Misteri Desa Bapak Mertua

"mbah mbah tolong ini temen saya...!" teriak farel sembari memapah saqi menuju amben yang sama dengan maya.

"sini sini biar gue geseran,"

Setelah di baringkan, saqi makin berteriak kesakitan. Nafasnya tersengal sengal seperti di cekik oleh sesuatu yang tak kasat mata.

"lah ini kenapa?" tanya mbah muji yang baru saja selesai sembayang.

"gak tau mbah tadi dari luar tiba tiba begini padahal cuma nungguin saya ke kamar mandi," ucap sintia panik.

"paling kena sawan ini, sebentar," mbah muji mengambil air kembang yang ada di gentong tanah di pojok ruangan, ia juga membacakan beberapa ajian yang tak di ketahui oleh ke empatnya.

Setelah itu mbah muji mulai mencipratakan air itu ke tubuh saqi dari kepala sampai ke kakinya, "kalau keluar malam hati hati, nanti kayak gini,"

"emangnya ini kenapa mbah?" tanya maya.

"kena sawan, biasanya kalau lewat di tempat tempat wingit ya begini,"

"tapi tadi kita cuma lewat jalan biasa kok mbah pas kesini gak mampir mampir," jelas farel.

"ya mungkin ada yang ngikutin emang an," setalah di obati, saqi langsung tak sadarkan diri di sebelah maya.

"sudah, nanti juga bangun, "

......................

"arya, tadi kamu tangkap ayam lagi? Untuk apa?" tanya pak Kusnadi.

"iya pak buat syarat, tadi siang tiba tiba maya di serang sama bisma pak. Banyak luka luka jadi harus di obati mbah muji,"

"dia itu...! Sudah di kurung?" tanya pak kus.

"sudah di pasung pak, tadi aku kalap jadi ku hajar," ucap arya dengan raut wajah menyesal.

"ya bagus, biarkan saja... Maya itu siapa?"

"loh bukannya udah aku kasih tau ya pak? Dia itu anak anak kota itu loh pak yang dateng kesini itu yang ke balai desa," jelas arya.

"ohh ya lupa bapak... kamu suka?"

"gak tau pak, aku ke rumah mbah muji dulu ya pak udah malam juga kayaknya aku nginep di sana nunggu maya pak,"

"yaudah sana, oh ya kamu udah mampir ke rumah nirmala? Adiknya kan lagi sakit, jangan lupa di jenguk loh... Dia kan temanmu dari kecil,"

"besok aja pak, arya mau ke rumah mbah muji dulu,"

"hmm yowes deh... Kalau kamu mau nikah ngomong aja sama bapak gak usah takut," ucap pak kusna.

"halah gak ada calonnya to pak, udah lah pak gak berangkat berangkat aku kalau bapak ngajak ngomong terus,"

"iyo iyo udah sana, hati hati jangan lupa juga bawa payung,"

"ya pak, arya berangkat dulu," pamit arya, ia berangkat ke rumah mbah muji berbekal obor, payung dan dua ekor ayam cemani.

"mas,"

"ehh... Astaghfirullah aku kira siapa to," kaget arya.

"mau kemana mas?" tanya dewi.

"ini mau anter ayam ke rumah mbah muji, kamu ngapain malam malam keluar rumah?"

"dari warung mas, sekarang jadi lebih enak kalau mau keluar gak perlu takut lagi gak ada batas waktunya kayak kemarin kemarin,"

"yasudah cepet sana pulang gak elok di luar rumah malam malam, gadis lagi nanti ada apa apa loh,"

"mas kamu suka sama maya?" tanya dewi menggoda.

"ealah orang orang ini... Kenapa suka banget nanya gitu, udah sana pulang, aku buru buru," usir arya, ia kembali melangkahkan kakinya meninggalkan dewi yang masih diam di tempatnya.

"heleh malu malu, bilang aja kalau suka," kekeh dewi.

......................

"mbah,"

"mana ayamnya? Ada?" tanya mbah muji.

"ini ada mbah, mau di sembelih sekalian atau gimana?"

"gak usah, tarok di belakang aja sana,"

"njih mbah," sekilas arya melihat ke arah amben, ia heran kenapa saqi tidur bersama maya.

"itu kenapa mbah kok tidur satu amben?"

"sebenarnya tadi kesini mau jenguk tapi malah kena sawan, gak tau ketemu siapa,"

"ketemu darjo kali, belakangan ini emang sering kelihatan," jelas arya.

"darjo? Yang tenggelam di air terjun itu? Yang jasad nya gak ketemu dimana?" tanya mbah muji.

"iya mbah, waktu di sawah tadi pagi pada bicarain dia. Katanya banyak yang lihat,"

"kamu pernah lihat?"

"enggak, jalan sesepi apapun di malam hari aku gak pernah lihat atau ketemu," ucap arya santai.

"ya semoga gak ketemu aja lah, kamu mau tidur disini nemenin maya?" tanya mbah muji.

"tapi udah ada temennya yang nemenin, kayaknya gak usah lah mbah,"

"ya situ tidur di kursi panjang, disini saja bantu aku jagain mereka. Aku sendiri kalau mereka kenapa kenapa bingung, gak bisa cepet karena gak ada yang bantuin,"

"ohh... Ya sudah mbah, nanti saya ikut jaga mereka,"

......................

"bangun anjing...!" maki maya yang merasa kesakitan karena perutnya terdesak lutut milik saqi.

"ehh... Apa apa?" tanya saqi linglung.

"bangun anjing sakit, lo tidur apa nari?"

"sorry sorry," saqi mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum duduk. Ia melirik arloji di tangannya yang baru menunjukkan pukul empat pagi.

"eh itu arya tidur disini, kayaknya mau jagain lo deh," tunjuk saqi.

"kasian ya, padahal dia gak salah tapi harus tanggung jawab sama kelakuan adiknya. Pasti gak enak tu tidur di kursi sempit gitu,"

"ya kalau bukan arya yang tanggung jawab mau siapa? Bapaknya?"

"ehh gue mau nanya,"

"apa?"

"lo percaya sama mitos tentang desa ini?" tanya maya serius.

"ya setelah lihat bisma gue percaya harusan, karena penyakitnya itu gak masuk akal juga. Dan itu bukan syndrome atau autoimun mungkin, jadi gue percaya aja," jawab saqi santai.

"terus lo mau nikah gitu? Tapi kenapa lo setuju kemarin mau pamitan sama warga?"

"ya itu gue masih ragu, tapi denger bisma segila itu pengen sembuh, gue jadi takut dan milih buat percaya. Lo sendiri?"

"ya gue juga percaya, gue juga takut. Tapi gue pengen pulang,"

"ya udah masuk sini mau gimana lagi may? Gak ada yang bisa lo lakuin kan selain nikah sama orang sini," ucap saqi.

"kok lo santai banget sih anjing! Emang lo mau nikah sama orang sini?" tanya maya kesal.

"ya mau lah orang cantik cantik kok haha, lagian di kota, gue gada suka siapa siapa jadi santai aja," kekeh saqi.

"alah lo mah bercanda mulu monyet, dah lah gue mau tidur lagi," kesal maya.

"tidur mulu nanti ni tempat bolong bloon,"

"ya namanya juga lagi sakit setan! Lo nih...!" maya sudah mengangkat tangannya untuk memukul saqi namun arya langsung menghentikannya.

"ehh maya jangan kasar sama orang, gak baik... Kalian ini pagi pagi sudah bertengkar, ayo mending kalian cuci muka biar seger," ajak arya.

"ehh mas arya... Iya mas," ucap maya malu malu.

"yaelah giliran arya dah bangun lembut amat lo kayak ubur ubur, tadi aja lo udah kayak banteng maki maki gue,"