NovelToon NovelToon
Find 10 Fragments

Find 10 Fragments

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / spiritual / Sistem / Penyeberangan Dunia Lain / Peradaban Antar Bintang / Kultivasi Modern
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: GM Tyrann

Season 2 dari I Don't Have Magic In Another World

Ikki adalah seorang pria yang memiliki kekuatan luar biasa, namun terpecah menjadi 10 bagian yang tersebar di berbagai dunia atau bahkan alam yang sangat jauh. Dia harus menemukan kembali pecahan-pecahan kekuatannya, sebelum entitas atau makhluk yang tidak menginginkan keberadaanya muncul dan melenyapkan dirinya sepenuhnya.

Akankah dia berhasil menyatukan kembali pecahan kekuatannya, dan mengungkap rahasia di balik kekuatan dan juga ingatan yang sebenarnya? Nantikan ceritanya di sini.

up? kalo ada mood dan cerita aje, kalo g ada ya hiatus

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GM Tyrann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch 14 - Liburan musim dingin

Hari terakhir sekolah sebelum liburan musim dingin dimulai.

Aku melangkahkan kaki masuk ke gerbang sekolah, merasakan angin musim dingin yang menggigit pipi. Hari ini adalah hari terakhir sebelum liburan musim dingin dimulai, dan suasana di sekolah penuh dengan semangat. Salju yang turun semalam menutupi halaman sekolah dengan selimut putih yang tebal. Aku mengenakan mantel tebal berwarna putih bersih yang memberikan kehangatan, sementara syal wol abu-abu melilit leherku dengan erat.

Setiap kali bertemu teman sekelas di sepanjang koridor, aku menyapa mereka dengan senyuman hangat. "Selamat pagi!"

Mereka juga balas menyapaku, "Yo, Ikki, sudah siap untuk liburan?"

"Tentu saja!" jawab aku sebelum membuka pintu kelas.

Saat aku tiba di kelas, suasana di dalam ruangan tidak kalah ramai. Teman-teman sekelas sibuk berbincang tentang rencana liburan masing-masing. Ada yang akan mengunjungi keluarga di luar kota, ada yang berencana bermain ski di pegunungan, dan ada juga yang hanya ingin bersantai di rumah. aku pergi ketempat ku lalu duduk di kursi yang dekat dengan jendela. Dari sana, aku bisa melihat pemandangan halaman sekolah yang tertutup salju.

Tiba-tiba, terdengar sorakan dari luar. Aku memalingkan pandanganku dan melihat tiga orang yang tidak asing, Riki, Shun, dan Chris, sedang bermain lempar-lemparan salju di halaman. Mereka berlarian, saling melempar bola salju sambil tertawa riang. Tindakan mereka menarik perhatian banyak siswa di kelas, bahkan siswa dari kelas lain berdiri di jendela, menonton dengan antusias. Suara sorakan dan tawa memenuhi udara, menciptakan suasana yang hangat di tengah dinginnya musim dingin.

Aku tersenyum melihat keceriaan teman-temanku. 'Mereka benar-benar tahu caranya bersenang-senang,' pikirku sambil menyandarkan dagu di tangan, menikmati pemandangan dari balik jendela. Di luar, Riki berhasil mengenai Shun dengan bola salju besar, membuat Shun jatuh terguling di salju. Chris, yang melihat itu, tertawa terbahak-bahak sambil mencoba menghindar dari balasan bola salju dari Shun yang bangkit berdiri.

Aku merasa senang bisa menyaksikan momen kebersamaan itu. Meskipun esok adalah awal liburan, hari ini adalah penutup yang sempurna untuk semester yang panjang. Aku tidak sabar untuk menikmati liburan musim dingin.

Bel berbunyi nyaring, menandakan dimulainya jam pelajaran. Riki, Shun, dan Chris berlari cepat menuju gedung sekolah, meninggalkan jejak kaki di salju yang tebal. Tawa mereka masih terdengar di udara, namun segera terhenti saat mereka mencapai pintu kelas. Riki dan Shun segera bergegas masuk ke kelas, sementara Chris melambaikan tangan dan berlari ke arah kelasnya sendiri.

Riki dan Shun terlihat lucu dengan mantel mereka yang penuh dengan salju. Beberapa gumpalan salju masih menempel di rambut mereka, mencair perlahan dan menetes ke lantai. Mereka berdua segera membersihkan salju dari mantel mereka, lalu membuka mantelnya karena tahu sekolah memiliki penghangat yang membuat seluruh ruangan nyaman dan hangat.

"Ugh, dinginnya di luar bikin aku beku," kata Shun sambil menggigil, meski sudah berada di dalam kelas.

"Tapi seru kan?" balas Riki sambil tertawa, menyeka sisa-sisa salju dari rambutnya.

Tak lama kemudian, guru mereka masuk ke kelas, membawa aura formalnya yang segera membuat kelas menjadi tenang. "Selamat pagi semua," sapanya dengan senyum. "Saya ingin mengumumkan bahwa liburan musim dingin dimulai besok, dan kita akan kembali masuk sekolah pada bulan Januari tahun depan."

Sorak-sorai kegembiraan langsung memenuhi ruangan. Para murid terlihat bersemangat, membayangkan liburan panjang yang akan segera mereka nikmati. Namun, kebahagiaan mereka hanya berlangsung sejenak.

"Sebelum kalian terlalu bersemangat," lanjut guru, "kita akan memulai dengan ujian mendadak hari ini." Guru itu tersenyum senang.

'Kemarin matematika setelah ujian musim panas selesai dan sekarang sejarah saat liburan musim dingin hampir tiba.' Aku mengutuk para guru yang memberi ujian mendadak.

Keluhan langsung terdengar dari berbagai penjuru kelas. "Ujian? Sekarang?" protes salah satu siswa. Tapi guru sudah siap dengan soalnya, dan dengan beberapa sentuhan pada tabletnya, soal ujian langsung terkirim ke tablet yang tertempel di meja masing-masing murid. Di papan tulis digital yang terhubung dengan tablet guru, muncul tulisan "Liburan Musim Dingin. Ayo semangat!" yang segera diikuti dengan detail ujian sejarah yang akan mereka hadapi.

Aku menarik napas panjang. Ujian sejarah selalu menantang bagiku, tetapi aku telah mempersiapkan diri dengan baik. Aku melihat sekeliling kelas dan mendapati teman-temannya mulai membaca soal dengan ekspresi tegang. Bahkan ketua kelas yang biasanya tenang, terlihat sedikit stress.

Aku mulai mengerjakan soal dengan hati-hati dan tenang. Menggunakan pulpen untuk menulis soal, tanganku bergerak lincah di atas layar tablet, menjawab setiap pertanyaan dengan keyakinan. Aku sangat fokus sampai tidak terpecah, meski suara gumaman frustrasi terdengar dari teman sekelas yang lain. Aku mengingat setiap detail yang pernah aku pelajari, mulai dari peristiwa penting hingga tanggal-tanggal yang sulit diingat.

Setelah waktu yang ditentukan berakhir, guru meminta semua murid untuk mengirim jawaban mereka. Wajah para siswa tampak lega, tetapi juga cemas menunggu hasilnya. Beberapa menit kemudian, nilai-nilai ujian muncul di layar tablet mereka.

Aku memandangi angka yang muncul pada tablet ku. 89. Aku tersenyum puas, tahu bahwa itu adalah hasil dari kerja keras. Aku melihat ke sekeliling dan melihat teman sekelas yang lain memeriksa hasil mereka dengan berbagai ekspresi. Beberapa tampak kecewa, beberapa tampak lega, namun tidak ada yang mencapai nilai setinggi Ikki. Bahkan ketua kelas, yang biasanya selalu mendapat nilai terbaik, hanya bisa tersenyum kecut melihat nilainya.

Guru memuji aku di depan kelas. "Selamat, Ikki. Kamu mendapat nilai tertinggi di kelas. Terus pertahankan prestasimu," kata guru dengan bangga. Teman-teman ku bertepuk tangan, beberapa dari mereka memberikan pujian meski dengan nada bercanda.

"Sobat, kamu benar-benar jenius!" kata Riki sambil menepuk punggungku.

"Sepertinya kita harus belajar lebih banyak darimu," tambah Shun dengan senyum lebar.

Aku membalas Shun sambil tersenyum, "Belajar saja sendiri."

Riki tertawa dan berkata pada Shun, "Itu benar cebol, harus belajar sendiri."

"Kalian berdua diam, kelas selanjutnya akan segera dimulai!" seru ketua kelas dengan tegas.

***

Sekolah selesai pada sore hari, meninggalkan suasana yang riang di antara para murid. Semua orang tampak bersemangat, karena besok mereka akan memulai liburan panjang yang telah dinantikan. Langit sore, menciptakan pemandangan indah yang menemani langkah mereka pulang.

Aku berjalan pulang bersama ketiga temanku yang biasa, Riki, Shun, dan Chris. Salju tipis masih turun, memberikan kesan magis pada suasana sore itu. Mereka melangkah dengan semangat, mengobrol tentang rencana liburan mereka.

"Hei, kalian mau datang ke rumahku untuk merayakan Natal nanti?" tanya Chris dengan antusias. "Akan ada banyak makanan enak, dan aku akan mengundang beberapa teman dari kelasku juga. Pasti seru!"

"Tentu, aku akan datang." Aku menjawab dengan sedikit senyuman.

Namun, Shun menggelengkan kepala dengan sedikit rasa kecewa. "Maaf, aku tidak bisa, Chris. Aku harus pergi ke rumah kakek dan nenekku. Mereka selalu mengadakan perayaan keluarga besar setiap Natal, dan aku tidak bisa melewatkannya."

Chris tersenyum memahami. "Tidak apa-apa, Shun. Pasti seru juga merayakan Natal bersama keluarga besar."

Obrolan mereka terus berlanjut hingga mereka tiba di stasiun. Dari sana, mereka harus berpisah karena rute pulang yang berbeda. "Sampai jumpa, sobat! Hati-hati di jalan," kata Riki sambil melambaikan tangan.

"Sampai jumpa! Selamat liburan!" balas aku sambil melambaikan tangan kembali. Aku melanjutkan perjalanan pulang sendiri, melewati jalan setapak yang dihiasi lampu-lampu jalan yang mulai menyala, menciptakan bayangan hangat di antara salju yang mulai menebal.

Saat tiba di apartemen, aku berhenti sejenak di depan pintu untuk membersihkan salju yang menempel di sepatu. Aku menggigil sedikit saat angin dingin berhembus, namun segera merasa hangat saat memasuki apartemen yang nyaman. Setelah menutup pintu, aku melepas mantel dan syal, menggantungkannya di gantungan.

"Liburan sudah dimulai, tahun depan apa yang akan terjadi ya?" Aku bergumam.

Aku berjalan ke kamar mandi dan mengisi bak mandi dengan air hangat. Uap air mulai memenuhi ruangan, menciptakan suasana yang menenangkan. Aku berendam dalam air hangat, merasakan kelelahan hari itu perlahan menghilang. Sambil berendam, aku merenungkan hari yang telah berlalu dan merencanakan kegiatan yang akan dilakukan selama liburan.

"Hari pertama tidur, kedua tidur ... Natal pergi kerumahnya Chris sisanya aku akan habiskan dengan tidur."

Setelah merasa segar kembali, aku keluar dari kamar mandi, mengenakan pakaian hangat dan nyaman. Aku menuju dapur untuk memasak makan malam. Selama dua bulan terakhir, aku belajar memasak berbagai resep, dan malam ini aku memutuskan untuk membuat ramen buatan sendiri. Aku mengambil bahan-bahan dari lemari es dan mulai memotong sayuran, merebus kaldu, dan memasak mie dengan penuh perhatian.

Saat ramen selesai, aroma harum memenuhi dapur. Aku menuangkan ramen ke dalam mangkuk besar, menambahkan telur rebus setengah matang, irisan daging, dan taburan bawang hijau di atasnya. Aku duduk di meja makan kecilnya, menikmati setiap suapan ramen yang hangat dan lezat.

"Ini pertama kalinya aku masak ramen sendiri, aku tidak tahu rasanya akan seenak ini." Aku yang merasa puas mencuci semua alat yang aku gunakan dan membersihkan dapur.

Aku berjalan menuju sofa menonton acara televisi sampai larut baru setelah itu aku pergi tidur.

1
GM Tyrann
Kalo kalian udah mulai baca terus ada nama MC dibagain sudut pandangnya padahal seharusnya Aku. Itu kesalahan penulisan, karena udah banyak jadi malas ganti, ada banyak sih pas sudut pandang MC seharusnya pake Aku dan Kami, tapi malah pake, nama MC, Dia dan Mereka.

Kalo dari sudut pandang karakter lain nama MC, y pake nama MC. Apa lagi.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!