Cassandra Yohana gadis berusia 17 tahun yang masih memakai seragam abu-abu. Hobinya suka bolos dan tidur ketika jam pelajaran. Tapi nilai raport nya selalu memuaskan sehingga membuat Casandra besar kepala.
"Untuk apa punya otak kalau ngak digunain, percuma kutu buku kalau otak lu aja masih lemah." Ucapan Casandra begitu pedas ketika melihat siswi kutu buku.
Hingga suatu saat kelasnya kedatangan seorang guru baru yang langsung membuat kebiasaan dan kehidupannya Casandra jungkir balik.
Arsenio Xalendra, pria matang yang memilki karisma, tapi tatapan matanya begitu tajam dan dingin membuat siapa saja yang melihatnya akan merasa terintimidasi. Tapi bagi Casandra, Arsenio Xalendra adalah pria jahat dan kejam yang sudah membuat kehidupannya tidak lagi tenang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Deheman
Malam hari jam hampir saja menunjukan pukul delapan malam, meja makan yang biasanya terisi dua orang kini menjadi tiga orang.
Casandra tampak mulai nyaman dengan cara Denia memperlakukannya, lembut dan juga penuh perhatian. Mekipun Casandra tahu mungkin saja perhatian wanita itu hanya sebatas kasihan dengan dirinya, tapi tidak mengapa. Karena Casandra memang pantas di kasihani.
Tap..Tap..Tap..
Suara langkah kaki terdengar nyaring ketika sepatu pantofel mahal itu beradu dengan lantai. Arsen baru saja pulang dari kantor setelah pekerjaan hari cukup melelahkan, karena dirinya berada diluar kantor.
Cassandra menatap penampilan pria menebalkan yang statusnya sebagai gurunya itu.
Kemeja berwarna dark navi, lengan yang sudah digulung dan dasi yang sudah mengendur, sedangkan ditanganya menenteng sebuah jas.
"Ars, kamu baru pulang." Denia menyapa putranya yang terlihat sangat lelah.
"Ya Mam." Jawab Arsen sambil mengambil duduk didepan Casandra.
"Papa baru tahu jika kamu pulang membawa seorang gadis." Tuan Xalendra papanya Arsen.
Arsen melirik Casandra yang diam-diam menatapnya, dan saat Arsen menatap gadis itu, Casandra memilih menunduk.
"Ars malah lupa Pah, jika ada dia." Jawab Arsen dengan tatapan masih setia menatap Casandra.
Dan tentu saja ucapan Arsen sukses membuat Casandra mendongak dan membalas tatapan Arsen dengan kesal.
Arsen yang melihat itu hanya tersenyum tipis. "Lagi pula, Ars panti pulang. Karena di rumah ini ada bidadari." Katanya dengan nada menggoda.
Cassandra mendelikkan kedua matanya mendengar ucapan Arsen yang terdengar menjijikkan menurutnya.
Denia hanya geleng kepala melihat putranya yang tiba-tiba malah bercanda.
"Ya sudah, kami sudah selesai. Sayang kamu layani Ars ya, Tante sama Om ada perlu." Denia beranjak dari kursinya setelah mengatakan hal yang mampu membuat Casandra melotot tidak percaya.
"Tapi tan-"
"Tidak apa, dia hanya mau makan bukan yang lain." Denia mengusap kepala Cassandra.
Tuan Xalendra hanya geleng kepala melihat kelakuan istrinya.
Sedangkan Arsen melepaskan dasi yang sejak tadi mengikat lehernya.
Casandra hanya diam, dan dirinya hendak beranjak tapi suara Arsen membuatnya kembali duduk.
"Setidaknya kau hargai Mama." Ucapan Arsen sukses membuat Casandra mendengus kesal.
Dengan hati dan perasaan yang terpaksa, Casandra akhirnya menuruti apa yang diperintahkan Tante Denia. Bibir mengerucut tajam dengan wajah masam, Cassandra seperti istri yang kurang jatah dari suaminya.
Arsen yang melihat wajah masam Cassandra hanya tersenyum tipis." Sudah cukup, aku bukan kuli." Ucap Arsen saat Cassandra ingin membuahkan nasi sebanyak dua centong.
Cassandra menyodorkan piring yang sudah dia isi dengan nasi, dan lauk serta sayur.
"Terima kasih sayang." Ucap Arsen dengan suara menggoda.
Casandra hanya mendengus kesal, dirinya pura-pura muntah mendengar panggilan Arsen untuknya. Demi apa dirinya bisa tinggal dengan pria menyebalkan seperti Arsen.
"Kalau sudah saya mau ke kamar." Ucap Cassandra ketus.
Arsen hanya mengangguk tanpa menjawab, dan Casandra segera berlalu pergi.
Jika tidak ada Arsen Casandra bisa merasa tenang dan tidak selalu tegang ataupun badmood. Tapi ketika melihat wajah pria itu, rasanya Casandra ingin marah-marah.
Wajah Arsen seperti magnet yang menimbulkan percikan api kekesalan, apa lagi melihat wajah menyebalkan yang selalu dia lihat.
Hari pun cepat berganti, pagi-pagi Casandra sudah bangun dan berjalan menuju dapur. waktu masih menunjukan kurang dari pukul enam pagi, tapi kesibukan di rumah besar itu sudah ketara.
"Eh, non. Kok udah bangun?" Ucap mbak Anis yang melihat Casandra datang ke dapur.
"Hm, sudah pagi mbak." Jawab Cassandra sambil mengambil minum putih.
"Eh, iya sih emang Udah pagi. Tapi nyonya sama tuan teh belum bangun, paling den Arsen yang sudah bangun m" Tutur mbak Anis seperti memberi tahu.
Casandra hanya mecebikkan bibirnya. "Oh, emang dia suka bangun pagi ya Mbak?" tanya Casandra yang entah kenapa bibirnya merasa gatal.
"Sering non, soalnya teh si Aden suka joging kalau pagi hari." Mbak Anis malah jadi kang gosip.
"Joging." Gumam Casandra.
Ehem!!
Casandra berbalik saat mendengar deheman seseorang dari belakang.
Glek
Casandra menelan ludah, melihat penampilan Arsen.
qp
,
,
,