Keluarga Wezumo adalah salah satu keluarga paling berkuasa di Asia. Mereka menguasai pasar bisnis dan memiliki perusahaan raksasa yang bergerak di bidang otomotif, Fashion dan properti.
Darrel, putra sulung keluarga Wezumo terpaksa menikahi Hope Emilia, putri seorang sopir keluarganya. Dua tahun menikah, Darrel tidak pernah menyentuh Hope, hingga Darrel tidak sengaja meminum obat perangsang malam itu.
Hubungan keduanya makin dekat saat Darrel mengangkat Hope menjadi asisten dikantornya. Namun kemunculan seorang pria tampan yang amat berbahaya di dekat Hope memicu kesalahpahaman di antara keduanya.
Belum lagi Hope tidak sengaja mendengar fakta sebenarnya dibalik pernikahan mereka. Membuatnya berada dalam pilihan yang sulit. Meninggalkan Darrel, atau mempertahankan pria itu bersama anak Darrel yang ada dalam kandungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 32
"Bagaimana kau bisa tahu dia mencintaiku?"
Keno memutar bola matanya malas.
"Sekarang aku tanya padamu, wanita bodoh mana yang akan tahan hidup dengan laki-laki yang berstatus sebagai suaminya namun tidak pernah menyentuhnya selama lebih dari dua tahun?"
"Aku sudah menyentuhnya." jawab Darrel.
Keno tergelak.
"Benar. Tapi kau menyentuhnya setelah dua tahun menyia-nyiakan dia."
Kalimat itu sukses membuat Darrel terdiam. Keno benar. Dia memang menyentuh Hope setelah lebih dari dua tahun pernikahan mereka. Kalau dia di posisi Hope, mungkin dia sudah minta cerai.
"Kalau menurutku, istrimu itu sudah jatuh cinta padamu. Kalau tidak, kenapa dia tidak meminta cerai padahal kau jelas-jelas bersikap begitu dingin padanya dulu. Tapi biar lebih jelas, sebaiknya kau bertanya langsung. Jangan-jangan aku yang telah salah menduga-duga. Kemungkinan dia tidak mencintaimu juga ada."
Padahal kalimat awalnya sudah sangat enak di dengar oleh telinga Darrel, namun kalimat penutup Keno sukses membuat Darrel ingin menonjok laki-laki itu.
Keno tertawa kecil. Wajah Darrel yang kesal karena takut tidak dicintai balik oleh sang istri malah membuatnya merasa lucu.
Drrtt ... Drttt ...
Ponsel Darrel berbunyi. Ia cepat-cepat angkat karena panggilan tersebut dari Dion.
"Halo,"
"Kami sudah memeriksa cctv."
"Siapa? Apa niat mereka? Apakah mereka sengaja ingin menyakiti istriku?" tanya Darrel bertubi-tubi. Keno di sebelahnya ikut penasaran dengan pembicaraan dari bos sekaligus sahabatnya tersebut di telpon.
"Kemungkinan besar tidak. Terlihat dari rekaman cctv mereka sedang berusaha kabur dari musuh mereka dan mendatangi mobil dengan acak. Kebetulan mereka berhenti di mobilmu karena ada istrimu di dalamnya.
Sialan. Meski lega sang istri tidak mendapatkan sasaran kejahatan, Darrel tetap tidak terima isterinya mendapat perlakuan tidak enak seperti itu. Hope pasti syok. Wanita itu belum pernah ada di situasi seperti itu.
"Satu hal lagi, kami kesulitan mencari tahu siapa para preman itu. Video cctv-nya agak buram dan orang-orang tersebut banyak membelakangi kamera, sehingga wajah mereka tidak terlihat jelas. Bagaimana, apa kau ingin aku terus mencari cara untuk menyelidiki siapa sebenarnya orang-orang itu?"
Darrel belum langsung menjawab. Laki-laki itu masih berpikir-pikir.
"Sudahlah. Yang penting istriku sudah baik-baik saja sekarang. Tidak perlu di selidiki lagi." putus pria itu akhirnya.
"Baiklah kalau begitu."
Lalu sambungan terputus.
"Ada yang menyakiti Hope?" tanya Keno. Darrel menghadapkan kepalanya ke laki-laki itu.
"Mm. Tapi kemungkinan mereka hanya ingin merampas mobilku untuk kabur dari orang lain. Kebetulan hanya Hope sendiri yang berada di dalam mobil, jadi mereka membuatnya ketakutan."
"Ohh ..."
"Aku ke kamar dulu." Darrel pun berdiri dari bangku panjang tersebut. Badannya juga sudah agak capek. Dia butuh berbaring sebentar.
"Oh ya, Aku ada vitamin yang akan membuatmu merasa lebih bugar. Termasuk kondisi itu mu. Pasti kau ingin menyerang istrimu lagi nanti malam bukan?"
Alis Keno bergerak naik turun dengan seringai nakal. Darrel hanya menggelengkan kepala. Laki-laki itu memang banyak sekali akal dan pengalamannya kalau mengenai begitu-begitu.
"Vitamin itu betul-betul berkhasiat. Reaksinya cepat, jangan khawatir. Aku yakin kamu akan kuat sampai beronde-ronde."
Darrel terkekeh.
"Stamina alamiku sudah kuat tanpa vitamin tidak jelas milikmu itu." setelah berkata seperti itu, ia pun pergi. Keno mengangkat bahu melihat kepergian Darrel. Dia hanya memberi tawaran tadi, tapi kalau Darrel tidak tertarik ya sudah.
Ketika Darrel masuk ke kamar mereka, pandangannya jatuh ke Hope yang tertidur pulas di ranjang. Jendela kamar terbuka-buka, menyebabkan angin yang cukup kencang itu masuk sampai ke dalam. Darrel memperhatikan Hope yang kadang-kadang terusik tiap kali angin menerpa kulitnya.
Lelaki itu pun berjalan ke arah jendela dan menutupnya. Setelah itu ia berjalan kembali, membuka sepatunya dan naik ke ranjang. Berbaring di samping Hope, tak lupa mengamati wajah wanitanya.
Sangat lama Darrel menikmati pemandangan melihat istrinya yang tertidur nyenyak. Pria itu tersenyum. Tangannya sesekali terangkat menyelipkan anak rambut Hope yang berjatuhan ke belakang telinga. Lalu mengamati wanita itu lagi.
"Apakah kau juga mencintaiku?" Darrel bertanya dalam hati.
Kalau memang benar Hope memiliki rasa yang sama dengannya, dia akan mengatakan perasaan yang sudah ia pendam selama ini. Tidak akan gengsi lagi menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya. Tidak akan sembunyi-sembunyi lagi memperhatikan wanita itu, dan berjanji akan memberikan seluruh hidupnya kepada sang istri.
Ya. Sebesar itu memang perasaan Darrel terhadap Hope. Pria itu tersenyum. Sesaat kemudian ia ikut tertidur di samping sang istri.
Jam lima tepat alarm berbunyi. Membangunkan Hope dari tidurnya. Di saat wanita itu membuka mata, ia melihat suaminya berbaring disampingnya dengan mata tertutup. Tangan pria itu melingkar di pinggangnya. Pantas waktu Hope terbangun tadi dia merasa ada tangan di pinggangnya.
Hope tersenyum. Ia ingin berlama-lama berbaring dikasur bersama suaminya, tapi tidak bisa. Sekarang sudah jam lima, ia harus cepat ke kolam. Nanti Lina nungguin lagi.
"Apa aku bangunkan mas Darrel saja?" Hope bergumam sendiri.
"Tapi mas Darrel pasti kelelahan. Biar dia istirahat saja." ucapnya lagi mengurungkan niatnya.
Ia berusaha tidak membuat keributan apapun yang akan membuat suaminya terbangun. Dengan berhati-hati Hope melepaskan tangan Darrel yang melingkar di perutnya. Kemudian turun dari ranjang dengan sangat amat berhati-hati.
Tapi sesaat kemudian ia kaget bukan main karena tubuhnya ditarik kembali sehingga ia jatuh terlentang di tempat tidur.
"Mas!" Hope memekik kecil. Suaminya ternyata sudah bangun dan kini sedang mengungkung tubuhnya.
"Kau sudah mau pergi ke kolam renang?" tanya Darrel. Hope mengangguk. Ia merasa geli karena tangan suaminya membelai seluruh wajahnya.
"Bagaimana kalau besok pagi saja mandi kolamnya? Aku janji akan menemanimu." gumam pria itu terus membelai lembut wajah Hope. Membangkitkan suasana yang tidak dapat Hope jelaskan dengan kata-kata.
"Tapi mas, a ... Aku sudah janji dengan kak Lina ta ... tadi ..." Hope menahan napas saat tangan suaminya turun, masuk ke dalam kaos yang dia kenakan. Menggapai perutnya, dan naik terus sampai ke belahan dadanya.
"Tapi aku lagi ingin main ..." Darrel menatap Hope, tatapannya horny. Kalau sudah begitu, Hope tahu ia pasti sulit untuk kabur. Jelaslah dia harus mengutamakan suaminya daripada orang lain. Apalagi dia sudah berjanji pada dirinya sendiri akan mengabulkan apapun keinginan suaminya.
"Temani aku main ya, tidak mungkin kan aku main sendiri ..." gumam Darrel memohon. Tatapannya lembut, semakin membuat Hope tidak tega menolak.
"Eungh ..." lenguhan kecil keluar dari mulut Hope saat Darrel mencubit pelan pu-tingnya.
"Ba ... Bagaimana kalau kak Lina datang ke sini manggil aku m ... Mass?" suaminya terus memelintir bagian itu, menyebabkan Hope tersiksa karena godaan nikmat yang benar-benar tidak bisa dia tolak. Padahal tadi pagi mereka baru melakukannya.