmati angin sore.

"Ternyata enak banget ya ada di sini?" ya aku sudah menyadari kalo lebih enak di pulau ini ketimbang di kota yang banyak orang dan polusi.

Kalo di sini kan masih asri dan gak terlalu banyak orang.

Saat berjalan sepertinya ada seseorang yang mengikuti, aku pun mempercepat langkah kakiku.

Bruk...

Aku jatuh karena tersandung oleh batu yang tidak aku lihat.

"Kamu gak papa kan" Aku melihat Abi yang membantu ku berdiri.

"kenapa lo ke sini?" Aku membersihkan pakaian ku yang kotor karena terkena pasir.

"Kamu itu tanggung jawab saya makanan saya harus ngawasin kamu terus" Aku melotot mendengar penuturan dari Abi.

Apa dia pikir aku ini seorang tahan yang harus selalu di awasi. karena sudah tersulut emosi aku pun pergi meninggalkan Abi.

Merasa Abi masih mengikuti ku aku pun berhenti dan menghadap ke arah Abi yang tepat berada di belakang ku.

Aku yang terkejut hampir saja jatuh, untung Abi memegangi ku.

Mataku bertemu dengan mata elang Abi yang terus saja menyoroti kearah ku.

"Ada hubungan apa kamu sama Rio" Aku melepaskan pegangan Abi di pinggang ku.

"Maksud lo apa hah nanya kaya gitu"

"enggak bermaksud membuat kamu tidak nyaman tapi tadi pagi kalian seperti memiliki hubungan yang sepesial" Aku melongo mendengar Abi yang seakan-akan cemburu terhadap ku dan Rio.

"Iya gue sama Rio ada hubungan sebagai kakak dan adik puas lo" Aku pun langsung berbalik badan dan melangkah pergi.

"Ih kenapa lo ngikutin gue mulu sih, suka lo sama gue heh" Aku terus berjalan ketika Abi masih saja mengikuti ku.

"Kalo iya kenapa" Aku berhenti dan kenapa jantung berdebar tak karuan. Tapi aku menggeleng mungkin Abi ingin menjahili ku.

"Dasar kapten gila" sarkas ku dan langsung berlari di tepi pantai.

"Apa kamu bilang hah" Abi langsung mengejar ku dan malah kita kejar-kejaran.

Kami pulang ke asrama dan aku langsung pergi ke kamar. Tadi Abi ingin mengantar ku ke kamar tapi aku tolak karena mungkin itu tidak baik bagi jantung ku.

Setelah kejadian malam itu aku mencium Abi, setiap di dekat Abi jantung ku selalu berdebar tak karuan.

Saat di lorong aku bertemu deng Sri yang sudah rapi sepertinya dia akan pergi.

"Sri mau kemana kok udah rapi aja" tegur ku saat Sri di depan ku.

"Oh ini kak aku mau ngedet" Sri seperti malu-malu saat bilang kata terakhir yang dia ucapan.

"cie sama siap nih, Agung?" Sri dan Agung itu sangat dekat jadi ku pikir Sri akan pergi bersama Agung.

"Enak aja aku gak mau pergi sama pria jamet itu" Sri tampak ilfil ketika membicarakan Agung.

"Kenapa emang sama Agung, bukannya kalian itu dekat ya"

"Enggak, emang Agung itu selalu deketin Sri tapi Sri gak pernah respon kok dan Agung itu bukan tipe Sri"

"Terus mau jalan sama siap nih?" goda ku

"Em sama pendatang dan kita udah kenal seminggu, dia juga orang nya baik, sopan, dan ganteng lagi" Sri sangat senang ketika membicarakan peria pendatang itu.

"Pendatang?" tanyaku yang masih bingung, bukannya tempat ini sangat sulit di jangkau oleh pendatang.

"Iya kayanya sih dia dari Jakarta dan dia ke sini jualan aksesoris, liat deh kak Sri di kasih gelang bagus kan" aku melihat gelang serut dengan bandul kupu-kupu berwarna biru.

"Iya bagus"

"Yaudah ya kak aku pergi dulu keburu kemaleman" Sri memeluk dan mencium pipi ku lalu dia pergi.

Aku memandang tubuh Sri yang sudah menghilang di balik pintu.

"Aaaaa... " Aku kaget ketika di belokan aku bertemu deng Agung yang sedang merenung.

Apakah dia mendengar semua pembicaraan aku dan Sri.

"Agung kenapa lo di sini terus kenapa lo di bawah kaya orang lagi putus cinta aja haha" Aku bercanda agar suasana tidak terlalu tegang.

"Emang gue lagi putus cinta"

"Hah... "

***

Next chapter.....