“Ayo menikah! Setelah satu tahun mari kita berpisah!” —Arcelio Alexander.
“Oke kalau itu yang Bapak mau. Tapi setelah menikah saya tidak mau tidur satu ranjang dengan Bapak!” — Keyla Putri.
Keyla Putri terpaksa menerima perjodohan dan menikah dengan gurunya sendiri demi menyelamatkan perusahaan ayahnya yang terancam bangkrut.
Bagaimana kehidupan rumah tangga Keyla dan Lio setelah mereka menikah? Mengingat Lio adalah guru paling dingin dan menyebalkan di matanya.
Akankah tumbuh benih-benih cinta di antara keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 22
"Kenapa diam? Jawab saya Keyla!" seru Lio rasanya sudah tidak sabar menunggu jawaban gadis yang ada di hadapannya saat ini.
Wajah gugup dan pipi memerah Keyla membuat Lio ingin sekali tertawa. Dimana sikap bar-bar gadis itu? Kenapa sekarang jadi kalem begini?
"Apa alasan kamu takut kalau mereka tahu hubungan kita?" Lio kembali bertanya, kali ini dengan suara lirih dan tepat di samping telinga Keyla. "Apa kamu malu menikah sama saya?" sambungnya.
Tangan kanannya terangkat sengaja memainkan ujung rambut Keyla yang terurai. Sedangkan tangan yang lain ia biarkan menahan tubuhnya dan menghimpit Keyla.
Sesekali, Lio memejamkan matanya sembari menikmati wangi tubuh Keyla, yang tanpa sadar membuatnya hampir mencium kening gadis itu.
"Sial! Lagi lagi tubuhku bereaksi sendiri. Kamu benar-benar mesum, Lio!" umpatnya dalam hati.
Lio menggeleng. Mencoba membuang semua pikiran kotor yang menghampirinya.
Berbeda dengan Keyla, sejak tadi ia terus menundukkan wajahnya tanpa berani menatap guru killer nya itu.
"Em... itu karena mereka semua penggemar rahasia Bapak. Jadi, saya takut kalau—" belum sempat Keyla melanjutkan kalimatnya, ia merasa tubuhnya melayang di udara.
Dan benar saja, Lio sedang membopong Keyla dan membawanya masuk ke dalam mobil. Lalu mendudukkan perlahan gadis bertubuh kecil itu.
Tanpa mereka tahu, dari atas balkon ada sepasang mata yang terus mengawasi interaksi mereka berdua dengan ekspresi wajah datar kemudian masuk ke dalam.
"Bapak kebiasaan banget sih! Bilang-bilang dong kalau mau gendong!" seru Keyla.
Pasalnya, ini adalah kali kedua Lio menyentuhnya tanpa izin. Pertama, pertemuan mereka di klub malam itu. Lio menentengnya seperti seekor kucing. Dan sekarang, Lio membopongnya seolah-olah Keyla adalah karung beras.
"Menunggu jawaban kamu itu seperti sedang menunggu ayam jantan bertelur tau nggak!" Lio meminta Keyla bergeser dan ikut duduk di sampingnya.
"Mana ada ayam jantan bertelur. Kalau ada kiamat dong Pak?" Keyla bertanya dengan begitu polosnya.
Tuk.
"Sakit, Pak! Kok di sentil?" Keyla mengusap dahinya yang terasa panas karena ulah Lio.
"Kamu mau cepat-cepat kiamat sebelum kita menikah?" Keyla mengernyit. Kenapa tiba-tiba pertanyaan Lio mengarah kesana?
Sudah jelas bukan, kalau tidak dalam kondisi kepepet, Keyla juga nggak mau menikah dengan Lio.
"Sudahlah, duduk saja yang saja yang benar dan fokus ke depan. Pagi ini kita terlambat datang ke sekolah karena ulah kamu." Lio menunjuk arloji yang melingkar di kirinya.
Lio menghela nafas kasar sembari mengusap wajahnya frustasi. Membayangkan kehidupan mereka setelah menikah nanti.
"Kok Bapak nyalahin saya?" sungut Keyla tak terima. Biasanya Keyla selalu berangkat siang dan jika terlambat, Keyla akan memilih membolos daripada kena hukuman dan di panggil ke ruangan BK. "Suruh siapa jemput-jemput segala?" imbuhnya.
"Ibu saya, siapa lagi?" jawabnya enteng.
Keyla memalingkan wajahnya kesal. Kalau sudah menyangkut soal idolanya sejak kecil itu, ia tak bisa berbuat apa-apa.
Ataukah mungkin itu hanya akal-akalan Lio saja? Ah, Keyla tak mau memikirkan itu sekarang. Dia masih curiga dengan Tasya yang seperti sedang menyembunyikan sesuatu darinya.
Malam itu, bukan tanpa alasan Keyla berada di klub. Keyla sengaja mengikuti Tasya yang masuk kesana bersama seorang pria.
"Bisa tidak sehari saja kalian itu berhenti bertengkar? Kalian lebih mirip anjing dan kucing. Kenapa nggak sekalian cakar-cakaran?!" kesal Sean yang sejak tadi duduk di bangku kemudi dan menjadi saksi perdebatan mereka berdua.
Rasanya, Sean ingin sekali terjun ke dasar lautan. Bagaimana bisa tante Krystal memintanya untuk mengawasi Lio yang sikapnya masih seperti anak kecil begini?
Keyla dan Lio saling menatap kemudian beralih pada Sean. Keduanya baru sadar kalau sejak tadi ada Sean diantara mereka.
"Maaf..." lirih Keyla.
"Kamu salahnya sama saya, kenapa minta maaf padanya?" sahut Lio menggerakkan dagunya ke arah Sean.
Sean tak bergeming. Menganggap mereka berdua seakan tak ada. Kedua manik mata hitamnya terus tertuju pada balkon atas rumah Keyla dengan kedua tangan yang terkepal erat.