NovelToon NovelToon
KARMA Pemilik Ajian Jaran Goyang

KARMA Pemilik Ajian Jaran Goyang

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Dikelilingi wanita cantik / Harem / Dendam Kesumat / Bullying dan Balas Dendam / Ilmu Kanuragan
Popularitas:99k
Nilai: 4.8
Nama Author: Siti H

SUN MATEK AJIKU SI JARAN GOYANG, TAK GOYANG ING TENGAH LATAR. UPET-UPETKU LAWE BENANG, PET SABETAKE GUNUNG GUGUR, PET SABETAKE LEMAH BANGKA, PET SABETAKE OMBAK GEDE SIREP, PET SABETAKE ATINE SI Wati BIN Sarno.... terdengar suara mantra dengan sangat sayup didalam sebuah rumah gubuk dikeheningan sebuah malam.

Adjie, seorang pemuda berusia 37 tahun yang terus melajang karena tidak menemukan satu wanita pun yang mau ia ajak menikah karena kemiskinannya merasa paling sial hidup di muka bumi.

Bahkan kerap kali ia mendapat bullyan dari teman sebaya bahkan para paruh baya karena ke jombloannya.

Dibalik itu semua, dalam diam ia menyimpan dendam pada setiap orang yang sudah merendahkannya dan akan membalaskannya pada suatu saat nanti.

Hingga suatu saat nasibnya berubah karena bertemu dengan seseorang yang memurunkan ajian Jaran Goyang dan membuat wanita mana saja yang ia kehendaki bertekuk lutut dan mengejarnya.

Bagaimana kelanjutan kisah Adjie yang berpetualang dengan banyak wanita...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

sepuluh

Cintya seperti menggila saat Adjie sudah berhasil merobek kehormatannya. Ia bahkan seolah tak menyesal telah memberikan yang seharusnya tak ia biarkan siapapun menyentuhnya kecuali suaminya.

"Kang, jika kamu mau menikahiku, maka aku rela kabur bersamamu," rengek sang gadis, tetapi tidak perawan lagi.

Adjie membenahi celananya yang tadi melorot. Mereka baru saja melakukan zinah ditempat terbuka, bahkan ia tak takut jika alam marah padanya, semisalnya gancet.

"Waduh, maaf, Dik. Bukan akang gak mau nikahi gadis secantik kamu, tetapi pak RT bukan tandingan saya, dan hari pernikahanmu, tinggal dua hari lagi saja." Adjie berkilah dari apa yang telah terjadi.

Cintya tampak kecewa. Ia sungguh sudah kehilangan kewarasannya. "Kalau masalah itu, kita bisa kabur yang jauh. Uang lamaran yang besar dapat kita gunakan untuk membina rumah tangga," gadis itu terus saja meyakinkan Adjie.

Akan tetapi, tujuan dari pemuda itu bukanlah hal sebenarnya. Sebab ia ingin membalas penghinaan Rama padanya dan ia anggap setimpal jika pria itu kecewa mendapatkan segel istrinya telah terbuka.

"Maaf, Dik. Akang gak.bisa. Terimaksih sudah memberikan sesuatu yang berharga untuk akang. Jika kamu nanti merasa kangen, kamu bisa datang temui akang," Adjie meyakinkan sang gadis jika dirinya rela untuk menjadi tempat pelampiasan bagi sang gadis.

Cintya merasa sangat kecewa. Sungguh ia ingin hidup bersanding dengan Adjie meskipun usia mereka terpaut sangat jauh, akan tetapi pria tak dapat pergi dari ingatannya.

Didalam relung hatinya hanya ada sang pemuda usia matang dengan perawakan tinggi dan juga berotot, baginya Adjie cukup sempurna dengan kukit eksotik yang semakin membuat pemuda itu sangat memesona.

Gumpalan yang seolah sedang mengikat hatinya semakin sesak ia rasakan. Jujur saja ia ingin menjadi istri dari pria tersebut meskipun ia tahu jika Adjie hanyalah seorang buruh serabutan dan usia mereka terpaut jauh, akan tetapi ia sangat menginginkan sang pria.

"Pulanglah, Dik Cintya. Kamu gak mau-kan keluargamu malu dan dituntut untuk mengembalikan uang lamaran dua kali lipat?" Adjie mulai menekan korbannya agar menuruti ucapannya.

Sang gadis bagaikan kerbau yang dicocok hidungnya. "Tapi kang Adjie janji mau memuaskan saya kapan saja," rengeknya dengan wajah memelas.

Adjie tersenyum licik. Tentu saja ia mau, apalagi sesuatu yang gratis. Ternyata dengan ajian yang ia miliki membuat ia mendapatkan banyak wanita yang mana saja ia inginkan.

"Iya, Dik Cintya yang cantik, akang pasti bersedia dengan suka rela, asalkan kamu mau menikah dengan Rama,"

Meskipun berat hati, Cintya akhirnya menuruti ucapan Adjie yang membuatnya bagaikan budak dalam pemuas hasrat belaka.

Cintya berpamitan pulang. Dengan langkah gontai, dan kehampaan hati yang seolah kosong tiada berpenghuni, ia melangkah menuju sepeda motornya dan beranjak pergi.

Adjie menyulut sebatang rokok dan menyesapnya dengan dalam. Ia merasa mimpi apa semalam, sehingga mendapatkan buah mengkal yang lagi ranum-ranumnya.

Ia berfikir mengapa tak mendapatkan ajian tersebut sejak dulu, karena hal ini sangat membahagiakan hidupnya. Bagaimana tidak, janda dan gadis dapat ia nikmati dalam waktu sekejap saja.

****

Hari sudah sore. Adjie tiba dirumahnya. Ia mencium aroma masakan dan pria itu baru menyadari jika Wati-lah yang sedang memasak dan ia lupa akan hal itu.

"Eh, Kang Adjie. Sudah pulang-ya?" sambutnya dengan sumringah. Ia menata hidangan makan malamnya dan terlihat sangat bersungguh.

"Mengapa kamu belum pulang juga?" tanyanya dengan nada dingin, lalu melangkah untuk menyangkutkan pakain kotornya.

Ujung matanya melirik pakaian yang tadi menumpuk dikamar mandi telah bersih tercuci.

"Aku tidak mau pulang. Aku mau tinggal disini," rengek Wati pada sang pria. Ia benar-benar gila dan tak ingin jauh dari Adjie, bahkan ia memasak makan malam menggunakan uangnya.

Adjie menggelengkan kepalanya. Ternyata ini rasanya ini rasanya dicintai dan dikejar wanita. Ia menyunggingkan senyum bangga.

Ia mengganti pakaiannya dengan yang bersih, sebab tadi sudah mandi dikali dibelakang rumah Wati.

Setelah habis Maghrib, Adjie menuju meja makan untuk menyantap makan malamnya yang sudah disediakan oleh Wati sore tadi.

"Makan yang banyak, Kang," Wati mengambil piring kosong, lalu menyendokkan makanan dan memberikannya kepada Adjie.

Pria itu menyantapnya dengan lahap. Dala hatinya berfikir tak ada salahnya jika menikahi Wati dalam kondisi seperti ini, sebab sangat berguna dan membantu pekerjaan rumahnya.

Ia menatap wanita itu dengan sangat dalam, lalu kembali membacakan mantra tersebut dan membuat Wati semakin gelisah.

"Kamu mau menikah dengan akang?" tanya-nya dengan nada penuh selidik.

Wati seketika menghentikan suapannya. Rona wajahnya berubah seketika. "Mau, Kang. Mau," sungguh ia sangat begitu bahagia mendengar ucapan Adjie dan ini sudah sangat dinantikannya.

Adjie tersenyum sumringah. Ia berniat akan pergi kebalai kantor urusan agama untuk mendaftarkan pernikahan mereka esok pagi.

Keduanya telah selesai makan malam. Lalu duduk santai dibalai bambu yang berada didalam rumah.

Tak berselang lama, terdengar suara pintu diketuk. Wati turun dari balai bambu, dan mencoba mengintip dari dalam, dan melihat seorang gadis sedang berdiri dengan kedaan gelisah.

Ia yang diliputi rasa penasaran, menggerakkan jemari tangannya untuk membuka pintu.

Saat pintu terbuka, gadis yang tak lain adalah Cintya tampak menyerobot masuk tanpa memperdulikan kehadirannya.

"Kang Adjie, tolong aku, Kang... Aku tak sanggup lagi," gadis itu menuju balai bambu dengan kondisi setengah waras.

Wati yang melihatnya merasa cemburu, akan tetapi ia tak dapat marah, entah apa yang mengikat hatinya.

"Hei, kamu kan calon istrinya Rama," Wati ikut menuju balai bambu tempat dimana Adjie sedang duduk santai.

"Iya, emangnya kenapa? Mbak Wati juga ngapain dirumah kang Adjie?" tanyanya dengan nada ketus.

Adjie melihat dua wanita yang saling memperebutkan dirinya, dan itu merupakan kebanggan untuknya.

"Jika kalian bertengkar pulanglah, aku tidak ingin keributan. Tapi jika ingin berbagi, maka jangan lagi ada percekcokan," Adjie tampak menggertak dan beranjak dari balai bambunya.

Seketika dua wanita itu terdiam. Sungguh mereka tak ingin kehilangan.Adjie, meskipun berbagi keduanya sangat rela.

"Kang Adjie jangan marah. Jangan tinggalkan Wati. Aku tak masalah berbagi dengannya asalkan akang tetap bersama Wati," sang janda luluh hatinya dan dalam sekejap hilang amarahnya.

Sedangkan Cintya merasakan hal yang sama. Ancaman Adjie barusan membuatnya terdiam dan pasrah, asalkan pria itu tetap berada disisinya.

"Nah, kalau akur begini kan lebih baik. Tenanglah, jatah kalian tidak akan berkurang, aku akan berlaku adil," Adjie tersenyum bangga, dan sepertinya ini sangat mendebarkan, dimana ia melayani dua wanita dalam satu waktu.

"Wati, akang permisi untuk memberikan jatah pada Cintya dulu, ya. Kamu tunggu giliranmu, jangan ngambek, kalau kamu ngambek akang gak mau nikahi kamu," ancam pria itu.

Wati yang tak ingin kehilangan pujaan hatinya, hanya dapat pasrah saat melihat Adjie melucuti pakaian Cintya dan ia menyaksikan bagaimana pria bergumul dengan gadis tersebut dan anehnya ia tak dapat marah, Ia benar-benar kehilangan kewarasannya.

1
Yulay Yuli
kapok ga tuh si Ajie😂
Yulay Yuli
iya bener thour, kan org jaman dulu kl nyiram depan rmh pake air got. biar jauh dari teluh
Chuu
terimakasih sarannya
Chuu
mirip kisah nyata
Arieee
hih serem 🫣🫣🫣🫣👍👍👍👍👍👍👍👍
Hana Nisa Nisa
seremmmmm
Hana Nisa Nisa
serem
Ia Asiah
berarti bnr xa author ada mantra ajian jaran gocang sprti xg di skip di atas azian nxa...waahh kren author
Hana Nisa Nisa
nyimak
V3
knp Tamat nya menggantung bgni yaa , kak ❓🤔
pindah judul nya dg bab cerita yg nanggung dan gantung
V3
kira-kira nti anu nya Adjie yg td habis di anuin sama setan nya istri kang bakso jd belatungan jg gak yaa ❓❓
HartOhar
👍
bagas muhammad
beli apa pun atas nama istri nya.
bagas muhammad
jelek thor
bagas muhammad
masih kalah sama gasiang tangkurak.
bagas muhammad
👍👍👍👍👍
⚔️Đɇ₩₳ ₳₴₥₳ɽ₳🏹🪈
ini yang paling menakutkan, pelet
⚔️Đɇ₩₳ ₳₴₥₳ɽ₳🏹🪈
itu mulut perempuan,
⚔️Đɇ₩₳ ₳₴₥₳ɽ₳🏹🪈
rupanya Adjie mejig kurang bagus
yamink oi
uwalah kang ajie kang ajie
Ai Emy Ningrum: oohh 🤭
yamink oi: sukurin....
total 5 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!