NovelToon NovelToon
Only 200 Days Mr.Mafia

Only 200 Days Mr.Mafia

Status: tamat
Genre:Tamat / Mafia / Cinta pada Pandangan Pertama / Keluarga / Romansa / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia
Popularitas:2.4M
Nilai: 4.6
Nama Author: Four

Bagiamana jika kehidupan seorang mafia yang terkenal akan ganas, angkuh atau Monster ternyata memiliki kisah yang sungguh menyedihkan?

Bagaimana seorang wanita yang hanyalah penulis buku anak-anak bisa merubah total kehidupan gelap dari seorang mafia yang mendapat julukan Monster? Bagai kegelapan bertemu dengan cahaya terang, begitulah kisah Maxi Ed Tommaso dan Nadine Chysara yang di pertemukan tanpa kesengajaan.

~~~~~~~~~~~
✨MOHON DUKUNGANNYA ✧⁠◝⁠(⁠⁰⁠▿⁠⁰⁠)⁠◜⁠✧

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

O200DMM – BAB 08

KEPUTUSAN BULAT NADINE

Taxi melaju dengan kecepatan normal hingga keempat roda tersebut mulai bergerak perlahan dan berhenti di pinggir jalan. Nadine melihat ke arah depan, bandara hanya beberapa langkah kaki saja.

“Thank you.” Nadine turun dari Taxi, melangkah pergi sampai sang sopir Taxi memanggilnya kembali. Tentu saja Nadine berbalik dan tiba-tiba sopir itu berjalan menghampirinya sembari menyerahkan ponsel miliknya kepada Nadine. Wajah Nadine sudah penuh kebingungan dan bertanya-tanya.

“Ada seseorang yang ingin berbicara dengan anda.”

Nadine mulai curiga, menerimanya dengan sedikit ragu-ragu. Jika tebakan Nadine benar bahwa orang itu adalah Maxi, maka pria itu benar-benar pria gila.

Nadine mulai berbalik membelakangi sang sopir. [“Ha-halo.”]

[“Kamu yakin tetap mau pergi. Penulis?” ]

Sudah Nadine duga. Suaranya sangat mirip dengan milik pria pembunuh itu, Nadine yakin dan Nadine sangat mengenalnya. Nafasnya kembali memburu, dia tidak menyangka Maxi berbuat sejauh ini.

[“Aku akan tetap pergi. Aku tidak akan kembali kepadamu.”] Tegas Nadine. Memegang dahinya dengan perasaan panik-- dia benar-benar terjebak.

[“Baiklah. Kalau begitu lihatlah lebih dekat, satu peluru akan mendarat di kepala temanmu.” ] Nadine terkejut setengah mati mendengarnya. Gadis itu berlari kecil ke arah bandara mencari ancaman yang di maksud Maxi sehingga akhirnya dia melihatnya.

pistol panjang keluar dari jendela mobil, dan seseorang siap melepaskan pelatuknya yang mengarah ke temannya yang saat ini masih berdiri di dekat pintu masuk bandara. Kaki Nadine serasa lemas, tangannya serta pikirannya sangat kacau.

[“Pikirkan sekali lagi. Masuk ke Taxi dan datanglah kepada ku...” ]

[“Kenapa kamu melakukan semua ini? Apa masalahmu? Apa kesalahan ku, katakanlah hikss”] Nadine mulai tak kuasa, ia akhirnya menangis. Kepalanya tertunduk lemas.

[“Satu-- dua-- Ti-- ” ]

[“Baik. Aku akan Hffuuu--- kembali, tapi biarkan aku menemui temanku. Aku tidak akan melakukan apapun, aku hanya ingin hikss agar mereka tidak khawatir. Aku mohon.”] Nadine pasrah, dia sudah sangat tersudut.

Dan Maxi sendiri. pria itu enggan melepaskan Nadine begitu saja, ada ketertarikan tersendiri terhadap gadis itu.

Nadine menunggu cukup lama, hingga pria di balik ponsel tersebut mulai menyetujui permintaan Nadine yang terakhir kalinya. Nadine senang meskipun dia benar-benar sedih jika harus berpisah dengan kedua sahabatnya.

Nadine membersihkan jejak air matanya, berbalik dan memberikan ponsel tadi ke pemilik semula lalu berjalan pergi menuju teman-temannya. Rasa takut dan sedih ia hilangkan dalam sekejap, saat langkahnya mulai dekat ke arah teman-temannya.

“Nadine!” seru April saat dia pertama kali melihat keberadaan Nadine. Kedua temannya tadi langsung berlari memeluk temannya yang sangat terlihat kacau serta bercak darah yang aslinya hanyalah sebuah gincu merah.

“Apa kau baik-baik saja? Apa yang pria itu lakukan? Dan bagaimana kamu bisa lepas? Apa yang terjadi?” Dita dan April, keduanya terus memberikan pertanyaan bertubi-tubi.

Nadine mengangguk, tersenyum sambil kembali menangis sesenggukan. April dan Dita ikut sedih melihatnya.

“Aku baik-baik saja!”

“Kalau begitu ayo kita pergi. Pesawat kita sebentar lagi berangkat. Ayo!” Ajak April menarik tangan Nadine. Nadine menahannya sambil menggeleng. Teman-temannya menatap heran.

“Aku tidak akan ikut pergi. Aku akan tetap di sini!” Nadine tersenyum saat dia harus mengatakan perkataan yang kebalikan dari keinginannya.

“Kenapa? Apa pria itu mengancam?” tegas Dita.

“Tidak. Dia-- dia hanya ingin menyuruhku membuat novel, dia bilang akan memberikan keuntungan besar padaku.” Jelas itu berbohong. April dan Dita sebenarnya cukup khawatir dengan ucapan Nadine.

April memegang bahu Nadine seraya menatapnya dalam. “Kau yakin baik-baik saja. Katakan pada kami.” Nadine balas menatap temannya. Dia ingin, dia sangat ingin mengatakan nya, tapi dia tidak bisa. Nadine tidak ingin mereka celaka karenanya. Di tambah lagi, dua anak buah Maxi tiba-tiba datang dan berdiri di belakang Nadine seolah memantau dekat.

April dan Dita mulai bertambah khawatir.

Wanita cantik yang terlihat berantakan tadi kembali tersenyum lebar. “Pergilah! Aku akan baik-baik saja. Setelah urusan pekerjaan di sini selesai, aku akan pulang!” Nadine memberikan keyakinan untuk kedua temannya.

Dita memeluk lebih dulu sambil menangis karena harus berpisah. April menyusul memeluk mereka berdua.

“Jaga dirimu baik-baik. Jika pria itu memukulmu, maka pukul balik dia dengan tinju mu!” ujar Dita. Nadine tertawa kecil.

Senyumannya sejenak hilang ketika dia sadar kalau ia sedang berbohong. Tak lama suara peringatan dari bandara membuyarkan mereka. pesawat menuju Indonesia kurang 1 menit lagi. Nadine segera melepaskan pelukannya, menatap temannya dengan senyuman tulus.

“Katakan saja kepada orang panti, khususnya kakak ku. Aku baik-baik saja, dan aku akan pulang secepatnya.” Nadine melambaikan tangannya. Sedangkan temannya membalas anggukan sambil melambai.

Mereka datang bersama dan seharusnya pulang bersama-sama juga.

Ketika kedua temannya sudah tak terlihat. Ekspresi Nadine menjadi datar, ia mulai merogoh saku mantelnya dan meremas benda kecil berupa pisau yang masih dia simpan.

.

.

.

Nadine terus menatap keluar jendela. Ya! Saat ini dia menaiki Taxi yang sama dengan sopir yang sama. Mereka menuju ke mansion awal, dimana Maxi beserta anak buahnya sedang menunggunya.

...***...

Maxi Mansion C**hicago**

Taxi berhenti menandakan bahwa mereka sudah sampai tujuan.

Dari dalam mobil, Nadine sudah dapat melihat Maxi berdiri bersama anak buahnya di sisi dan kanan, menatapnya tajam penuh kesombongan serta keangkuhan.

Perlahan Nadine mulai turun dari mobil, berjalan mendekat ke kumpulan pria yang masih berdiri menunggunya. tangan kirinya masih menggenggam erat pisau yang bersembunyi di balik cangkangnya, mantelnya mencoba menutupi benda tersebut.

Kedua pasang mata sama-sama beradu pandang, tatapan tajam dan penuh kebencian di mata si wanita, sedangkan milik sang pria hanya ada perintah dan kepuasan.

-‘Aku akan melakukan apapun meski harus terjerumus ke dosa besar. Aku tidak peduli meski pada akhirnya aku harus menjadi seorang monster yang sama sepertinya.’

Langkah Nadine semakin dekat. Maxi menatapnya dengan kepala sedikit mendongak dan kedua mata ia sipit kan dan kedua tangan ia masukkan ke saku celana.

Saat jarak Nadine dan Maxi hanya tinggal selangkah saja, tangan Nadine sudah siap. pria itu masih menatapnya lekat, terseringai licik penuh kemenangan.

Dengan gerakan cepat tangan kanan Nadine langsung melesat ke arah jantung Maxi dengan sebuah pisau yang teracung siap menusuk dan menembus kulit tersebut.

Zero beserta anak buah lainnya sangat terkejut saat melihat pemandangan tadi. Bahkan sopir Taxi tadi ikut kaget dan ketakutan. Senjata pistol mereka sudah siap mengarah ke arah Nadine karena sudah berani mengangkat senjata kepada bos mereka. Tinggal satu gerakan saja, seluruh peluru akan menusuk ke kulit Nadine.

Tiba-tiba tangan kanan Maxi terangkat ke atas, memberikan perintah agar mereka semua menurunkan senjata.

Nadine terkejut di saat mata berair nya melihat tangan kiri Maxi menahan pisau miliknya yang mengarah ke arah jantungnya.

Darah merembes keluar di saat kulit telapak tangan Maxi tergores dengan benda tajam tersebut. Nadine mulai gemetar di saat melihat darah begitu banyak, ia menatap mata Maxi yang bertambah marah.

1
Dewi Soraya
ko bs sdr kembar jhat bngt gt.emang maxi slh p m dy?pgn bngt fitnah maxi
Dewi Soraya
wah bhya ni kembaranny licik.dy tw pny kembaran lha yg maxi g tw diriny pny kembaran g etis ni mah
Dewi Soraya
aduh thor dr kmrn2 gni kn enk bcny
Laila Majnun
beberpa adegan membuatku flashback dg salah satu drama turki favoritku, siyah beyaz ask atau black and white love/Drool/
Four.: me too 🤭
total 1 replies
Ami Laylatus
Luar biasa
Four.: thanks ^^
total 1 replies
Dua author
Instagramnya otor apa ya??/Smile/
Four.: virgo_ws ^^ jangan lupa follow juga ^°^
total 1 replies
Rani Pipit
para wanita keras kepala...
Four.: semua wanita keras kepala 😅
total 1 replies
Dua author
huh, naik turun emosi rasanya, AAAAHHHHH /Panic//Cleaver/
Four.: 🌬️fuu... fuu.. fuuu.. mohon bersabar, 😁
total 1 replies
Dewi Soraya
biarin m cwek lain org istriny aj g ngasih suaminy ko y pntas aj lah maxi mint cwek lain
Natalia Hasugian
Luar biasa
Natalia Hasugian
Buruk
Dewi Soraya
jd istri ko gt.kasian maxi udh nikah lg aj kyk cwek tu nadine doang enek q lm2
Dewi Soraya
kpn si dy itu sk m maxi.kasian q m maxi pny istri kyk g png
Elvi Harpz
Baru kali ini aku baca cerita mafia se bagus ini ,pokoknya the best deh 😁💯👍🏻
Four.: aaaaa, makacihhhh 😘
total 1 replies
Netty Netty
Biasa
Netty Netty
Buruk
Himmatul A'la
Biasa
Himmatul A'la
Kecewa
Shanty
ngeselin bnget kya sinetron indosiar
Four.: mamanya juga termasuk drama 😅
total 1 replies
Dewi Soraya
jgn2 musuhny oplas mirip maxi biar max
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!