NovelToon NovelToon
Gadis Bercadar Jodoh Gangster

Gadis Bercadar Jodoh Gangster

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Bad Boy
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Kyure Aamz

Maulana Nevan Ganendra, para sahabatnya sering menyebut lelaki itu dengan sebutan gangster penyayang Bunda. Nevan selalu berhasil membuat orang terkena mental hanya dengan kata-katanya, mulutnya sangat licin seperti lantai yang baru saja di pel.

Tidak ada hari tanpa julit, ibarat kata pepatah hidup Nevan itu seperti sayur tanpa garam jika tidak julit. Sudah galak, julit, tak punya hati pula, lengkap sudah hidup Nevan. Semua berawal saat Nevan mendapat sebuah tantangan konyol untuk menikahi gadis bercadar bernama Nazma.

Nevan memanggil gadis itu dengan sebutan Nanaz, seorang gadis yang hidupnya penuh dengan masalah dan jauh dari kata bahagia.

°°°

"Berhenti kayak gini Nevan, sikap kamu bikin aku kelihatan semakin rendah di mata orang-orang." Air mata Nazma lolos begitu saja. "Boleh aku minta sesuatu."

"Apa?" Nevan seakan terhipnotis dengan tatapan Nazma.

"Jangan bilang aku sok jual mahal lagi, sakit dengernya. Aku emang miskin, tapi orang miskin juga punya harga diri."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kyure Aamz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26. Mengungkit masalalu

Nazma melihat label harga yang tertera pada setiap gamis yang kini ada di depannya, ternyata hampir semua pakaian yang ada di mall harganya mahal. Terlebih lagi barang di sana tidak bisa di tawar, benar-benar tak tertolong.

Sebenarnya bukan harga gamis itu yang tidak tertolong, tapi pikiran Nazma yang sudah tidak tertolong. Harusnya gadis itu sadar jika dirinya sedang berada di mall dan bukanlah pasar senggol, tentu saja tidak bisa di tawar.

"Lo udah setengah jam berdiri di sini, jadi lo mau yang mana?" Nevan terlihat jengah.

Nazma menoleh. "Gamis nya mahal semua, apa nggak ada yang harganya seratus ribu?"

Jika mengumpat tidak berdosa, Nevan pasti sudah melakukan hal itu. "Lo nanya? Jawabannya nggak ada! Lo mau beli gamis apa beli panci?!"

"Aku cuma nanya, jangan marah-marah." Nazma memegang lengan Nevan saat beberapa pengunjung melihat ke arahnya dan Nevan.

Bisa-bisanya Nevan bersikap seperti emak-emak yang sedang memarahi anaknya? Nevan mengatur nafasnya, terpancing sedikit saja ia sudah emosi. Sikap tersebut Nevan dapatkan dari Altair.

"Nggak marah, ngegas dikit." Suara Nevan sudah terdengar normal.

"Aku terserah kamu aja, aku bakal pakek gamis yang kamu pilih." Selain merasa tidak enak, Nazma juga tidak mau memilih barang yang harganya sangat mahal.

"Terus gunanya lo ada di sini apa dong? Gini ...." Nevan terdiam sejenak. "Lo lihat, kalau suka ambil, terus bayar, gampang kan?"

Nazma menggeleng membuat Nevan semakin naik darah saja.

"Apa lagi?" Suara Nevan terdengar penuh penekanan.

"Aku nggak bisa milih barang yang mahal Nevan, aku alergi yang mahal-mahal." Ucapan Nazma terdengar begitu konyol.

Sekarang Nevan bingung harus kesal atau tertawa. "Aneh lo, kalau cewek lain jadi bini gue. Pasti seneng belanja yang mahal-mahal, belanja apa yang mereka pengen, kalau perlu bikin gue keluar duit banyak. Lo cewek bukan sih?"

"Aku perempuan, tapi aku bukan cewek lain. Aku nggak akan jadi kayak mereka, kita beda."

Ada perasaan sedikit tidak suka yang menyelip di hati Nazma saat Nevan membandingkannya dengan wanita lain, berbeda dengan Nevan yang tampak tertegun.

"Iya, lo bukan cewek lain. Lo milik gue, dan lo spesial." Nevan merangkul Nazma dari samping. "Gue pilihin gamis buat lo, kalau perlu kita cari yang diskonan biar harganya agak murah, seneng kan lo?"

Nazma mengangguk membuat Nevan diam-diam tersenyum, kedua orang itu tampak dekat dan serasi. Siapapun yang melihatnya pasti akan merasa iri.

"Aku boleh beli dua?" Nazma bertanya dengan sangat hati-hati.

"Hem, selama gue mampu dan hal yang lo minta wajar. Gue pasti bakal berusaha buat penuhin."

Jangankan dua, lima pun Nevan sanggup membayarnya. Anak sultan kok cuma beliin istrinya dua gamis? Yang benar saja, kalau perlu lebih lah.

***

Setelah selesai berbelanja Nevan dan Nazma keluar dari toko tersebut, satu tangan Nevan memegang belanjaan sementara tangannya yang lain kini mengenggam tangan Nazma. Yang jelas Nazma harus bersyukur karena Nevan sedang tidak dalam mode tarzan.

"Mau apa lagi?" tawar Nevan, lelaki itu terlihat begitu baik ... mungkin saja kerasukan.

"Gra-tis?" Bisa-bisanya Nazma bertanya hal bodoh seperti itu.

Nevan ingin tertawa, tapi lelaki itu harus menjaga image. "Bayar, dua kali lipat."

"Aku nggak punya apa-apa." Nazma menganggap serius ucapan Nevan.

"Tapi punya ginjal kan? Jantung? Paru-paru? Lo bisa jual itu." Nevan berucap tanpa beban.

"Kamu mau eksploitasi aku? Aku nggak mau beli apa-apa, aku nggak punya uang."

"Bercanda, kaku amat. Ginjal, jantung, paru-paru, semua yang ada dalam diri lo, itu milik gue." Wajah Nevan terlihat datar, namun ucapannya berhasil membuat anak orang baper.

"Oh." Nazma mengangguk pelan.

Nevan tersenyum miring, ia tahu jika kedua pipi Nazma pasti sudah bersemu merah. Hanya saja Nazma memakai cadar, Nevan jadi tidak bisa melihat dan tidak punya bukti jika istrinya benar-benar baper.

Kedua orang itu hanya berjalan dalam diam, tangan mereka masih bertautan. Beberapa gadis menatap mereka, di mata mereka Nevan itu terlihat galak, tampan dan berdamage. Mereka tidak tahu saja, Nevan jika mengamuk sebelas duabelas dengan tarzan.

"Arthan sukanya apa?" Nazma memulai pembicaraan.

"Kinder joy," balas Nevan singkat.

"Kalau Bunda Ajwa?"

"Donat kentang." Nevan menjawab tanpa berpikir.

"Kalau Ayah Altair?"

"Bunda."

"Hah?" Nazma terlihat bingung dan samasekali tidak mengerti.

"Ayah paling suka Bunda, sama kayak gue."

"Sama-sama suka Bunda Ajwa?"

"Nggak, istri gue kan lo. Berarti gue suka nya sama lo."

Nazma langsung terdiam, ternyata sama-sama penyuka istri bukan penyuka Bunda Ajwa. Bagi Nevan, bundanya itu berarti tapi Nazma selalu di hati.

Tanpa mereka sadari ada seorang lelaki yang terus mengikuti mereka berdua, menyaksikan saat kedekatan pasangan itu. Lelaki itu menyeringai, cepat atau lambat dia akan mengambil miliknya.

'I like you Nazma Alisha, you are only mine.' Lelaki itu terkekeh sinis. [Aku menyukaimu Nazma Alisha, kamu hanya milikku]

***

Nevan pulang membawa kinder joy untuk Arthan, ia juga membawa donat kentang untuk bundanya. Sekarang ini Nevan dalam misi membujuk Arthan, anak itu sedang duduk di sofa, di temani Ajwa yang kini duduk di samping anak itu. Lama-lama, tidak enak juga di diamkan oleh Arthan.

"Lihat coba gue bawa apa?" Nevan mengangkat kresek yang berisi duapuluh kinder joy.

Arthan samasekali tidak peduli dan masih bermain robot-robotan miliknya.

"Seneng kek, gue bawa kinder joy buat lo." Nevan masih berusaha memancing Arthan.

Ajwa menerima kresek itu. "Abang beliin kinder joy buat Arthan, bilang apa coba ke Abang?"

Arthan menatap sekilas kresek yang dipegang oleh Ajwa. "Kasih aja ke Ale."

"Kita nggak ada ya bahas Ale, lo kenapa sih? Nggak usah baperan bisa kan?" Nevan selalu saja tidak bisa sabar.

"Nevan ...," tegur Ajwa.

Nazma ikut berjongkok di samping Nevan. "Arthan masih marah ya sama Bang Nevan?"

Arthan enggan menjawab, anak itu merasa terpojokkan. Arthan tidak suka Nevan, ia tidak mau memiliki abang seperti Nevan. Ajwa mengelus rambut Arthan, agar putranya itu merasa tenang.

"Bunda nggak mau lihat anak-anak Bunda berantem kayak gini, Arthan anak baik kan? Nggak boleh ya berantem sama Abang."

"Gue minta maaf, jangan diemin gue." Nevan tampak bersungguh-sungguh.

"Althan nggak suka Abang, Abang galak, jahat, nggak punya pelasaan. Althan pengen punya Abang yang pelhatian, kayak temen-temen." Arthan akhirnya berterus terang.

"Althan pengen punya Abang kayak Bang Ano, suaminya Kak Aylin. Althan pengen jadi Ale, Abang nggak sayang sama Althan." Arthan terisak pelan dan menangis.

"Siapa bilang? Gue sayang sama lo." Nevan memegang bahu Arthan. "Jangan nangis, anak cowok nggak boleh cengeng."

Arthan menyingkirkan tangan Nevan, abangnya memang terlihat tulus. Namun hal itu masih belum bisa membuat Arthan percaya, anak itu terlalu kecil untuk mengerti jalan pikiran Nevan.

"Baikan ya." Nevan mengulurkan tangannya ingin berjabat tangan.

"Ayo baikan, kan Abang udah minta maaf." Ajwa mendekap Arthan dari samping.

Dengan wajah yang sudah basah Arthan akhirnya menjabat tangan Nevan, Nazma ikut tersenyum melihatnya.

"Yeay baikan." Nazma menghapus air mata Arthan. "Nggak boleh nangis lagi ya."

"Oh iya, nanti Ayah mau makan malem sama temen kerjanya. Kita sekeluarga mau pergi, kalian ikut kan?" Ajwa menatap Nevan dan Nazma.

Nevan tampak berpikir. "Kayaknya nggak deh Bunda, Nevan sama Nanaz mau di rumah aja."

***

Pukul 20:00 Nevan hanya berada di rumah bersama dengan Nazma, keluarganya sedang pergi keluar makan malam seperti yang Ajwa bilang tadi. Malam minggu seperti ini, harusnya akan menjadi malam yang indah bagi pasangan baru itu.

Nevan duduk di pinggiran kasur, menunggu Nazma yang kini masih ada di kamar mandi. Malam ini Nevan berinisiatif menjadi kucing anggora yang manis, mengajak Nazma makan mie instan sambil menonton film bersama.

'Aneh nggak sih gue jadi baik gini, merinding gue.' Nevan mengusap lehernya.

Terdengar suara notifikasi, pandangannya tertuju pada ponsel yang ada di atas nakas. Nevan mendekat ke arah nakas dan mengambil ponsel milik Nazma.

[I miss you Dear, kapan kita bisa ngelakuin itu lagi?] Pesan itu tertera di layar ponsel Nazma.

Kebetulan ponsel Nazma tidak di sandi, Nevan langsung bisa membuka aplikasi whatsaap di ponsel tersebut. Nevan melihat lebih jelas nama pemilik nomer itu, dan ternyata dia adalah seorang lelaki bernama Ando.

Rasa panas langsung menjalar di hati Nevan, emosinya berada di ujung kepala. Tangannya mencengkeram erat ponsel tersebut, lelaki itu segera turun dari kasur.

"Siapa Ando?" Nevan menatap datar Nazma yang baru saja keluar dari kamar mandi.

Tubuh Nazma langsung menegang, gadis itu meneguk ludahnya kasar.

"Ka-mu ngomong apa? Aku nggak ngerti."

Nevan tertawa remeh, sorot matanya begitu tajam. Kali ini Nevan sudah tidak main-main, lelaki itu terlihat menyeramkan dan berhasil membuat Nazma tidak tenang.

"Lagi-lagi lo boong! Lo nyembunyiin banyak hal dan bikin gue kayak orang bego!" Suara Nevan terdengar keras.

"Nevan ...." Nazma hendak mendekat.

"Nggak usah deketin gue!" Nevan menunjuk Nazma agar gadis itu berhenti melangkah. "Pernah ngelakuin apa lo sama dia? Siapa Ando? Jawab!"

"Dia masa lalu aku, kamu nggak perlu tahu soal dia." Nazma berusaha menahan gejolak di hatinya.

Tanpa basa-basi Nevan langsung membanting ponsel Nazma, suara itu begitu nyaring. Nazma bisa melihat dengan jelas ponselnya yang kini tidak berbentuk. Nazma terkejut, sekaligus merasa takut.

"Dear?" Nevan terkekeh sinis, sorot matanya masih begitu tajam. "Pernah ngelakuin apa lo sama dia. Jawab, jangan bikin gue ngomong sesuatu yang bakal nyakitin lo."

"Kamu nggak punya hak buat maksa aku, kamu nggak perlu tahu. Aku yakin kamu juga pasti punya masalalu, kamu aja nggak bisa kan ngasih tahu masalalu kamu ke aku?"

"Kita bahas lo, bukan gue!" Nevan ingin mengetahui tentang Nazma, tapi ia tidak mau orang lain mengungkit masalalu nya.

"Jangan mancing gue, lo yang maksa gue buat ngomong ini. Apa lo pernah di pakek sama Ando?"

Detik itu juga air mata Nazma luruh, kata-kata Nevan begitu menusuk dan menyakitkan. Hanya Nazma yang tahu, apa yang di ucapkan Nevan benar atau tidak.

Bersambung...

1
🇮🇩,inosuke,🇯🇵
wah kejam kali wak
🇮🇩,inosuke,🇯🇵
maksudnya? kan masih sklh thor
🇮🇩,inosuke,🇯🇵
hah bukan nya anak sklh belum boleh nikah ya?
Neng Sum
lanjutt kak😄😄
Zaldin Agt
kapan di update?
putri baqis aina
Keren banget thor, semangat terus ya!
hoba
Gemesin banget! 😍
Aono Morimiya
Saya merasa seperti berada di dalam cerita, mengalami segalanya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!