cerita sampingan "Beginning and End", cerita dimulai dengan Kei dan Reina, pasangan berusia 19 tahun, yang menghabiskan waktu bersama di taman Grenery. Taman ini dipenuhi dengan pepohonan hijau dan bunga-bunga berwarna cerah, menciptakan suasana yang tenang namun penuh harapan. Momen ini sangat berarti bagi Kei, karena Reina baru saja menerima kabar bahwa dia akan pindah ke Osaka, jauh dari tempat mereka tinggal.
Saat mereka duduk di bangku taman, menikmati keindahan alam dan mengingat kenangan-kenangan indah yang telah mereka bagi, suasana tiba-tiba berubah. Pandangan mereka menjadi gelap, dan mereka dikelilingi oleh cahaya misterius berwarna ungu dan emas. Cahaya ini tampak hidup dan berbicara, membawa pesan yang tidak hanya akan mengubah hidup Kei dan Reina, tetapi juga menguji ikatan persahabatan mereka.
Pesan dari cahaya tersebut mungkin berkisar pada tema perubahan, perpisahan, dan harapan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon raffa zahran dio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 : Pertemuan dengan tiga saudara.
Deburan drum perang menggelegar, membaur dengan teriakan-teriakan yang nyaris tak terdengar di tengah gempuran senjata. Asap hitam membubung, menyelimuti langit siang yang cerah, sesekali tertembus sinar matahari yang menyilaukan. Bau anyir darah dan keringat membaur dengan aroma tanah kering berdebu, menusuk hidung. Di tengah kekacauan itu, Reina dan Kei melangkah santai, seakan tak terusik oleh badai di sekitar mereka.
Reina menoleh ke Kei, "Eh, Kei. Dua bulan lalu, kamu baca novel 'Romance of the Three Kingdoms' kan?" Suaranya riang, tapi matanya tajam mengamati pergerakan prajurit Yellow Turban.
Kei mengangguk sambil melirik sekeliling, "Sampai Pertempuran Hulao Gate aja. Tapi, soal game-nya... aku hafal banget jalan ceritanya. Dari Dinasti Han sampai Tiga Kerajaan." Ia tersenyum, mata berbinar.
Tiba-tiba, Kei melihat bahaya mengancam Reina. Seorang prajurit Yellow Turban mengincarnya dari sisi kiri. "Reina! Awas!" Peringatannya terlambat. Reina sudah bergerak lebih dulu.
THUKK! Katana Reina menembus perut prajurit itu. Darah menyembur. Prajurit itu ambruk. Prajurit Yellow Turban di sekitarnya tersentak, menjerit, dan mundur. Wajah mereka pucat pasi.
Reina membersihkan katana-nya dengan cepat, lalu memasukannya kembali. Ia tertawa kecil, "Ketauan, ya? Aku cuma pura-pura santai aja."
Kei menggeleng kepala, "Lain kali, lebih waspada, ya."
"Iya...iya... Maaf hehehe...," Reina menjawab, suaranya lembut, tapi matanya tetap tajam.
Pandangan mereka tertuju pada Liu Bei yang bertempur sendirian. Jubah putihnya berlumuran darah, tapi gerakannya lincah dan penuh tekad.
Ashinamaru, dalam benak Reina, berbisik, "Cepet banget, ya? Liu Bei masih belum ketemu Zhang Fei dan Guan Yu."
Kei mengerutkan dahi, "Terus, kita ngapain?"
Ashura, dalam benak Kei, menjawab tegas, "Ini saatnya. Zhang Fei dan Guan Yu bentar lagi datang. Bantu mereka setelah itu. Pasukan Zhang Bao bakal menyerbu habis-habisan setelah mereka bertiga kumpul."
Reina bertanya dengan sedikit khawatir, "Jadi, kita cuma nonton aja sampe mereka datang?"
Ashinamaru menjawab tenang, "Iya, Reina."
Kei menghela napas, "Pertempuran ini lama banget. Kita bakal tua nih."
Ashura menjawab dengan nada sedikit geli, "Selama kita di tubuh kalian, kalian nggak bakal tua. Umur kalian nggak bakal nambah sampai kalian balik ke dunia kalian."
Reina lega, "Syukur deh."
Mereka terus mengamati Liu Bei, menunggu kedatangan Zhang Fei dan Guan Yu. Di sekitar mereka, pertempuran berlangsung sengit. Prajurit Yellow Turban berteriak histeris, mengayunkan tombak dan pedang. Prajurit Liu Bei melawan dengan gigih, teriakan mereka bercampur dengan dentuman senjata. Reina dan Kei menunggu saat yang tepat untuk ikut bertempur.
Dua menit kemudian.
Deburan drum perang menggema, membaur dengan teriakan-teriakan yang nyaris tak terdengar di tengah badai senjata. Asap hitam membubung, menyelimuti langit siang yang cerah, sesekali tertembus sinar matahari yang menyilaukan. Bau anyir darah dan keringat membaur dengan aroma tanah kering berdebu, menusuk hidung. Di tengah kekacauan itu, Kei dan Reina menyaksikan Liu Bei yang kewalahan menghadapi gelombang prajurit Yellow Turban.
Di kejauhan, dua sosok muncul bak badai. Zhang Fei dan Guan Yu berlari kencang, pedang dan tombak mereka berkilauan di bawah sinar matahari. Zhang Fei berteriak lantang, suaranya menggema di atas gemuruh pertempuran, "Tuan Liu Bei! Serahkan semua ini padaku!"
Liu Bei, yang sedang menangkis serangan bertubi-tubi, melirik ke arah mereka, "Zhang Fei... Guan Yu..." suaranya berat, namun dipenuhi tekad. Dengan gerakan cepat dan terampil, ia mendorong dua prajurit yang menyerangnya, membuat mereka terhuyung jatuh.
CLANG! CLANG! CLANG! Suara benturan senjata menggema keras saat Zhang Fei menerjang barisan musuh. Ji Long Qiang-nya, tombak naga yang besar dan berat, menghantam prajurit Yellow Turban dengan kekuatan dahsyat. Puluhan prajurit terpental, berteriak kesakitan. Guan Yu, dengan Guan Dao-nya yang mematikan, berputar-putar bak gasing, senjata besar itu menebas musuh dengan kecepatan luar biasa. Setiap ayunan Guan Daonya menghasilkan suara WHOOSH yang mengiris udara dan THUD yang mematikan saat mengenai tubuh musuh.
Setelah berhasil menyingkirkan sebagian besar musuh di sekitar Liu Bei, Zhang Fei dan Guan Yu berlari kecil ke arahnya. Zhang Fei, dengan suara cemas namun keras, bertanya, "Tuan Liu Bei, kau tidak apa-apa?"
Liu Bei, dengan suara lembut namun penuh hormat, menjawab, "Aku baik-baik saja. Terima kasih, Zhang Fei, Guan Yu."
Namun, sebelum mereka bisa bernapas lega, Zhang Bao muncul dari balik barisan pasukannya, memimpin ratusan prajurit tambahan untuk menyerang.
Kei bergumam gugup, "A... apa ini? Zhang Bao turun tangan sendiri?"
Ashura, dalam benak Kei, membentak, "Tunggu apa lagi, bodoh! Serang mereka sebelum pasukannya bertambah!"
Kei berteriak kepada Reina, "Reina, serang!" Ia mengeluarkan dua pedang kegelapannya, SHING! SHING! suara pedang yang terhunus memecah kesunyian sesaat.
"Baik, Kei!" Reina juga mengeluarkan katananya, SHING! suara pedang yang terhunus, diikuti oleh kilatan cahaya emas.
Liu Bei, Zhang Fei, dan Guan Yu bersiap menghadapi serangan baru. Namun, mereka terkejut melihat Kei dan Reina menerjang barisan depan pasukan Zhang Bao. Serangan mereka cepat dan mematikan. Beberapa prajurit jatuh dalam sekejap.
Guan Yu bertanya takjub, "Siapa anak muda itu?"
Liu Bei, matanya terpaku pada pertarungan Kei dan Reina, kagum, "Aku tidak tahu... tapi cara bertarungnya sangat unik..."
Kei dan Reina melepaskan kekuatan mereka. Kei, dengan aura kegelapan yang pekat, melepaskan gelombang kejut berbentuk X, BOOM! suara ledakan yang mengguncang tanah. Reina, dengan aura cahaya emas yang menyilaukan, melepaskan gelombang kejut berbentuk bulan sabit, SWISH! suara desingan yang cepat dan mematikan.
Zhang Fei berteriak, "Apa itu?! Hai, anak muda! Apa yang barusan itu?!"
Reina melindungi Kei yang hendak menjawab Zhang Fei. Kei, dengan suara tegas yang terdengar di atas gemuruh pertempuran, memberi perintah, "Tuan Liu Bei, Tuan Zhang Fei, serang barisan belakang! Tuan Guan Yu, serang Zhang Bao langsung!"
Zhang Fei berteriak, "Hei! Anak muda, mana sopan santunmu?!"
Guan Yu, dengan tenang, berkata, "Yang dikatakannya benar. Tuan Liu Bei, Tuan Zhang Fei, serang barisan belakang. Aku akan menghadapi Zhang Bao."
Liu Bei mengangguk, "Baiklah, Tuan Guan Yu." Ia berlari ke depan, diikuti oleh Zhang Fei.
"Anak muda, kami serah kan pertahanan musuh terdepan kepada kalian berdua... " ucap Liu Bei sambil berlari ke depan melewati Kei dan Reina.
Zhang Fei, sambil berlari, berteriak, "Hei, anak muda! Jangan mati sebelum kita mengalahkan Zhang Bao itu!"
Kei dan Reina menjawab serentak, "Terima kasih, Tuan Liu Bei dan Tuan Zhang Fei!" Mereka terus menyayat tubuh prajurit Zhang Bao dengan gerakan cepat dan mematikan, SWISH! SLASH! CLANG! suara senjata yang beradu dan tubuh yang tertebas memenuhi medan pertempuran.