NovelToon NovelToon
PLAY ON

PLAY ON

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Enemy to Lovers
Popularitas:157.3k
Nilai: 5
Nama Author: Tris rahmawati

Riga tidak menyadari dia sedang terjebak dalam sebuah masalah yang akan berbuntut panjang bersama Abel, gadis 18 tahun, putri temannya yang baru saja lulus SMA.

Obsesi Abel kepada Auriga yang telah terpendam selama beberapa tahun membuat gadis itu nekat menyamar menjadi seorang wanita pemandu lagu di sebuah tempat hiburan malam. Tempat itu disewa oleh Mahendra, ayah Abel, untuk menyambut tamu-tamunya.
“Bel, kalau bokap lo tahu, gue bisa mati!” Kata Ode asisten sang ayah tengah berbisik.
“Ssst...tenang! Semuanya aman terkendali!” Abel berkata penuh percaya diri.
“Tenang-tenang gimana? Ini tempat bukan buat bocah ingusan kayak elo!”
“Dua hari lagi aku 18 tahun! Oh my God, gatel ya,Mahen!Lo ya, ganjen banget! Katanya nggak mau nikah lagi tapi ani-aninya seabrek!" Umpat Abel pada sang papa.

***
Di satu sisi lain sebuah kebahagiaan untuk Auriga saat mengetahui hubungan rumah tangga mantannya tidak baik-baik saja dan tidak bahagia dia pun kembali terhubung dengannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tris rahmawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

33 Pedas?

Arabella tertidur di bangku ruang tunggu, kepalanya sedikit terkulai ke samping, sementara tangannya yang memegang ponsel terkulai di pahanya sendiri.

Tepat di sebelahnya, Auriga duduk dengan tenang, matanya tertuju pada layar ponselnya sendiri, sesekali memeriksa pesan. Namun, matanya tanpa sengaja menangkap tampilan ponsel Abel yang bergetar pelan di genggamannya, menampilkan serangkaian pesan masuk.

Daniel

"Arabella, sudah sampai? Everything okay?"

"I hope everything is fine."

"I will miss you so much. 🩷"

Pesan itu bertubi-tubi masuk, dan Auriga secara tak sengaja membacanya. Ia tidak bermaksud mengintip, namun pesan-pesan itu terlalu mencolok untuk diabaikan.

Matanya beralih dari layar ponsel ke wajah Abel yang tertidur lelap. Gadis itu tampak kelelahan, garis wajahnya terlihat tenang meskipun ada bekas-bekas kesedihan.

Auriga tidak berkata apa-apa. Ia sengaja tidak bersuara, membiarkan Abel menikmati istirahatnya. Namun, tanpa sadar, sudut bibirnya melengkung membentuk senyuman tipis. Entah apa yang membuatnya tersenyum mungkin kenangan lama yang tiba-tiba menyeruak. Gadis ini, yang dulu sempat membuatnya kesal, kini kembali dalam keadaan yang berbeda.

“Lucu,” pikirnya. Ia membenarkan posisi duduknya, matanya kembali menatap ponselnya sendiri.

Beberapa saat kemudian, suasana di ruang tunggu berubah ketika suara langkah cepat diiringi suara seorang perempuan terdengar mendekat. Suaranya besar dan penuh kepanikan.

“Bagaimana, Mas Mahen? Riga, apa yang terjadi? Bagaimana dia bisa kecelakaan?”

Abel dengan susah payah membuka matanya, masih setengah tertidur. Di kejauhan, ia melihat sosok seorang wanita dewasa mendekat. Wanita itu tampak menawan—rambutnya tertata rapi, mengenakan setelan semi-formal dengan tas tangan bermerek yang mahal menggantung di lengannya.

Langkah dan penampilannya sangat mencerminkan sosok wanita profesional yang terbiasa mengatur segalanya. Namun kali ini, wajahnya dipenuhi kecemasan, matanya menatap Auriga penuh tanya.

“Sebentar lagi operasinya selesai, Mba Rieke” jawab Auriga sambil melirik jam di pergelangan tangannya. Nada suaranya tenang, seperti sedang berusaha menenangkan wanita itu.

Abel terpaku di tempat duduknya, matanya masih berat karena kantuk, namun pikirannya langsung terjaga penuh. Ia memperhatikan interaksi antara Auriga dan wanita itu. Satu hal yang membuatnya tercengang adalah bagaimana wanita itu ayahnya "Mas" Dan mengkhawatirkannya.

“Mas Mahen?” gumam Abel dalam hati.

Ia menoleh kembali ke arah mereka, mencoba menenangkan dirinya dari rasa terkejut yang mulai menyusup. Siapa wanita ini? Kenapa dia terlihat sangat khawatir tentang Papa? Dan kenapa... dia memanggil Papa dengan sebutan seperti itu? Abel tidak bisa menahan rasa ingin tahunya, meski dia tetap diam, memandang dengan penuh tanda tanya.

Pikiran-pikiran mulai berputar di kepala Abel. Namun, sebelum ia sempat bertanya, wanita itu terus berbicara dengan Auriga, tanpa menyadari kehadiran Abel yang tengah mengamati mereka dengan ekspresi penuh kebingungan.

Tak lama setelah itu, seorang suster datang menghampiri mereka dengan senyum profesional di wajahnya.

“Maaf, keluarga Pak Mahendra?” tanyanya. “Operasi sudah selesai, semuanya berjalan lancar. Sebentar lagi Pak Mahendra akan dipindahkan ke ruang ICU guna pemantauan ketat 24 - 48 jam kedepan atau mungkin lebih.”

Mendengar kabar itu, wanita asing yang tadi berbicara dengan Auriga langsung bergerak cepat menghampiri suster tersebut. Ekspresinya berubah lega, namun suaranya tetap terdengar tegas.

“Suster, saya keluarganya. Saya calon istri Pak Mahendra,” ucapnya penuh percaya diri, seolah memastikan semua orang tahu posisinya.

Gubrak!

Seperti petir menyambar di siang bolong, kalimat itu menghantam Abel begitu keras baru saja dia merasa lega karena operasi papa lancar. Jantungnya mendadak berdegup kencang, seakan baru saja menerima serangan mendadak. Ia langsung bangkit dari kursinya, menatap wanita itu dengan sorot mata penuh keterkejutan.

Kepalanya segera berpaling ke Auriga, mencari penjelasan. Auriga, yang tampaknya sudah menduga reaksi Abel, segera mencoba menenangkan suasana yang memanas.

“Ah, ya, Suster,” ucap Auriga dengan tenang, melangkah maju. “Kami keluarga Pak Mahendra. Ini putrinya, Arabella.”

Auriga melirik Abel sekilas, berharap gadis itu bisa tetap tenang meski jelas terlihat terguncang.

Sementara itu, wanita asing itu menoleh ke arah Abel, sejenak terdiam sebelum akhirnya tersenyum tipis, entah bermakna ramah atau justru menyindir.

Abel, yang masih sulit mencerna semuanya, hanya berdiri mematung. Pikirannya dipenuhi berbagai pertanyaan Calon istri? Papa nggak pernah cerita apa-apa tentang ini...

Namun sebelum dia sempat berbicara, suster kembali bersuara, mencoba mengalihkan perhatian mereka.

“Baik, mohon tunggu sebentar. Kami akan memindahkan Pak Mahendra ke ruang pemulihan.”

Abel kembali duduk perlahan, tetapi hatinya belum bisa tenang. Kalimat wanita itu terus terngiang di telinganya, dan matanya sesekali melirik Auriga, mencari jawaban yang mungkin tidak akan pernah dia dapatkan langsung dari pria itu.

Wanita asing itu, yang tadi dengan percaya diri menyebut dirinya calon istri Papa, kini tersenyum ramah pada Abel. Ia melangkah mendekat, suaranya lembut namun penuh keyakinan.

“Arabella,” sapanya dengan nada sopan. “Ah, maaf sekali, tadi saya tidak melihat kamu di sana. Saya benar-benar tidak bermaksud mendahului bicara seperti itu.”

Abel hanya mengangguk tipis, menahan diri agar tetap tenang meski hatinya bergolak. “Ah, ya... bukan masalah,” jawabnya singkat.

Wanita itu tampak sedikit gugup, namun berusaha menjaga sikap. “Oh, maaf, mungkin saya lancang bicara seperti tadi, ya. Saya paham itu bisa membuat kamu bingung. Sebelumnya, kenalin saya, Rieke. Saya... teman papa kamu.”

Ia mengulurkan tangannya, menunggu Abel merespons.

Abel menatap tangan itu sejenak, lalu menerimanya dengan sedikit ragu. “Abel,” jawabnya singkat sambil tersenyum tipis. Namun senyuman itu lebih seperti formalitas, tanpa kehangatan.

Setelah beberapa detik, Abel melepaskan genggamannya dan mengangguk sopan. “Maaf, saya mau lihat papa dulu,” katanya cepat sebelum segera berbalik dan melangkah pergi, meninggalkan Rieke.

Langkah Abel diikuti oleh Auriga, yang sejak tadi memperhatikan interaksi mereka dengan diam-diam. Kini, berjalan di belakang Abel, ia akhirnya membuka suara, nada bicaranya tenang namun tegas.

“Fokus saja ke Papa,” katanya. “Saya tahu ini mengejutkan untuk kamu, tapi ini bukan waktunya untuk teralihkan.”

Abel menghentikan langkahnya mendadak. Ia menoleh ke belakang, menatap Auriga dengan mata yang mulai memerah, suaranya terdengar bergetar menahan emosi.

“Papa akan menikah? Dia benar calon istri Papa? Kenapa nggak ada yang kasih tahu aku? Apa Cuma aku yang nggak tahu?”

Auriga terdiam sesaat, mencoba mencari kata-kata yang tepat, Auriga tahu Pak Mahendra belum memberitahu Abel akal soal kedekatannya dengan wanita lain. Namun, sebelum ia sempat menjawab, Abel menghela napas panjang dan kembali melangkah cepat menuju ruang pemulihan, mencoba menenangkan pikirannya yang kini penuh dengan tanda tanya dan kekhawatiran.

Abel berdiri diam di depan ruangan tempat Papa akan dipindahkan, pikirannya kacau, namun ia berusaha mengontrol dirinya. Di sebelahnya, Auriga tetap tenang, meski kehadirannya terus diacuhkan oleh Abel.

Hati Abel sedikit lebih lega setelah mendengar operasi Papa berjalan lancar. "Ya Tuhan terimakasih. Terimakasih untuk kelancaran semuanya."

Tidak ada berita lain yang lebih penting baginya selain mengetahui kondisi Papa baik-baik saja. Namun, bayangan wanita tadi yang dengan santainya mengaku sebagai calon istri Papa kembali menghantuinya.

Abel melirik ke ujung lorong. Wanita itu masih di sana, sibuk menelepon seseorang dengan ekspresi cemas yang terlihat meyakinkan.

Abel mencoba mengalihkan pikirannya. Tiba-tiba, ia teringat Ode, sopir Papa, yang juga dikabarkan menjalani operasi sebelumnya. Seketika, timbul keinginan untuk mencari tahu tentang Ode, sekaligus mencoba mendapatkan kepastian tentang apa yang baru saja ia dengar—Papa akan menikah?

Ketika Abel melangkah pergi, suara Auriga menghentikannya.

“Mau ke mana?” tanyanya dengan nada datar, namun Abel merasa pertanyaan itu menyebalkan.

Apa urusannya dia? Pikir Abel kesal.

“Mencari jawaban? Tentang apa yang barusan kamu dengar?” lanjut Auriga, seolah membaca pikirannya. “Kalau soal Ode, dia sudah dipindahkan ke rumah sakit lain. Pihak keluarganya meminta dia dirawat di tempat kakaknya bekerja.”

Abel menatap Auriga tajam. “Om tahu segalanya, ya? Menyedihkan sekali, aku malah nggak tahu apa-apa.”

Auriga mengangkat bahu ringan. “Hanya kebetulan tahu,” jawabnya singkat.

Abel mendengus pelan, enggan melanjutkan pembicaraan. Ia tidak ingin membiarkan Auriga membaca lebih dalam perasaannya. Tanpa bicara lagi, ia berjalan pergi dari sana.

Entah ke mana, yang jelas ia tidak ingin berada di dekat wanita itu wanita yang berdiri di ujung lorong, menunggu Papa dengan ekspresi cemas yang seolah tulus.

Namun bagi Abel, kehadiran wanita itu hanya membuat hatinya semakin panas.

Namun, saat Abel hendak pergi, tiba-tiba Auriga memanggilnya.

“Arabella?”

Abel langsung menahan langkahnya, tapi tak berniat untuk menoleh. Dia tak ingin mendengar nama itu, tak ingin peduli. Tidak ada yang berhak mengatur hidupnya, tidak ada yang bisa sok peduli dengan apa yang dia rasakan.

“Arabella! Tetap di sini, ini bukan saatnya untuk marah dan terluka atas semua hal yang tak berjalan sesuai harapanmu!” ujar Auriga dengan nada yang penuh penekanan.

“Anda siapa?” kata Abel dengan suara tegas, memutar tubuhnya menghadap Auriga. “Apakah andil Anda untuk papa saya membuat Anda bisa mengatur-ngatur saya juga?” Ucap Abel pedas sekali.

Raut wajahnya menunjukkan kekesalan yang mendalam, seakan-akan Auriga tidak berhak untuk ikut campur dalam kehidupannya dan bagian dari wanita yang datang mengaku calon istri papanya.

Auriga tersenyum skeptis mendengar kata-kata Abel. "What?" Andai saja Abel tahu, semua ini terjadi karena ayahnya. Karena Mahendra, Auriga harus membatalkan keberangkatannya ke California. Banyak hal yang harus dia korbankan, nominal jutaan dollar yang hilang, waktu yang terbuang sia-sia, semua karena perasaan terhutang budi pada Mahendra yang sangat baik padanya. Mahendra lah yang dulu menolongnya saat dia terjerat masalah besar dengan mafia dalam dunia bisnis. Mahendra juga yang sering meyakinkan orang tua Auriga tentang potensinya, saat dia berjuang melebarkan sayapnya.

Namun sekarang, dia harus menghadapi anak Mahendra yang menyebalkan ini. "Sudah tidak suka lolipop? Pantas pedas."

1
Yuliasih
jangan bilang itu ulahnya si rieke,,, tunjukkan saja ga sesayang itu kamu sama bela
Aluna Senja
waduh kenapa tuh abell sampe Riga replek panggil sayang gitu awas aja jangan sampe ulah c nenek sihir
Mom Dee 🥰 IG : devinton_01
ara kenapa thor?? akhirnya kata keramat keluat didepan publik 😂
Andriani
Ode + Cicil.. wkwkwkkkk
🥵🥵🥵
setelah ini apa hubungan mereka akan terbongkar ya sekalian Biar Sahara sadar kalau si om sudah memiliki hati yang harus dia jaga
ah gak sabar nunggu part berikutnya
🥵🥵🥵
woooow ko bisa Ara terjatuh tapi lebih fokus ke panggilan si om untuk Abel sih sayaaang sampe di capslock sama othtor nya 🤭🤭🤭
azalea_lea
aaahhh " sayang" kamu ketahuan... 🤣

tapi ada apa dengan bella kok tiba2 jatuh 😭
Ana💞
akhirnya keceplosan manggil sayang 😍😍😍
Lela
tuh kan jadi keceplosan manggil sayang,,,,apa semuah nya akan ketahuan sekarang gimana reaksi pak mahen kalo tau anaknya pacaran sama rekan bisnisnya,,,,huaaaaa ka tris nambah up untuk hari ini
likerain_1308
mb triss, nambah laah...penasaran nii....
likerain_1308
aw...aw....kamu ketahuuan...panggil2 sayang...sama Arabella 🤣🤣🤣.....Abell knp lagi 🤦‍♀️🤦‍♀️...si jendes mudah2an tau klo Riga panggil2 sayang ke Abell, biar tau diri, pk minta Riga gendong Jevas segala lagii, siapa eloo mba, gedeg bgt sm sahara....dah lah mb tris, ketahuan aja lah si Abell sm Riga 🤭🤭
reerin03
smg ga terjadi apa² sama arabela 😭😭
Yuli a
sweet..sweet...sweet....🥰
🌜melody 🌛
dengan senang hati mas riga pangku kmu bel,😘😘
yanti auliamom
Udah, mending cepet bikin pengumuman aja.
Sama sama single, setara juga... kalian terutama Abel cuma ketakutan aja , udah overthinking takut ga di restuin .
yanti auliamom
Pak pak, saran menyesatkan.
sehebat apa Sahara sampai Auriga di suruh balikan , kecuali emang benar benar baik orangnya.
Rozzy Haris
kenapa suka baper sama semua karya ka Tris yg di noveltoon ya /Kiss/
Latifah Seneng
yg boleh bobok dipangkuan om
Vafajia
ayolah kak... up donk...
udah gk sabar iniehhh...🥺🥺🥺🥺
Rina
abel abel aku rindu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!