Mengajak Gus Ilham Menikah

Tidak begitu lama Ilham keluar dari dalam kamar menggunakan pakaian dress muslim berwarna putih campur hijau toska dengan kepalanya menggunakan kopiah berwarna hitam. Ia berjalan mendekati Nining yang baru saja selesai makan.

"Sudah belum makannya Mi? Kita harus berangkat sekarang sebelum acara. Abi ada kerjaan di pesantren."

"Sudah Bi. Aku cuci piring ini dulu sebentar." Nining perlahan berdiri dan membereskan semua piring di hadapannya. Ia pun perlahan ke dapur yang tidak jauh dari meja makan. Rasanya tempat yang ia kunjungi begitu menakutkan untuk di sentuh sangking bersihnya.

"Sini biarkan Abi aja. Ummi ambil peralatan yang mau Ummi bawa. Tugas Ummi di mulai besok hari aja. Anggap hari ini Ummi perkenalan dulu." Ilham menggeser tubuh Nining dengan ia segera mencuci piring dan gelas.

Nining kembali hanya mengikuti dengan langsung berjalan perlahan ke kamar untuk mengambil barang yang sepertinya itu milik semua temannya. 'Duh... bawanya pakek apa ya? Oh... Pakek kantong plastik, minta sama Abi aja. Siapa tau Abi ada.' Nining kembali berjalan kembali keluar kamar dengan Ilham masih mencuci piring.

"Abi ada kantong plastik enggak?"

"Buat apa Mi?"

Nining mengangkat bra kecil yang ia pegang sebagai tanda bukti. "Mau bawa ini Bi. Kayaknya punya teman aku deh."

Ilham melihat benda yang membuatnya sedikit terkejut, ia pun langsung mengalihkan penglihatannya ke piring yang sudah ia cuci. "Iya sudah kalau begitu tunggu Abi sebentar di dalam kamar. Abi menyelesaikan ini dulu." Ilham menujuk piring yang sedang ia susun.

Nining kembali ke kamar untuk memeriksa lagi semua barang di dalam tasnya. Saat ini ia mengeluarkan semua isi itu dengan memilih yang memang benar hampir separuh pakai itu milik temannya. "Berarti baju aku di bawa mereka dong."

"Astaghfirullah Mi... Kenapa di bongkar kayak begini?" Ilham terkejut atas perilaku Nining yang tidak bisa rapi dalam menyusun barangnya sendiri.

Nining melihat Ilham yang ternyata membawa kantong plastik kecil. "Aku memeriksa barang yang takutnya punya teman aku Bi. Biar sekalian bawanya. Ternyata sebanyak ini." Nining menunjuk semua pakaian di dekatnya.

"Iya sudah Abi ambil plastik lagi. Ummi cepat bereskan ini semua." Ilham kembali keluar kamar.

"Abi nih kalau kasih perintah maunya cepat-cepat." gerutu Nining dengan memasukkan pakaiannya tanpa di lipat lagi. "Entar aja sekalian waktu mau menyusun baju di lemari."

"Ini Mi." Ilham menyerahkan plastik berwarna hitam dengan Nining memasukkan semua pakaian milik temannya.

"Oh iya Mi."

Nining kembali melihat Ilham sembari berdiri. "Kenapa Bi?"

"Abi mau berpesan sama Ummi. Jika di pesantren ada yang bertanya soal apa yang terjadi dengan kita berdua, Ummi enggak boleh menceritakan apapun tentang hubungan kita ini."

"Memangnya kenapa Bi?"

"Dalam surat al-baqarah ayat 187 yang bertulis, mereka menjadi pakaian bagimu, dan kamu juga menjadi pakaian bagi mereka. Itu di maksudkan agar Abi mau pun Ummi sama-sama harus menutupi aib dari suatu apa pun tentang rumah tangga kita. Rasulullah juga bersabda, sesungguhnya manusia yang paling jelek kedudukannya di hari kiamat adalah seorang suami yang bercampur atau bersetubuh dengan istrinya, kemudian membeberkan rahasia istrinya."

"Berarti menceritakan aib atau rahasia pasangan hukumnya haram. Orang yang melakukan perbuatan tersebut akan dianggap sebagai manusia yang terburuk di akhirat. Namun membuka aib hubungan suami istri diperbolehkan dalam keadaan tertentu Mi. Contohnya untuk pengobatan atau berkonsultasi dengan dokter, menjelaskan hukum syar'i mengenai suatu perkara untuk nasihat dalam rangka mengantisipasi bahaya bagi pasangan, atau alasan lain yang diperbolehkan syariat. Ummi pahamkan maksudnya Abi?"

"Iya Bi."

"Iya sudah kita berangkat sekarang. Abi ada urusan di pesantren." ajak Ilham sambil mengangkat tangan untuk mengajak bersalaman.

"Apa aku jalan kaki ya Bi?" tanya Nining langsung mencium punggung tangan Ilham.

"Kita berangkat sama-sama Mi."

"Kenapa harus bersalaman?"

"Ini sebagai bentuk agar kita terbiasa salaman dulu sebelum pergi." jelas Ilham.

Nining mengerti maksud dari Ilham dengan Ilham langsung menarik kepala Nining dan mencium dengan singkat.

"Cium kening juga ya Bi?"

Ilham mengangguk dengan tersenyum malu-malu.

"Oh begitu." Nining menarik kepala Ilham dengan mengikuti pergerakan suaminya itu.

Ilham seketika terdiam dan mematung.

Nining terus saja kebingungan dengan tingkah Ilham. "Apa salah ya Bi?"

Ilham barulah sadar dengan menggeleng pelan. "Iya sudah kita berangkat." Ilham mengambil plastik dan membawanya berjalan keluar kamar dengan wajahnya yang terlihat bahagia.

'Abi kenapa ya? Kayak ada yang aneh deh.'