Alisa terpaksa menerima pernikahan kontrak dengan seorang CEO kakak dari sahabatnya, yang di tinggal pergi oleh calon istrinya saat 1 hari acara pernikahan mereka.
Alisa menerima pernikahan itu dengan terpaksa, karena ayahnya yang membutuhkan uang yang lumayan banyak untuk pengobatan jantungnya.
Selama 5th menjalani pernikahan kontrak itu, pernikahannya terbilang baik baik saja, karena suaminya menerima keberadaan Alisyah di sisinya, karena Alisa gadis yang penurut dan pintar mengambil hati suami dan keluarganya.
Namun pernikahan yang sudah berjalan 5th itu harus kandas karena ke datangan calon istri sang suami yang telah menghilang tanpa kabar selama 5th itu.
Lalu bagaimana kehidupan Alisa setelah itu?
Yuk.... Ikuti cerita selengkapnya, jangan lupa tinggalkan jejak😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Masih REVISI
"Wooaahhhh.... Restorannya bagus banget Yah..." pekik Arsy penuh binar menatap sekeliling restoran bintang lima itu, Rafael sengaja membawa keluarga kecilnya makan di sana, karena ingin menyenangkan anak dan istrinya.
"Kalian suka?" tanya Rafael.
"Suka, sangat suka." seru Arsyi.
"Baiklah, klau kalian suka. Ayah akan sering sering mengajak kalian makan di sini." jawab Rafael dengan senyum manis menatap anak kembarnya.
"TIDAK...." pekik si kembar kompak.
"Loh, katanya suka, tapi kenapa ngak mau ayah ajak kesini?" heran Rafael.
"Suka, bukan bearti kita sering sering ke sini ayah, itu namanya pemborosan, dan makanan di restoran ini sudah pasti sangat mahal, dari pada menghabiskan uang untuk makan di restoran mahal ini, lebih baik kita makan di restoran biasa saja, makanan di sana pun tidak kalah enaknya, dan kita bisa membantu ekonomi para pedagang kecil." tutur Arsya dengan bijak.
Sungguh Rafael sangat terharu mendengar ucapan anaknya itu, bagaimana istrinya bisa mendidik anak anak mereka seperti ini, mereka sungguh sangat perduli dengan sekitar, Rafael tidak menyangka anak anaknya sedewasa ini.
Mata Rafael berkaca kaca menatap sang istri, dan di balas senyuman manis oleh Alisa.
"Nak, kenapa kalian bisa berfikir sejauh ini, kalian masih kecil loh?" tanya Rafael.
"Ayah, di kota xx kami di sekolahkan di sekolah biasa oleh bunda, di sana kami bergaul dengan berbagai macam kalangan, dari teman yang kaya, biasa biasa saja, yang miskin dan bahkan ada yang tidak mempunyai orang tua, kami belajar dari mereka semua Yah, ada teman kami yang maaf maaf kata dia berasal dari keluarga miskin, hidup dari hasil memulung sampah, kadang mereka makan sekali sehari, kadang bisa tidak makan karena tidak punya uang, kita saja yang berpuasa dari pagi sampai sore saja sering mengeluh, apa lagi mereka yang kadang tidak makan seharian pasti sangat tersiksa, kami bersyukur masih bisa makan tiga tiga kali sehari, dan bisa jajan apa yang kami ingin kan.
"Tuhan, terimakasih atas anugrah yang engkau berikan kepadaku, kau berikan aku buah hati secerdas ini." gumam Rafael dalam hati dan matanya semakin berkaca kaca menatap anak anaknya itu.
"Tuan Rafael." sedang asik asik bercengkrama dengan anak anaknya, Rafael di kejutkan oleh suara seseorang yang menyapanya.
"Ehhh... Tuan Hendra, anda makan malam di sini juga?" ucap Rafael menatap rekan bisnisnya itu, ternyata rekan bisnisnya lah yang menyapanya Rafael.
"Iya tuan, saya sedang makan malam bersama anak dan istri saya." kekeh tuan Hendra.
"Ohh.... Begitu rupanya." ucap Rafael menganggukan kepalanya.
"Mari kita bergabung bersama keluarga saya tuan." ajak tuan Hendra tanpa perduli Rafael datang bersama siapa, memang dari dulu tuan Hendra menginginkan Rafael menjadi menantunya, tidak masalah baginya Rafael seorang duda atau apalah, yang penting anaknya bisa menikah dengan Rafael.
"Maaf tuan, saya ingin makan malam bersama keluarga kecil saya saja tuan, tanpa di ganggu sama yang lain." tolak Rafael dengan tegas, dia tau apa maksud tuan Hendra itu, dari dulu laki laki paruh baya itu selalu gencar mendekatkan anak perempuannya kepada dirinya, namun Rafael tidak pernah menanggapinya, dan dia juga tau anak tuan Hendra itu juga menyukai dirinya.
"Ehhh.... Anda bersama keluarga kecil anda, bukan kah istri anda sudah lama pergi?" tanya tuan Hendra tanpa malu.
"Iya, dia pergi karena kesalahan saya saat itu, dan sekarang dia sudah kembali, tentu saja saya tidak ingin dia pergi lagi, saya sudah sangat lama menunggu kedatangannya, dan anda tau sendiri bagaimana saya, saya akan selalu menunggu kepulangan istri saya walau berapa lama waktu yang harus saya habiskan, saya tidak perduli, yang saya mau hanya istri dan anak anak saya saja, tidak dengan yang lain." tekan Rafael, agar tuan Hendra tidak terus terusan menyodorkan anak perempuannya itu, membuat Rafael jengah sendiri.
"Haloo... Kakek, perkenalkan, saya Arsyi anak ayah Rafael dan ini saudara kembar saya, namanya abang Arsya." Arsyi lansung menyela obrolan ayahnya dan laki laki paruh baya itu, dia mulai mengerti saat ini, laki laki paruh baya itu pasti ingin menjodoh jodohkan ayahnya dengan anak laki laki itu, oh... Tidak akan Arsyi biarkan itu terjadi.
"Ehhh.... Haloo juga nona kecil, kamu cantik sekali." kaget tuan Hendra.
"Tidak usah sebut nona kakek, panggil nama Arsyi saja, tentu saja Arsyi cantik, kakek tidak melihat mama Arsyi sangat cantik dan ayah Arsyi juga sangat tampan, masa Arsyi jelek, nanti Arsyi di bilang orang anak pungut lagi." kekeh Arsyi.
Tuan Hendra hanya bisa tersenyum getir mendengar setiap kata dari bibir mungil Arsyi tersebut, ternyata anak Rafael itu sangat pintar berbicara, dan tidak di pungkiri oleh Tuan Hendra memang Alisa sangat menawan, bahkan dia terlihat seperti gadis saja, tidak terlihat seperti seorang ibu, sepertinya jalannya untuk menjadikan Rafael menantunya semakin jauh saja.
"Apakah kalian ingin bergabung dengan keluarga kakek di sana?" rayu tuan Hendra agar Rafael bisa bergabung dengan anak perempuannya di sana.
"Tidak kakek, terimakasih, kami hanya ingin makan malam bersama ayah bunda kami saja, karena kami sudah sangat lama menunggu waktu seperti ini, kakek tau bukan, kami berpisah dengan ayah dengan waktu yang lama, kami baru bertemu dan kami hanya ingin menghabiskan waktu bersama ayah dan bunda kami, seperti keluarga lainnya." tolak Arsyi.
"Klau rindu, kenapa tidak pulang dari dulu?" penasaran tuan Hendra.
"Kami sangat ingin pulang dari dulu, tapi bunda kami harus menyelesaikan studynya terlebih dahulu, bunda kami yang ingin berhasil dengan dirinya sendiri tanpa membawa nama besar Kalandra, tidak seperti orang orang di luar sana, yang ingin berlomba lomba mendekati ayah kami, tidak perduli ayah kami beristri atau duda, dia rela menjual anak anak mereka demi menyandang nama besar keluarga Kalandra, dan ingin sukses tanpa ingin berjuang sendiri, lebih memilih dengann jalan instan dan merusak rumah tangga orang lain." ujar Arsyi menohok relung hati tuan Hendra.
"Dan kami yakin ayah kami akan setia menunggu bunda kami, karena apa? bunda kami adalah wanita satu satunya yang di cintai sampai akhir oleh ayah kami, tidak perduli dengan banyak godaan dari luar sana, ayah kami teguh pendirian, mata dan hatinya hanya tertuju dengan satu nama, yaitu ALISA, bunda kami." ujar Arsya dengan tegas.
Tuan Hendra tidak bisa berkata kata lagi menghadapi ke dua bocah kembar itu, sungguh dia sangat kesal, karena anak anak Rafael itu walaupun kecil sangat lah bar bar.
"Sial... Kenapa anak anak ini pintar sekali berbicara, klau begini bagaimana caranya saya bisa mendekatkan anak saya kepada si Rafael ini." gerutu Tuan Hendra.
Rafael tersenyum puas mendengar ucapan anak anaknya, sungguh dia sangat bahagia mendengar ucapan anak anaknya itu.
Alisa hanya geleng geleng kepala melihat kelakuan anak anaknya, di saat merasa terancam anaknya seperti landak saja, lansung melindungi dirinya memakai duri di tubuh mereka, sama dengan anaknya yang selalu akan menggunakan kata kata lembut namun akan menohok jantung lawannya, begitu lah si kembar kalau merasa terancam.
"Ahhh.... Baiklah, klau begitu kakek ke sana dulu ya, maaf sudah mengganggu waktu kalian." ujar tuan Hendra pada akhirnya.
"Oh.... Iya silahkan kakek, kebetulan pesanan kami juga sudah datang, kami ingin makan." polos Arsyi dengan tersenyum manis.
"Kalian pintar banget sih." puji Rafael kepada ke dua anaknya.
"Tentu saja, kami harus pintar, kami harus menjaga apa yang menjadi milik kami bukan? agar tidak di rebut oleh orang lain. " pongah Arsyi melipat tangannya di dada.
"Ya sudah, sekarang kita makan ya, nanti makanannya keburu dingin. " ujar Alisa dengan tutur kata lembut.
"Baik, bunda." sahut si kembar memulai menyuap makananya.
Bersambung.....
Haiii.... Jangan lupa like komen dan vote ya..... 😘😘😘
loe aja yg bodoh Rafael nikmati aja kebodohan dan penyesalan loe