Merci

KENAPA HARUS MENJADI MAFIA

PLACE DAUPHINE - Paris. 09:27 am.

Di sebuah tempat cafe yang dikenal dengan tempat rahasia, dikarenakan daerah Place Dauphine terletak di tengah-tengah bangunan yang mengelilinginya.

Aami, Darrel, dan Curtis tengah menunggu di cafe tersebut sembari menikmati kopi di pagi hari. Aami melihat ke arloji miliknya dengan mendengus kesal.

"Kenapa Z belum datang juga, sudah setengah jam kita menunggu disini." Ujar Aami.

"Mungkin karena pesta semalam membuatnya lelah!!" balas Curtis tersenyum santai, yang sudah mengetahui soal Cassea lebih dulu.

Darrel dan Aami menjadi curiga setelah ucapan Curtis yang selalu teka-teki. "Bicara yang jelas. Dasar ridicule (konyol)." Balas Aami melempar satu kacang ke arah Curtis.

Melihat tingkah dua temannya, Darrel hanya tersenyum. Tidak ada yang membuatnya terhibur, selain melihat pertengkaran Aami dan Curtis.

Tak lama Zach datang mengenakan jaket tebal berwarna hijau tua, dengan kacamata hitam yang membuatnya terlihat Cool.

"Maaf aku terlambat." Ucap Zach yang kini sudah duduk diantara ketiga temannya tadi.

"Kami bisa memaafkan mu, setelah kau membayar ini semua." Kata Darrel yang juga disetujui oleh Curtis dan Aami.

"Baiklah, aku akan membayar semuanya." Jawab Zach pasrah untuk menebus kesalahannya.

Keempat orang itu mulai berdiskusi mengenai hal yang sangat serius, seakan mereka adalah detektif yang tengah menjalankan misi.

"Hari Rabu. Hari dimana Lowray Chadwick akan pergi ke pertemuan para Mafia terbesar dari Luar Negeri." Jelas Aami.

"Jadi apa rencana mu?" tanya Darrel kepada Aami.

Aami tersenyum, melihat ke arah Curtis. Melihat senyuman manis dari Aami, Curtis menghentikan aktivitas makan kacangnya tadi dan mulai menerangkannya kepada yang lain.

"Aku sudah mengatur semua! Zach dan aku akan menyamar menjadi salah satu pengawal disana. Sementara Aami dan Darrel akan bersembunyi dan mengawasi keadaan lewat kamera tersembunyi." Jelas Curtis menyeringai.

"Bagaimana kita bisa masuk?" tanya Zach.

"Tenang, aku yang akan mengatur semuanya bersama Aami!" jawab Darrel sembari melirik kearah Aami.

Kini keempat orang tersebut sudah memiliki tugas masing-masing yang masih belum diketahui maksud dari misinya itu. Zach sebagai ketua hanya bertugas menerima informasi dan menunggu perintah selanjutnya.

...***...

Universitas Paris.

Suara ricuh menyelimuti keadaan kampus saat ini. Cassea dan Lea yang baru saja datang, kini berjalan ke koridor menuju kelas mereka.

"Kau pakai mobil panjang lagi tuan putri?" tanya Lea seraya tertawa.

"Demi hubungan baik dengan ayahku, aku akan melakukan nya." Jawab Cassea sedikit malas.

Saat asik mengobrol hanya berdua saja, dari belakang Joe dan kawan-kawan mengagetkan Cassea dan Lea yang membuat kedua wanita itu marah.

"Cassea, kau tidak pergi ke Club lagi? Sudah lama aku tidak melihatmu minum." Kata Joe.

"Tidak lagi." Jawab Cassea tersenyum tipis.

Lea senang mendengar temannya sudah menolak kegiatan malamnya selama ini. Tapi Joe dan kawan-kawan justru terlihat sedih dan banyak bertanya soal alasan Cassea hingga membuat Lea merasa bising jika terlalu dekat dengan Joe.

"Sudah. Ayo Cassea! Kita pergi saja dan jauhi pria bernama Joe ini. Ayo!" ajak Lea yang langsung menarik tangan Cassea. Sementara Cassea hanya tersenyum melambai ke arah Joe dan yang lain.

Saat pelajaran dimulai, Cassea melamun, memikirkan ucapan Zach saat pria itu mabuk, juga kejituan Zach yang membuat Cassea sedikit curiga.

Sementara Cassea masih di kampus. Khey berjalan menggunakan jas rapi layaknya pengusaha muda, tengah berjalan menuju ruangan ayahnya.

Tok, tok, tok. Suara ketukan pintu yang dibuat oleh Khey. Dari arah dalam, suara yang tegas menjawab ketukan tadi dan membuat Khey boleh masuk ke dalam. Wanita berambut coklat keemasan itu memberikan sebuah berkas Pekerjaannya kepada ayahnya, pemilik perusahaan Accord itu.

Lowray menerima berkas tersebut dan melanjutkan kerjanya, sementara Khey bukannya pergi, wanita itu masih berdiri di depan meja ayahnya.

"quoi de neuf khey? (Ada apa Khey?)" tanya ayahnya.

"Em.. Ayah! Apa Cassea akan menggantikan posisiku menjadi Manager disini?" tanya Khey pelan.

Lowray yang tadinya sibuk melihat berkas, seketika mata tajamnya melihat ke arah Khey.

"Pas (tidak)." Jawab ayahnya dengan bahasa Perancis.

Di dalam hati khey sangat senang karena dirinya masih mendapat peluang untuk memiliki perusahaan ayahnya. Tapi disisi lain juga dirinya penasaran, jabatan apa yang akan diberikan kepada Cassea.

Khey ingin bertanya pada ayahnya, namun dia takut jika dimarahi karena ingin tahu. Apalagi dia sudah mengenal sifat dan watak ayah Tirinya itu.

...***...

Di langit sudah tidak terlihat adanya burung berterbangan, hanya ada bintang yang tidak begitu banyak, menandakan bahwa hari sudah malam. Setelah makan malam selesai, Cassea dipanggil ke ruang kerja ayahnya.

"Khey sudah ada di perusahaan, jadi ayah tidak bisa memasukan mu disana." Jelas ayahnya pada Cassea.

Firasat Cassea sudah tidak enak dengan pembicaraan kali ini, entah kenapa hatinya sangat takut yang datang tiba-tiba.

"Ikut Ayah." Pinta ayahnya yang berjalan lebih dulu.

Cassea dan ayahnya masuk di sebuah lift rahasia, yang bahkan Khey dan Ibunya tidak tahu soal lift itu. Bahkan Cassea pun terkejut, kali pertamanya dia melihat ruang rahasia yang disembunyikan ayahnya. Ruangan itu ada dibawah tanah, saat Cassea dan ayahnya sampai, pintu lift terbuka.

Betapa terkejutnya Cassea saat melihat ruangan yang begitu indah dan berkesan mewah disana. Tidak hanya itu, banyak sekali pria maupun wanita yang mengenakan setelan hitam tengah berlalu-lalang disana.

Melihat ayah Cassea datang, semuanya memberi hormat kepada Big Boss mereka. Cassea berjalan di belakang ayahnya, sehingga mereka sampai di sebuah ruangan. Sebut saja itu adalah ruang rahasia Lowray Chadwick.

Tidak hanya indah, Cassea dikejutkan dengan banyaknya senjata api yang mulai dari kecil sampai besar melekat di dinding, mulai dari biasa hingga ke canggih.

"Kau akan menggantikan Ayah, dan melanjutkannya sebagai pemimpin geng Mafia Ayah." Ucap ayahnya.

Cassea melebarkan matanya dan terkejut mendengar keputusan yang kini sudah dia tebak dan takuti akan terjadi.

"Tapi Ayah, aku-aku tidak bisa. Aku tidak ingin menjadi Mafia." Jawab Cassea menolak baik-baik.

"Jadi kau akan menentang perintah Ayahmu? Dan semua ucapanmu itu hanya bohong?" tanya ayahnya dengan tegas.

Cassea terdiam dengan kepala tertunduk menahan air matanya. Cassea tidak ingin dan tidak suka berhubungan dengan geng mafia ataupun agen rahasia atau berbau politik dan pertarungan. Disisi lain, dia juga ingin memperbaiki hubungan baiknya dengan ayahnya selama ini.

"Je l'accepterai, père (aku akan menerimanya, Ayah)." Jawab Cassea setelah berpikir panjang dengan terpaksa.

Seketika Cassea mendapat pelukan pertamanya dari sang ayah, setelah bertahun-tahun lamanya, Cassea bisa merasakan pelukan yang dulu sudah hilang, pelukan yang begitu hangat dan pelindung yang kokoh bagi seorang anak perempuan. Dengan air mata, Cassea membalas pelukan ayahnya dan menangis dengan suara yang dia tahan.

-'Kau tidak suka Mafia, tapi Anakmu akan menjadi seorang Mafia, Caline.' Batin Lowray.

.

.

.

Di dalam kamar yang sunyi dengan angin deras yang masuk lewat jendela besar yang terbuka lebar. Cassea melihat ke arah langit lewat jendela besar yang ada di kamar nya.

Dia melihat satu bintang bersinar lebih terang dan besar dari yang lainnya. Selama ini, Cassea hanya bisa bicara kepada bintang yang dia anggap itu adalah ibunya.

"Ibu, maafkan aku, aku tahu ibu juga membenci Mafia. Jika ibu tahu kalau aku menjadi seperti ayah, kau pasti memarahiku 'kan?" gumam Cassea menangis.

Air mata bercucuran sangat deras, Seakan Cassea baru saja membunuh seseorang, hingga dia sudah merasa bersalah dan menangis sesenggukan.

Seperti biasa, Cassea menerbangkan sebuah balon berwarna kuning dengan smile dan tulisan yang selalu ia buat saat merasa sedih.

Balon kuning itu terbang di gelapnya malam. Dari arah yang sangat jauh, Zach melihat sebuah balon kuning terbang tertiup angin, hal itu membuatnya tersenyum tipis.