Tak ada satupun orang tahu bahwa sang casanova rupanya masih perjaka. Telah banyak wanita yang tidur dengannya, tapi rupanya tak ada satupun wanita yang bisa membuatnya bergairah.
Trauma di masa lalu membuat Andra Struick menjadi seorang pria impoten. Sehingga dia mencoba mengencani banyak wanita untuk bisa membuatnya sembuh dari impontennya.
Tapi bagaimana kalau ternyata satu-satunya wanita yang bisa membuatnya bergairah adalah musuh bubuyutannya? Apakah Andra akan menerima takdirnya? Atau memilih tidak menikah sama sekali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Sementara itu di mansion Andra Struick. Terlihat Andra menelan saliva memandangi Sadrina yang sedang berada dibawah kungkungannya itu, sampai dia merasakan kebingungan ketika merasakan celananya sesak, seolah-olah sang adik bereaksi terhadap wanita itu.
"Tidak mungkin, mana mungkin aku berhasrat kepadanya?" kata hati Andra.
Andra terbelalak ketika melihat Sadrina yang terbangun dari tidurnya, bahkan wanita itu menjerit begitu menyadari sedang berada dibawah kungkungannya Andra.
"Aaaaahhhh!"
Dugh!
Sadrina reflek menendang sesuatu hal yang sangat berharga untuknya. Membuat Andra merintih kesakitan memegang burung perkututnya yang telah ditendang oleh wanita itu.
"Arggghh!" Wajah Andra terlihat merah padam, bahkan keringat dingin telah keluar dari pelipisnya, menandakan betapa kesakitannya pria itu. Dia pun merintih sambil sedikit membungkukkan badannya, dan memegang senjatanya.
Sadrina menyilangkan kedua tangannya di dada sambil memandangi Andra dengan sorot matanya yang tajam. Dia sama sekali tidak merasa berdosa dengan apa yang telah dia lakukan terhadap Andra. "Apa yang kamu lakukan? Mengapa tiba-tiba berada diatas aku? Pasti kamu ingin..."
Andra memotong perkataan Sadrina, dia menonyor kepala wanita itu. "Jangan berpikiran mesum dulu, Mak Lampir. Aku tadi terpeleset gara-gara banyak tisu di lantai. Kenapa di lantai bisa ada banyak tisu?"
Sadrina tidak mungkin bilang kepada Andra bahwa dia habis menangis. Pria itu pasti akan meledeknya. Dia pura-pura bersin, "Haa.... hachimm!"
"Sepertinya aku lagi terserang flu. Hidung aku ingusan." Ucap Sadrina sambil mengambil tisu di atas meja, pura-pura membersihkan hidungnya tisu.
Andra segera naik ke atas sofa, berdiri di atas sofa tersebut. Dia memandangi tisu-tisu yang berserakan di lantai dengan tatapan geli. Wanita itu benar-benar selalu membuatnya naik darah. Seandainya saja Sadrina tidak memiliki hutang kepadanya, dia pasti akan memecat wanita itu.
Sadrina hanya bisa menahan tawa melihat kelakuan musuh bubuyutan sekaligus majikannya itu. Membuat dia teringat dengan kisah masa lalu mereka, pertama kali mereka bertengkar adalah ketika Andra di sekolah, dia selalu meraja bersama dengan Farrel. Kedua pria itu begitu ditakuti oleh banyak siswa laki-laki, tapi mereka digilai oleh para siswi perempuan. Hanya Sadrina satu-satunya orang yang berani kepada mereka, walaupun saat itu dia malah tergila-gila kepada Farrel, sahabatnya Andra.
Suatu hari Sadrina melihat Andra yang sedang mengerjai seorang siswa laki-laki culun, Sadrina menolong siswa laki-laki tersebut. Bahkan dia berani menghajar Andra dengan menendang burung perkututnya, di hadapan banyak orang, mempermalukan pria itu. Dari sanalah Andra dan Sadrina mulai bermusuhan.
...****************...
Andra masuk ke dalam kamar, dia terlihat mondar-mandir di dalam kamarnya tersebut. Pria sungguh tidak tahan harus hidup satu atap dengan Sadrina. Membuat dia bergidik ngeri membayangkan bagaimana seandainya dia menikah dengan wanita itu, apalagi kalau sampai tidur satu kamar dengannya.
"Arggghh! Lama-lama aku bisa gila harus hidup dengannya."
Andra tiba-tiba saja terdiam, dia menundukkan kepalanya, memandangi burung perkututnya yang tertidur lelap di dalam celananya. Apakah ada yang salah dengannya, mengapa tiba-tiba saja dia merasakan sesak dibalik celananya ketika berada di atas tubuhnya Sadrina?
Andra pun menggelengkan kepalanya, rasanya dia tidak dapat mempercayai dengan apa yang terjadi pada burung perkututnya itu. "Gak mungkin, masa aku berhasrat pada si Mak Lampir? Pasti ada yang salah!"
Setelah berganti pakaian, Andra sangat merasa lapar, dia segera pergi ke ruang makan untuk makan malam. Namun, dia sangat merasakan kesal ketika melihat ayam goreng buatan Sadrina terlihat gosong.
"SADRINAAAAAA!"
Andra berteriak sekencang mungkin, memanggil nama wanita itu.
Namun, karena tidak ada jawaban. Andra segera pergi mencari keberadaan wanita. Dia ingin memprotes masakan wanita tersebut.
Kalau jam segini, biasanya Sadrina sedang berada di dalam kamarnya. Pria itu segera membuka pintu kamarnya Sadrina.
Ceklek!
"Sad..."
Baru saja Andra mangap untuk memanggil nama wanita itu, dia tidak meneruskan perkataannya ketika melihat Sadrina yang baru saja melepaskan handuknya untuk memakai pakaian. Rupanya Sadrina lupa mengunci pintu, dia baru saja habis mandi. Pria itu nampak menganga melihat Sadrina dalam keadaan telanjang bulat. Entah berkah atau musibah untuknya.
Sehingga terdengar dengan sangat jelas suara jeritan wanita itu.
"Aaaaahhhh!"