Kanara Rusadi, wanita beranak satu yang menikah dengan laki-laki keji karena dijual oleh ibu tirinya. Kanara kabur dari rumah akibat mendapatkan kekerasan dari suaminya. Ia bersama putranya harus hidup serba berkekurangan.
Demi sang putra dan berbekal ijasah SMA, Kanara bertekad masuk di sebuah perusahaan besar milik laki-laki yang pernah dia tabrak mobil super duper mahalnya.
Pertemuan awal mereka meninggalkan kekesalan Brandon. Namun seiring berjalannya waktu, Brandon mengetahui bahwa Kanara sedang bersembunyi dari suaminya dan saat ini berada di dalam bahaya yang mengancam nyawanya.
Brandon yang diam-diam mulai ada rasa pada Kanara, berusaha menyelamatkan wanita itu dari ancaman sang suami yang berkuasa di dunia gelap. Tanpa ia sadari Kanara adalah wanita yang pernah pernah terjerat dengannya sepuluh tahun lalu dan bocah bernama Bian itu adalah putra kandungnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Selesai membantu Kanara makan dan minum obat, Brandon mengantar wanita itu pulang ke tempat tinggalnya. Pria itu menyetir dengan santai, ia tidak ingin membuat Kanara yang sedang berbaring di jok belakang sana tidak nyaman. Karena wanita itu sudah minum obat, Brandon merasa sedikit lebih tenang.
Sebenarnya kalau mau ikut kehendaknya, ia sudah membawa Kanara ke rumah sakit. Namun wanita itu mati-matian tidak mau, Brandon menghargai keputusannya.
Sepanjang perjalanan, ia selalu mencuri-curi pandang ke Kanara dari spion tengah. Dia takut ada apa-apa dan dirinya tidak sadar. Setelah melihat wanita itu sudah tertidur, Brandon kembali fokus menatap ke jalan.
Ingatannya kembali ke kejadian di restoran tadi, saat bibirnya dan bibir Kanara tanpa sengaja menempel. Mengingat peristiwa itu, Brandon tersenyum. Tapi senyumnya langsung menghilang ketika mengingat kenyataan kalau wanita itu sudah menikah.
Apa yang kau harapkan Brandon? Dia sudah menikah.
Kau baru mengenalnya beberapa hari. Tidak mungkin kau akan jatuh cinta padanya secepat itu kan?
Brandon bergumam dalam hati. Tapi semakin dia mengelak, perasaannya semakin galau. Di tambah lagi dengan perempuan yang ia yakini sekarang sedang bersembunyi. Brandon makin yakin. Mulai dari wanita itu dan putranya yang diam-diam masuk ke mobilnya sampai hari ini. Kepanikan Kanara yang melarikan diri dari orang yang entah siapa itu.
Brandon tahu tidak sopan menyelidiki seseorang yang baru dikenalnya, tapi dia sudah sangat penasaran sekarang. Tanpa pikir panjang ia memasangkan earphone yang telah dia sambungkan di handphone-nya ke telinganya, kemudian menelpon Bas, anak buahnya yang serba bisa.
"Iya bos?"
"Aku memiliki tugas baru untukmu." ucap Brandon.
" .... "
Sebelum meneruskan kalimatnya Brandon melirik ke Kanara lagi, memastikan perempuan di belakang sana betul-betul tertidur dan tidak akan mendengar apa yang akan dia perintahkan nanti ke Bas.
"Selidiki wanita bernama Nara Gracia." gumamnya sengaja dia pelan kan volume suaranya. Dia yakin Bas akan tetap mendengar suaranya dengan jelas.
"Nara Gracia? Benar itu namanya bos?"
"Mm. Cari tahu semua tentang wanita itu, setelah kau mendapatkan informasi, langsung hubungi aku."
"Siap bos!"
Brandon lalu memutuskan sambungan, menatap Kanara lagi dari spion tengah, menghembuskan nafas panjang kemudian fokus menyetir. Sekitar dua puluh menit kemudian mereka sampai di lorong masuk kontrakan Kanara. Brandon memarkirkan mobilnya di bawah pohon. Di situ lebih aman karena tidak akan mengganggu kendaraan-kendaraan lain yang melewati jalan tersebut.
Setelah memarkirkan mobilnya, ia keluar membuka pintu jok belakang. Dilihatnya Kanara masih tertidur. Brandon memandangi wanita yang ketiduran itu beberapa detik. Kening wanita itu berkerut dalam tidur, menandakan bahwa dia tidak tenang. Brandon menunduk masuk, hanya setengah tubuhnya yang membungkuk, kemudian ia mengusap-usap Kening Kanara yang berkerut tadi dengan ibu jarinya.
"Kau itu sedang tidur, apa yang kau pikirkan saat tidur sampai dahimu berkerut begini?" gumam Brandon terus mengusap-ngusap kerutan di dahi Kanara sampai kerutan tersebut perlahan menghilang.
Tubuh Kanara berkeringat sekali. Menandakan bahwa panasnya sudah mulai turun. Brandon lalu menggendong wanita itu, ia sangat berhati-hati agar Kanara tidak terbangun. Pria itu berjalan menyusuri gang kecil menuju tempat tinggal Kanara.
Setelah sampai di depan kontrakan kecil, Brandon membuka tas selempang kecil milik wanita itu untuk mencari kunci kontrakan. Sangat cepat di temukan karena dalam tas selempang tersebut isinya hanya dompet serta kunci rumah.
Brandon tersenyum tipis. Biasanya para wanita sangat ribet dan banyak peralatan makeup yang selalu mereka bawa di tas mereka, tapi perempuan yang satu ini tidak. Meski begitu, di mata Brandon wanita ini tetap sangat cantik tanpa riasan sekali pun.
Ceklek
Pintu terbuka. Brandon masuk langsung menuju kamar. Ia ingat pertama kali dia datang ke rumah kecil ini semalam, dirinya juga sedang menggendong putra dari wanita ini dan langsung menuju kamar, seperti yang sedang dia lakukan sekarang.
Hari ini, ia datang kembali menggendong mama dari si bocah semalam. Brandon tersenyum tipis, ia merasa ke depan nanti dirinya akan dengan senang hati minta direpotkan oleh anak dan mama ini.
Brandon membaringkan Kanara di atas tempat tidur dengan sangat amat berhati-hati. Kemudian ia berjalan keluar, mencari-cari letak kamar mandi di sebelah mana. Ia ingin mengambil handuk untuk mengelap keringat Kanara.
Pria itu pun menemukan kamar mandiri yang letaknya di dapur. Brandon memandangi kamar mandi tersebut cukup lama.
Rumah ini kecil, ruang tamunya, kamarnya jangan di tanya lagi, dan kamar mandinya ...
Oh ya ampun, rasanya Brandon ingin membelikan tempat tinggal baru untuk ibu dan anak itu. Setelah mengambil handuk dari lemari kecil dalam kamar mandi, pria itu kembali ke kamar. Ia duduk di tepi ranjang dan mulai menyeka tubuh Kanara yang berkeringat.
Ia menyeka kening, wajah, leher sampai tangan Kanara ia usap dengan lembut pakai handuk. Setelah merasa sudah kering, Brandon menatapi wajah wanita itu. Matanya susah sekali berpindah dari wajah cantik wanita itu dan terpaku lama di sana. Lalu pandangannya fokus ke satu titik.
Bibir.
Bibir merah muda yang amat merona seakan menggodanya. Jantung Brandon berdebar-debar keras. Ia menahan diri dan cepat-cepat berdiri menjauh.
Pria itu menjadi bingung sesaat. Kenapa perasaan yang dia rasakan saat ini sama sekali dengan yang dia rasakan malam itu?
Mungkin malam itu dia dipengaruhi dengan obat sialan itu yang membuatnya sangat terangsang. Namun jebakan yang dilakukan seorang wanita ja-lang padanya, membuatnya berakhir dengan meniduri seorang gadis perawan yang sampai sekarang belum dia temukan. Brandon kembali menatap wanita itu lama.
Perasaan macam apa ini? Dia ingin bertanggung jawab pada wanita yang telah dia perkosa sepuluh tahun lalu, tapi sekarang dirinya jatuh hati pada wanita lain yang baru dia kenal. Tidak bisakah mereka adalah orang yang sama? Brandon mengusap wajahnya kasar. Tidak mungkin bisa sekebetulan itu kan? Ini bukan seperti di film-film.
Tiba-tiba ia melihat mata perempuan itu terbuka. Kanara terdiam beberapa detik, kemudian cepat-cepat bangun setelah menatap ke jam dinding dan menyadari sesuatu.
"Kau mau kemana?" Brandon menahannya turun dari atas ranjang. Kanara sendiri baru sadar bos-nya ada di rumahnya. Lebih tepat di dalam kamarnya. Meski begitu tak ada kekhawatiran sama sekali dalam hatinya padahal ada orang lain di rumahnya, laki-laki pula. Meski orang tersebut adalah bos-nya.
"Bian, aku harus ke sekolah menjemput putraku. Sekarang sudah jamnya pulang sekolah. Dia pasti belum makan siang." kata Kanara. Ia berusaha turun tapi tidak di ijinkan oleh Brandon. Laki-laki itu menahannya.
"Kau masih lemah. Tunggu di sini saja biar aku yang jemput putramu."
"Tapi ..." Kanara menatap Brandon tidak enak.
"Tunggu di sini. Aku berjanji akan membawa putramu pulang dengan keadaan baik. Percayalah padaku." balas Brandon pasti. Kanara pun akhirnya setuju.
"Sekolahnya yang di SD depan kan?"
"Mm. Cari di ruangan kelas 4. Namanya Bian Gracia."
Bian Gracia? Tidak pakai marga ayah kandungnya?
"Baik, tunggu aku." Brandon berbalik pergi.
iya bos tes dna aja sambil nunggu info lengkap dr pengawalmu,,,
bian sini onty bisikin lg,, bos brandon itu daddymuuuu😍
aku suka