FOLLOW IG @thalindalena
Dia hanya sebagai istri pengganti, tapi dia berharap merasakan bulan madu impian seperti pasangan suami istri pada umumnya. Tapi, bagaimana jika ekspetasi tidak sesuai dengan realita. Justru ia merasakan neraka pernikahan yang diciptakan oleh suaminya sendiri, hingga membuatnya depresi dan hilang ingatan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gengsinya Setinggi Menara
Dada Lio terasa panas ketika melihat Leo mendekati Lara. Dia tidak tahu dengan apa yang telah terjadi pada dirinya sendiri. Entah kenapa bisa sekesal ini. Kedua tangannya terkepal erat, kedua matanya menatap tajam Leo yang terus menggoda Lara. Dia berjalan melangkah mendekati mereka, menuju ruang makan yang menyatu dengan dapur, dua ruangan itu tidak bersekat.
Tanpa suara, langsung duduk di kursi ruang makan.
Leo menaikkan sebelah alisnya, menatap tidak suka Lio. Sedangkan Lara fokus memasak, tidak mempedulikan dua pria itu. Ingin segera menyelesaikan pekerjaannya, agar segera pergi dari sana.
"Kenapa kau di sini?!" Leo bertanya dengan nada sinis.
"Ini rumahku, jadi sangat aneh jika kau bertanya seperti itu!" balas Lio dengan nada tak kalah sinis. "Jangan lupakan, kalau kau hanya tamu di sini!" lanjutnya dengan nada menekan.
Leo menaikkan kedua bahunya secara bersamaan, sama sekali tidak tertekan dengan kata-kata Lio. Dia acuh tak acuh dengan segala sikap Leo. Dan kini memilih fokus pada Lara yang sudah selesai memasak, dan kini menyajikan menu makanan Italia di atas meja.
"Wow! Selain cantik, ternyata kau juga sangat pandai memasak." Leo memuji Lara secara terang-terangan, sambil melirik Lio dengan sinisnya. Ingin melihat reaksi teman sialannya itu.
"Beruntung sekali pria yang mendapatkanmu," lanjut Leo, semakin mengompori Lio, melirik pria tersebut yang tengah meminum air putih.
"Seharusnya, tapi sepertinya nasib baik tidak berpihak padaku." Lara menjawab santai, namun kalimatnya mengandung sindiran keras untuk Lio.
Yang disindir malah sok tidak peduli, padahal api amarah sudah membara di dalam hatinya. Gengsinya setinggi menara.
"Duduklah, Lara. Maka bersama kami," pinta Leo.
Lara menggeleng, "tempatku bukan di sini." Lara ingin beranjak tapi langsung di tahan Leo.
"Kau jadi manusia kejam sekali! Bukankah wanita cantik ini sudah menjadi istrimu, lalu kenapa kau tidak membiarkannya duduk bersama di meja makan?" Leo melontarkan sebuah pertanyaan yang membuat Lio mati kutu, namun wajahnya tetap menunjukkan keangkuhan.
Lio mendengus seraya menatap Lara, "kata siapa aku tidak mengizinkannya!" balas Lio, lalu menarik tangan Lara agar duduk di sampingnya.
Lara tersentak kaget, mau tidak mau duduk di samping Lio. Kedua matanya menatap lengannya yang masih di genggam Lio.
Lio langsung melepaskan tangan Lara ketika menyadarinya.
Lara duduk canggung di samping Lio. Bahkan dia tidak tahu harus berbuat apa. Rasa cinta di hatinya, masih ada. Meski dia mengatakan menyesal karena pernah mencintai pria seperti Lio, namun di lubuk hatinya yang paling dalam nama Lio masih terpatri di sana.
"Sudah malam, lebih baik aku ke paviliun." Lara langsung berdiri, beranjak dari sana tanpa menunggu persetujuan dari Lio.
Lio meletakkan sendok dan garpu ke atas meja dengan kasar. Menatap tajam Leo penuh permusuhan, "jangan mendekati Lara lagi!!!"
"Larangan di buat untuk di langgar 'kan?" Leo malah mengejek temannya itu. "Lio, kau mengenalku seperti apa. Aku tidak akan mundur. Aku akan berusaha mendapatkan hati Lara. Atau begini saja, kau 'kan tidak menginginkannya, bagaimana kalau lepaskan Lara, dan aku akan menerimanya dengan lapang dada."
"Shiit!!!" maki Lio sudah tidak dapat menahan emosinya lagi.
"Kenapa kau marah? Apa kau mencintai Lara? Tapi gengsi?"
***
Guys maaf ya slow update, keyboard laptop emak eror. Jika ada typo akan segera di perbaiki.
tp kyanya lara pasti bisa mnerima calon logan, pling tidak ada sedikit sejarah lara yg mdh2an bisa bersikap bijak ya... krn perempuan mnjdi pihak yg dirugikan kl terjadi hal2 yg kurang baik....
kamu keciduk logan 😅😅😅