Dipinang adiknya, tapi dinikahi kakaknya. Loh!! Kok bisa? Terdengar konyol, tapi hal tersebut benar-benar terjadi pada Alisya Mahira. Gadis cantik berusia 22 tahun itu harus menelan pil pahit lantaran Abimanyu ~ calon suaminya jadi pengecut dan menghilang tepat di hari pernikahan.
Sebenarnya Alisya ikhlas, terlahir sebagai yatim piatu yang dibesarkan di panti asuhan tidak dapat membuatnya berharap lebih. Dia yang sadar siapa dirinya menyimpulkan jika Abimanyu memang hanya bercanda. Siapa sangka, di saat Alisya pasrah, Hudzaifah yang merupakan calon kakak iparnya justru menawarkan diri untuk menggantikan Abimanyu yang mendadak pergi.
*****
"Hanya sementara dan ini demi nama baikmu juga keluargaku. Setelah Abimanyu kembali, kamu bisa pergi jika mau, Alisya." ~ Hudzaifah Malik Abraham.
Follow ig : desh_puspita
******
Plagiat dan pencotek jauh-jauh!! Ingat Azab, terutama konten kreator YouTube yang gamodal (Maling naskah, dikasih suara lalu up seolah ini karyanya)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22 - Tidak Ada Yang Gratis.
"Action?" Alisya memberanikan diri untuk bertanya.
Bukan karena dia tidak bisa memahami kata-kata yang dimaksud, tapi memang pernyataan Hudzai agak ambigu.
"Iya."
"Ma-maksudnya gimana, A'?"
Hudzai menghela napas panjang, untuk bagian ini dia memang butuh sedikit energi agar Alisya yang polos ini mengerti.
"Alisya kamu pasti tahu, di dunia ini tidak ada yang gratis bukan?" Jika tadi memainkan alis, kini dia bertanya disertai seringai tipis.
"Oh, minta ganti uangnya? Berapa uang Aa' yang kepakek? Neng ada kok uang cash, tapi tidak banyak."
"Bwahahahaha!!"
Hudzai tergelak, pertama kali Alisya lihat dan dengar, ternyata saat tertawa begini matanya ikut tertawa juga.
Cukup lama, perut Hudzai sampai sakit pasca mendengar pertanyaan yang terlontar dari bibir sang istri. Tak hanya itu, tapi raut wajahnya juga sangat mendukung untuk ditertawakan.
"Serius, A'? Kenapa jadi ketawa?"
"Astaghfirullah ...." Dia menggeleng pelan, saking lucunya sampai istighfar lantaran memang seakan tidak bisa berhenti.
Alisya masih setia menunggu, Hudzai menarik napas dalam-dalam sebelum kemudian dia embuskan keluar.
"Ada-ada saja ya, Tuhan," gumam Hudzai sebelum kembali memberanikan diri menatap lawan bicaranya. "Bukan begitu maksudnya, Sya."
"Lalu?"
"Sejak kecil kamu pasti sudah diajarkan tentang memberi dan menerima, 'kan?"
"Ehm, sudah."
"Bagus, jadi ketika kamu menerima sesuatu maka kamu juga harus siap memberikan sesuatu, apapun itu."
"Apapun?"
"Hem, apapun."
"Misalnya?"
"Ya apa saja," sahut Hudzai seolah sulit sekali untuk berterus terang apa maksudnya.
Sejenak terdiam, Alisya masih terus menatap Hudzai lekat-lekat. Penjelasan sang suami yang terakhir lebih mudah untuk dipahami, pertanyaan sebelumnya hanya sebagai penjelas karena memang cukup rancu di telinganya.
Baru setelah ini Alisya bisa menarik kesimpulan atas pertanyaan yang tadi membuat kepalanya sebegitu runyam. Alasan Hudzai mengecupnya Alisya ketahui tanpa bertanya.
Bukan dalam rangka latihan dan belajar menjadi suami, tapi kecupan tersebut sebagai ucapan terima kasih karena sudah merepotkan.
Baiklah, berkurang sudah beban pikiran Alisya. Dia menghela napas panjang sebelum kemudian mengikis jarak yang membuat jantung Hudzai berdegub kencang.
"Mau dimana?" tanya Alisya tatkala jaraknya sudah sedekat itu.
"Hem?"
"Mau dimana? Kiri atau kanan, A'?"
Alisya yang agaknya bingung lantaran takut salah memilih bertanya saja. Menyesuaikan pengalaman, sewaktu dia kecil kerap diminta untuk memberikan ciuman di salah-satu atau kedua belah pipi dari orang yang berkunjung dan memberikan hadiah untuk anak-anak panti, termasuk dirinya.
Akan tetapi, pertanyaan itu jelas tidak selaras dengan Hudzai. Diberikan pilihan kanan atau kiri, pria itu justru balik memberikan pilihan yang memaksa Alisya untuk berpikir keras.
"Atas bawah."
"Hah?"
"Atas bawah," jawabnya sembari menyentuh bibir atas juga bawahnya secara bergantian.
Sontak jawaban Hudzai membuat Alisya bergeming seketika. Keberanian yang tadi perlahan menciut, hilang dan tak punya kemampuan untuk lanjut memberikan kecupan tepat di bibir sang suami.
Hampir dia urungkan, tapi beberapa detik setelah itu Alisya nekat memajukan wajahnya hingga kecupan super singkat yang mungkin hanya 0,3 detik itu mendarat sempurna.
Benar-benar sesingkat itu, Hudzai bahkan belum sempat mengedipkan mata dan Alisya sudah kembali ke tempat duduk semula dan lanjut dengan kesibukannya.
Bisa dibilang sok sibuk saja, karena pada faktanya dia mengalihkan perhatian dengan membaca tanggal kadaluarsa di balik kemasan snack tersebut.
"Sudah?" tanya Hudzai tampak tak terima lantaran memang benar-benar sesingkat itu, bahkan tidak berasa.
Alisya yang merasa kecupan tadi sudah dilakukan dengan sesempurna mungkin dengan tegas mengangguk. "Iya, sudah kok."
"Mana? Kenapa tidak berasa?" protes pria itu terkekeh pelan, wajah memerah Alisya benar-benar menarik perhatian dan rasanya rugi saja jika kesempatan ini tidak dia gunakan.
Mendapati protes dari Hudzai, Alisya tertunduk malu dan tak memiliki keberanian untuk balik menatap sang suami. Apalagi andai harus mengulang lagi, sungguh tidak dapat Alisya bayangkan sama sekali.
Beruntung saja suaminya bukan tipe pria gila yang tidak sabar akan proses. Walau memang sempat Hudzai pertanyakan, tapi 0,3 detik yang Alisya berikan sudah cukup untuk saat ini dan dia tidak akan meminta lagi.
Bahkan, kini dia beranjak untuk mengganti pakaian lagi karena tidak berselang lama setelah ini, makan malam bersama keluarga besar akan dimulai.
Sewaktu Hudzai naik ke atas beberapa orang di bawah sudah sibuk. Maklum saja, suasana di sana memang masih ramai karena besok semua akan bubar dan pulang ke habitat masing-masing.
Pakaian untuk tidur juga sudah disiapkan, Hudzai tinggal pakai. Sementara itu, sang istri masih sibuk sendiri dan mulai berpikir untuk makan ice cream favoritnya itu.
"Heuh? Mau dimakan sekarang?" tanya Hudzai mengerutkan dahi tatkala melihat Alisya tengah berusaha membuka bungkus ice cream di tangan kanannya.
"Iya, kenapa, A'?"
"Bukan nanti saja? Setelah makan malam?"
"Nanti cair, A'."
"Ah benar juga, sini kalau begitu," tutur Hudzai sembari mengulurkan tangan dan membuat Alisya seketika kecewa.
"Kok diambil, katanya buat Neng gimana sih?"
Sungguh buruk sekali prasangkanya. Padahal, sedikit saja Hudzai tidak ingin, terlebih malam hari. "Mau dibantu bukain tidak?"
"Oh, gitu maksudnya," gumam Alisya lagi-lagi dengan wajah yang kian bersemu merah lantaran malu kembali berkuasa dari dalam jiwanya.
.
.
Perkara makan ice cream lebih dulu, Alisya dan Hudzai jadi terlambat dan baru turun setelah semua sudah siap.
Paha ayam milik Sagara saja tinggal setengah lantaran menunggu pasangan pengantin yang tak kunjung turun entah apa sebabnya itu.
"Aduh, semua pengantin jalannya memang begitu ya?"
"Hah? Gitu gimana?"
"Ya itu, lambat ... persis siput masuk angin."
"Namanya juga baru, nanti kalau sudah punya anak mana bisa begitu, keburu nangis."
Baru juga datang, Alisya dan Hudzai sudah disemprot berbagai tuduhan dari pasukan mulut lemes di sana. Mereka pria, tapi mulutnya luar biasa jika sudah disatukan, sungguh Hudzai juga tidak mengerti sebenarnya.
Anehnya lagi, mereka-mereka itu justru mendapat pasangan yang pendiam dan tidak banyak ulah, termasuk papanya sendiri.
"Sayang duduk sini," ajak Mama Syila cepat sembari menepuk kursi tempat duduk yang memang sudah disiapkan untuk mereka.
Ini adalah makan malam terakhir di kediaman Sean dengan formasi lengkap, dan mereka harus lesehan agar muat. Sekalipun meja makan di rumah Sean sudah luas, mana cukup untuk menampung semua dan dengan begini maka kebersamaannya akan lebih terasa.
Suasana makan malam begini sangatlah hangat, tidak setiap hari mereka merasakannya, belum tentu setahun sekali juga.
Berhubung ini malam terakhir, Hudzai ingin memanfaatkan kesempatan dan menunjukkan kepada keluarga besarnya bahwa dia tidak secupu yang dikira.
"Alisya jangan!!" ucap Hudzai sengaja meninggi hingga seisi ruangan mendadak diam tatkala Alisya hendak mengambilkan nasi untuknya.
"Kenapa jangan? Aa' kenyang?"
"Bukan, tangan kamu luka ... Aa' bisa ambil sendiri, Sayang," tutur Hudzai selembut itu hingga membuat beberapa di antara mereka tersedak ludah.
.
.
- To Be Continued -
...Assalamualaikum, selamat pagi menjelang siang ... Last eps hari ini, tiga serentak tiga ya karena lagi-lagi manusia hanya bisa berencana, takut teler jadi tidur semalem gapapa ya, penting 3. Bertepatan dengan momen menuju Idul Adha, Author atas nama pribadi dan mewakili keluarga Megantara, Wijaya, Anderson, Alexander, Wiguna, Adiwangsa dan lainnya mohon maaf lahir batin🌹...
...Bye, see you esok hari doain Hudzai-Alisya masih bernasib baik di NT ... Sarangheo ❣️...
padahal di dunia hayal tapi brasa nyata si Abim nya.. 😄😍
waiting for you Abim.. 😀
apa mereka putus cinta...