NovelToon NovelToon
SHOTGUN

SHOTGUN

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam / Dendam Kesumat / Persaingan Mafia
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Elisabeth Patrisia

Alya Mackenzie Armstrong.

Dia hanyalah gadis berumur 22 tahun yang sudah banyak melewati masa-masa sulit bersama keluarganya. Dia sangat menyayangi keluarganya, terutama adik perempuannya, Audrey.

Hingga suatu saat musuh keluarganya dari masa lalu kembali datang dan menghancurkan semua yang sudah ia lindungi. Ditambah dengan sesuatu mengejutkan yang tak pernah ia ketahui terungkap begitu saja dan menjadi awal kehancuran bagi dirinya.

Apakah Alya masih mampu melindungi keluarganya dari musuh mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elisabeth Patrisia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

17th : Undercover Enemy

Langit kota Salzburg nampak mendung ketika Alya mendongakkan kepalanya.

Taman di tengah kota. Tempat dimana Alya berada sekarang. Gadis itu berdiri menatap langit yang kian menggelap, menandakan akan segera turun hujan. Tetapi, gadis itu sama sekali tak beranjak dari tempatnya sedikitpun.

Selang beberapa detik, setetes demi tetes air hujan pun mulai turun dan membasahi kota itu. Bukannya pergi dari tempat itu, Alya memejamkan matanya dan membiarkan hujan membasahi wajah serta tubuhnya.

Hujan memang tidak begitu besar, tetapi itu mampu membuat seluruh tubuh Alya basah kuyup. Karena merasa sudah cukup lama berdiri, Alya pun mendudukkan bokongnya pada bangku taman yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri.

Alya menatap kosong apapun yang ada di hadapannya. Dengan cairan bening yang ikut luruh dari kedua maniknya yang tersamarkan oleh air hujan. Gadis itu menangis dalam diam dan kesendiriannya. Alya menundukkan kepalanya saat semua kilasan kejadian yang mengganggu pikirannya beberapa hari belakangan ini kembali menyeruak. Alya menepuk pelan dadanya saat rasa sesak mulai terasa. Alya tetap pada posisinya sampai beberapa saat.

Alya mendongakkan kepalanya saat tetesan hujan tak lagi ia rasakan. Dan ia sedikit tersentak saat mendapati seseorang yang ingin ia hindari berada tepat di hadapannya dengan sebuah payung diarahkan padanya.

"Ah, kau?! Ternyata dugaanku benar.." serunya dengan suara yang terdengar sedikit girang. Seperti berhasil mendapatkan sesuatu yang ia cari - cari selama ini.

"Kenapa bisa kau ada disini?!" tukas Alya dengan tatapan tak suka.

"Ah, bukan begitu. Tadi aku tidak sengaja melihatmu, aku datang untuk memastikan apa itu benar kau. Hanya itu.. Dan aku sama sekali tidak bermaksud mengikutimu" jelasnya sembari menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal.

"Kalo begitu, pergilah! Tinggalkan aku sendiri!" titah Alya dengan ekspresi tak suka yang sangat kentara di wajahnya.

"Tapi, kau kehujanan. Kau bisa sakit jika terus berlama - lama dalam keadaan basah seperti itu.." ucapnya lagi masih tak mau kalah.

"Bukan urusanmu! Pergi! Aku tidak ingin siapapun menggangguku! Pergi!!!" titah Alya dengan nada suara yang meninggi.

"Tunggu! Aku hanya ingin meminta maaf padamu karena sudah menyakitimu waktu itu. Aku minta maaf.. Dan tidak masalah jika kau tidak ingin melakukan apa yang aku perintahkan saat itu. Aku bisa mencari orang lain" ujarnya berusaha setenang mungkin.

"Aku tidak peduli soal itu. Pergilah!!!"

"Tapi---"

"KAU TULI?! AKU SUDAH MENYURUHMU PERGI, TAPI KENAPA KAU MASIH DISINI? HAH?!!!" sergah Alya yang bangkit dari posisinya hingga membuat payung yang diarahkan padanya terlepas dari tangan orang itu.

"Karena kau akan sakit, jika tetap berada disini" tukasnya tak mau kalah.

"Ckck..." Alya berdecak lalu memijat pangkal hidungnya perlahan. "Aku tidak butuh perhatian dari orang seperti mu. Pergi! Dan tinggalkan aku sendiri!!!" ucap Alya dengan suara yang melemah.

"Kau membutuhkan seseorang. Jadi aku tidak akan pergi, sekalipun kita tak mengenal satu sama lain, ijinkan aku menemanimu disini sebagai rekanmu.." katanya membuat Alya tak bisa berbuat apa - apa lagi selain membiarkan orang itu bersamanya.

Bagaimana bisa aku menenangkan diriku? Disaat musuhku sendiri berada tepat di hadapanku saat ini.

Lama terdiam Alya pun mendongakkan kepalanya saat hujan sudah reda dan orang itu masih setia berdiri di tempatnya seperti yang ia katakan sebelumnya, jika orang itu akan menemani dirinya disini.

"Tuan Gary?!" seru Alya dengan suara yang terdengar serak. Sang pemilik nama pun melihat ke arahnya dan menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Yah"

"Apa kau yakin tidak masalah bagimu jika aku menolak melakukan apa yang kau perintahkan saat itu?!" ceplos Alya yang berhasil membuat orang yang disapa Gary itu bergeming.

"Apa kau yakin?" tanya Alya lagi.

"Yeah. Jika kau menolaknya, mau tidak mau aku harus mencari orang lain. Aku tidak akan memaksamu.." jawab Gary yang membuat Alya menghembuskan napasnya lega.

"Danke!"

"Ok"

Mungkin setelah ini, kita akan bertemu lagi tetapi sebagai musuh.

Baru saja Alya hendak beranjak dari tempatnya, sebuah tangan mencekalnya dan membuatnya terhenti.

"Apa aku boleh tahu namamu?" tanya Gary dengan tatapan memohon.

"Alya, panggil saja aku Alya" jawab Alya lalu melepaskan tangan Gary dari tangannya.

Alya?

🔫🔫🔫

Alya memarkirkan mobilnya di garasi, kemudian keluar dari mobilnya dalam keadaan yang basah kuyup. Tanpa membuang waktu lagi, Alya melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah melalui pintu samping yang terhubung langsung dengan ruang tengah. Alya sama sekali tak menghiraukan sekelilingnya dan memilih untuk tetap berjalan menuju kamarnya, hingga sebuah suara yang sangat menenangkan hatinya memanggil namanya dengan lembut.

"Alya?!" panggilnya. "Kenapa kau basah kuyup seperti itu?" tanyanya to the point.

"Aku hanya ingin bermain hujan, mom" jawab Alya lalu berbalik dan menatap Aletta yang kini menatapnya penuh khawatir.

"Tapi, seharusnya kau gantilah pakaianmu. Jangan biarkan tubuh kedinginan seperti ini! Kau bisa sakit" ucap Aletta sembari menangkup pipi Alya dengan kedua tangannya.

"Mommy, tenang saja! Alya akan baik - baik saja" kata Alya dengan senyuman manis merekah di bibirnya.

"Ya sudah, pergilah ke kamarmu. Mandi dengan air hangat, agar tubuhmu rileks" pinta Aletta.

"Okay, mom" jawab Alya dengan satu tangan memperagakan gerakan hormat pada sang mommy. Kemudian, melangkahkan tungkainya menuju kamarnya.

Alya mematut dirinya di cermin yang terlihat begitu berantakan. Rambut lepek yang terkena hujan, pakaian yang basah membuatnya terlihat tidak karuan. Namun, ia sama sekali tak mempermasalahkan hal itu. Hanya ada satu nama, yang saat ini mengganggu pikirannya.

Kalbert?

"Dimana kau sekarang?!" gumamnya.

Alya merogoh tasnya dan mencari benda pipih berwarna gold miliknya. Setelah mendapatkannya, dengan cepat Alya mengetik sebuah nama pada contact number.

Kalbert.

Alya pun mendial nomor tersebut. Tetapi, belum sampai sepuluh detik Alya kembali mematikan panggilannya.

"Haruskah aku menelponnya?" gumamnya sembari menghembuskan napasnya kasar.

Setelah berpikir cukup lama, Alya pun memutuskan untuk membersihkan tubuhnya terlebih dahulu mengingat rambut dan tubuhnya terasa sangat lengket.

Alya menyalakan kran air hangat dan menunggu sampai bathtub terisi penuh. Sembari menunggu, Alya mencuci wajahnya lalu menggosok giginya di wastafel. Setelah dirasa cukup, Alya mematikan kran air dan menuangkan beberapa tetes bath foam dengan wewangian vanilla kesukaannya. 

Setelah itu, Alya membuka bathrobe- nya dan masuk ke dalam bathtub dan merendam tubuhnya hingga sebatas leher. Alya memejamkan matanya guna merilekskan seluruh tubuhnya, tetapi bukannya rileksasi yang ia dapatkan justru semua kilasan kejadian yang terjadi belakangan ini. Dan itu semua berhasil mendominasi pikiran Alya.

Dengan mata yang masih terpejam, gadis itu berusaha mengatur napasnya, dan perlahan Alya mulai mengosongkan pikirannya dari segala masalah yang mengganggunya.

Untuk beberapa saat gadis itu memang berhasil, namun beberapa menit kemudian ia kembali diingatkan dengan pertemuannya dengan musuhnya sendiri.

Gary.

Pria itu mencari dan mengincar dirinya untuk dijadikan senjata balas dendam. Meskipun, begitu Alya masih tidak habis pikir jika pria itu bahkan sama sekali tidak mengetahui musuhnya sendiri.

"Mungkin suatu hari, kita akan kembali bertemu tetapi tidak sebagai rekan melainkan musuhmu.." ceplos Alya pada dirinya sendiri.

💢💢💢

1
anggita
Alya... 👌💪
anggita
like👍+☝iklan... semoga sukses novelnya.
Elisapat17: Thank ypu say❤
total 1 replies
anggita
visualisasi tempatnya... bagus👌
Nanaia
keren
Protocetus
Min kunjungin ya novelku, bola kok dalam saku
ATAKOTA_
Kren bgt ceritanya terus berkembang Thor 😊
Elisapat17: Thank you say🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!